#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 35 : Dua TumbalGilhan keluar dari ruangan bawah dan menunggu Sindy mengikutinya keluar juga, ia tahu kalau calon raga dari jiwa Sonia sedang bersembunyi di bawah ranjang. Ruangan itu tak memiliki seluk beluk untuk berlindung, hanya kolong tempat tidur saja tempat satu-satunya. Jadi, tanpa mengintip ke bawah sana pun, ia sudah tahu.Sambil menunggu Sindy keluar, Gilhan mulai menghidupkan perapian juga membakar dupa. Ia menelepon Karmin dan Ana untuk menemui ke halaman belakang.“Ada apa, Tuan?” tanya Karmin sang satpam.“Pagar sudah kamu gembok?” tanya Girhan dengan menatap dua calon tumbalnya itu.“Sudah, Tuan!” jawab Karmin dengan cepat.“Bagus!” ujar Gilhan dengan mengacungkan jempol kepada pria bertubuh tambun dengan kumis yang menghiasi atas bibirnya. “Ana, bagaimana ritualmu?” tanya Gilhan dengan menatap pembantu cekingnya itu, kedua belah pergelengan tangan Ana sudah terlihat berbalut perban.“Sudah beres, Tuan,” jawab Ana datar dengan menye
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 36 : TolongAna menggeleng ngeri, saat darah Karmin mengenai wajahnya. Kini Gilhan mengarahkan pedang kepadanya. Wanita kurus tinggi itu ketakutan dan tak menyangka sebelumnya kalau dirinya juga akan menjadi tumbal dari sang majikan.“Tolong!!!” jerit Sindy, ia tak mau mati seperti satpam itu, walau pisau berlumur darah itu mengarah kepada Ana, sang pembantu sinis.Gilhan tak menghiraukan teriakan Sindy, kini dirinya sudah dikuasi para iblis haus darah. Ia mengangkat pedang pencabut nyawa, begitulah ia menamai pemberian raja iblis itu.“Jangan, Tuan!” jerit Ana tak bisa berbuat apa-apa, karena kaki dan tangan juga tubuhnya terikat di sebuah pembaringan.Gilhan mengangkat pedangnya semakin tinggi dan memotong leher korban keduanya.“Agghh!!!” Napas Sindy semakin tak karuan apalagi kini wajah terkena jibratan darah Ana.Darah segar mengalir dari dua makhluk yang telah menjadi tumbal terakhir Gilhan, ia mulai mengisi tujuh gelas yang kosong itu dengan
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 37 : Pertarungan Melawan IblisPara iblis yang bersemayam di dalam tubuh Gilhan terbakar karena ayat kursi yang dibacakan Ustad Bumi, pria bertubuh tegap itu semakin merasakan panas yang teramat menjalar di seluruh sendi di tubuhnya hingga ambruk ke tanah.Melihat lawannya yang sudah hampir kalah, Ustad Bumi membaca sekali lagi ayat kursi juga doa pengusir setan dan iblis."Robbahuuu annii massaniyasy-syaithoonu binushbiw wa ‘azaabArtinya: Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana.-Robbi a’uuzu bika min hamazaatisy-syayaathiin wa a’uuzu bika robbi ay yahdhuruun.Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan dan aku berlindung pula kepada-Mu ya Tuhanku, agar mereka tidak mendekati aku.”-Wa hifzhom ming kulli syaithoonim maaridArtinya: “Dan (Kami) telah menjaganya dari setiap setan yang durhaka.” Ustad Bumi terus membaca ayat-ayat pengusir setan.“Agghhh!!!” Gilhan menjerit sekencang-kencangnya, t
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 38 : Anak-anak GilhanDini hari, Sindy dan orangtuanya membawa Nayla dan Naura ke rumah mereka. Dua anak kembar ini masih menangis seolah mengerti karena kini sudah menjadi yatim piatu. Pembantu yang sudah mereka anggap sebagai ibu juga telah tiada.“Naura, Nayla, jangan menangis lagi! Sekarang kalian tidur, ya!” Sindy menyelimuti keduanya.Setelah kedua anak kembar itu memejamkan mata, Sindy keluar dari kamar dan menemui kedua orangtuanya juga Ustad Bumi yang sedang berbincang di ruang tamu.“Ustad, apa arwah Sonia sudah pergi? Saya sedikit risih dengan dua anak kembar Ms Gilhan itu, sebab dulu suka ngobrol sendiri seolah Mama mereka itu masih ada,” uja Sindy menguatarakan keresahannya.“Arwah Sonia tak ada di dunia ini lagi, dia sudah berada di alam barzah sejak ia meninggal empat tahun yang lalu. Hanya tipu daya iblis saja yang mengatakan bisa memasukkan jiwa Sonia ke ragamu itu. Lebih dekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, ibadah wajib jangan
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 39 : Hamil“Ma, bagaimana ini? Aku hamil anak pria setengah iblis itu.” Aku menatap Mama dengan pikiran yang kalut.Mama yang baru saja masuk ke kamarku setelah mengantar dokter pulang, langsung duduk di pinggir tempat tidur, menatapku sama cemasnya.“Sin, kamu harus tenang! Masalah kehamilanmu, ini sudah ketentuan Allah dan kamu harus menerimanya. Mama tahu, semuanya begitu berat untukmu. Di saat kamu dibebani untuk mengurus anak-anak Gilhan, kini kamu juga sedang hamil janin pria itu. Anak ini tak bersalah dan tak tahu apa-apa, hanya Papanya saja yang salah jalan,” ujar Mama dengan mengusap perutku yang kata Dokter ini berusia kurang lebih 8 minggu.“Sindy bingung, Ma, harus melakukan apa dengan anak-anak Mas Gilhan ini. Kemarin Niko mengutarakan keinginannya untuk pulang ke rumah tapi Sindy masih meminta dia tinggal di sini dulu, sebab Sindy takkan tega membiarkan dia tinggal sendirian di sana walau garis Polisi sudah tak ada lagi di sana. Sindy
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 40 : Ulah Niko“Mamamu sudah meninggal, Nik, dia sudah tenang di alam sana. Kalau kamu kangen dia, kamu bisa ke makamnya untuk mendoakan dia.” Aku berkata lagi.“Mama sudah tak punya makam, bukannya tulang belulang Mama sudah dibakar Papa?!” Dia menatapku sengit.Aku menggaruk kepala bingung.“Kalau kamu mau ke sana, nanti Tante akan menghubungi Om Santosa biar menemani kamu. Tante nggak izinkan kalau kamu pergi sendirian ke sana, tapi hanya untuk sebentar saja, bukan untuk tinggal menetap di sana,” ujarku akhirnya.“Terserah Tante saja,” jawabnya sambil beranjak dari sofa. “Oh iya, hati-hati dengan kehamilan Tante itu! Jangan sampai ... kehadirannya akan menjadi bencana suatu hari nanti, kita sudah aman tanpa papa begini,” sambung Niko dengan menatapku sekilas lalu melangkah menuju pintu.Aku tertegun sejenak sambil mengusap perut ini. Maksud anak itu apa? Niko terlihat menatapku lagi saat langkahnya terhenti di depan pintu depan.“Lenyapkan bayi
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 41 : KembaliHingga pagi tiba, Niko belum ditemukan juga. Pak Tohid kembali ke rumah subuh hari dan tak bisa menemukan anak tiriku itu. Aku jadi khawatir dengan keadaannya yang memang sedang labil itu, walau Papanya hampir saja membunuhku tapi aku takkan menelantarkan anak-anaknya karena walau bagaimana pun mereka kini sudah menjadi anakku juga.Kuraih ponsel dan mencoba menelepon Pak Santosa, sang pengacara almarhum Mas Gilhan. Dia harus bisa membantuku menemukan Niko sebelum anak itu semakin salah jalan.“Assalammualaikum, Pak Santosa,” ujarku saat telepon sudah tersambung kepadanya.“Waalaikumsalam, Mbak Sindy,” jawabnya.“Pak Santosa, tadi malam Niko melarikan diri dari rumah dan hingga pagi ini belum bisa ditemukan juga. Apa saya bisa minta bantuan Bapak untuk mencarinya?”“Bisa, Mbak, bisa. Sebentar lagi saya ke sana,” jawab Pak Santosa.“Terima kasih, Pak.” Kuakhiri panggilan telepon lalu menatap Mama yang duduk di sebelahku.“Kamu nggak bol
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 42 : TamatJantung ini semakin berpacu cepat, tubuh jadi panas dingin. Aku mendekat ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya tapi nihil.“Papa, Pak Santosa, Niko!” teriakku dengan bersandar di pintu dengan tatapan menyisir segala penjuru rumah ini.Hening, tetap tak ada jawaban dari ketiga nama yang kupanggil itu. Ke mana perginya Papa dan Pak Santosa? Kalau Niko tak ada di sini, mengapa mereka tak kunjung kembali? Hembusan aura aneh terasa bertiup di sekitar tubuhku yang membuat bulu kuduk jadi merinding.Ustad Bumi, bukankah kata Papa dia akan ke sini? Hanya dia yang bisa membantuku menggeledah rumah ini, tapi aku harus bisa membuka pintu ini dulu. Tanganku berusaha terus memutar knop pintu tapi masih tak menampakkan hasil.Kuseka keringat dingin di dahi dan memutuskan untuk menelusuri rumah ini karena aku juga sudah terlanjur masuk. Dari ruang tamu, aku melangkah menuju ruang tengah.“Agghh ... tolong!” Terdengar suara gedoran pintu juga suara
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.