#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 40 : Ulah Niko“Mamamu sudah meninggal, Nik, dia sudah tenang di alam sana. Kalau kamu kangen dia, kamu bisa ke makamnya untuk mendoakan dia.” Aku berkata lagi.“Mama sudah tak punya makam, bukannya tulang belulang Mama sudah dibakar Papa?!” Dia menatapku sengit.Aku menggaruk kepala bingung.“Kalau kamu mau ke sana, nanti Tante akan menghubungi Om Santosa biar menemani kamu. Tante nggak izinkan kalau kamu pergi sendirian ke sana, tapi hanya untuk sebentar saja, bukan untuk tinggal menetap di sana,” ujarku akhirnya.“Terserah Tante saja,” jawabnya sambil beranjak dari sofa. “Oh iya, hati-hati dengan kehamilan Tante itu! Jangan sampai ... kehadirannya akan menjadi bencana suatu hari nanti, kita sudah aman tanpa papa begini,” sambung Niko dengan menatapku sekilas lalu melangkah menuju pintu.Aku tertegun sejenak sambil mengusap perut ini. Maksud anak itu apa? Niko terlihat menatapku lagi saat langkahnya terhenti di depan pintu depan.“Lenyapkan bayi
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 41 : KembaliHingga pagi tiba, Niko belum ditemukan juga. Pak Tohid kembali ke rumah subuh hari dan tak bisa menemukan anak tiriku itu. Aku jadi khawatir dengan keadaannya yang memang sedang labil itu, walau Papanya hampir saja membunuhku tapi aku takkan menelantarkan anak-anaknya karena walau bagaimana pun mereka kini sudah menjadi anakku juga.Kuraih ponsel dan mencoba menelepon Pak Santosa, sang pengacara almarhum Mas Gilhan. Dia harus bisa membantuku menemukan Niko sebelum anak itu semakin salah jalan.“Assalammualaikum, Pak Santosa,” ujarku saat telepon sudah tersambung kepadanya.“Waalaikumsalam, Mbak Sindy,” jawabnya.“Pak Santosa, tadi malam Niko melarikan diri dari rumah dan hingga pagi ini belum bisa ditemukan juga. Apa saya bisa minta bantuan Bapak untuk mencarinya?”“Bisa, Mbak, bisa. Sebentar lagi saya ke sana,” jawab Pak Santosa.“Terima kasih, Pak.” Kuakhiri panggilan telepon lalu menatap Mama yang duduk di sebelahku.“Kamu nggak bol
Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 42 : TamatJantung ini semakin berpacu cepat, tubuh jadi panas dingin. Aku mendekat ke arah pintu dan mencoba untuk membukanya tapi nihil.“Papa, Pak Santosa, Niko!” teriakku dengan bersandar di pintu dengan tatapan menyisir segala penjuru rumah ini.Hening, tetap tak ada jawaban dari ketiga nama yang kupanggil itu. Ke mana perginya Papa dan Pak Santosa? Kalau Niko tak ada di sini, mengapa mereka tak kunjung kembali? Hembusan aura aneh terasa bertiup di sekitar tubuhku yang membuat bulu kuduk jadi merinding.Ustad Bumi, bukankah kata Papa dia akan ke sini? Hanya dia yang bisa membantuku menggeledah rumah ini, tapi aku harus bisa membuka pintu ini dulu. Tanganku berusaha terus memutar knop pintu tapi masih tak menampakkan hasil.Kuseka keringat dingin di dahi dan memutuskan untuk menelusuri rumah ini karena aku juga sudah terlanjur masuk. Dari ruang tamu, aku melangkah menuju ruang tengah.“Agghh ... tolong!” Terdengar suara gedoran pintu juga suara
(Sekuel : Suamiku Menghilang Setiap Malam)Cerita Nayla (Anaknya Gilhan)Judul : Bayi SetanPart 1 : Bayi Siapa?“Dek, bayi siapa ini di depan rumah kita?” teriak Bang Vidan saat membuka pintu rumah, ia hendak berangkat bekerja. Suamiku adalah seorang saptam yang bertugas setiap malam di sebuah Bank di kotaku.“Ada apa, Bang?” Dengan tergopoh-gopoh, aku berlari menuju pintu dan menghampiri pria dengan setelah seragam cokelat khas petugas keamananan itu.Terlihatlah seorang bayi yang masih merah, mungkin baru saja dilahirkan tadi pagi atau juga barusan. Ah, entahlah, aku juga tak tahu. Matanya terbuka dan menatap ke arah kami, wajahnya terlihat kotor, mungkin kena debu jalanan.“Bang, dia lucu sekali.” Kuraih bayi itu ke dalam gendongan dan membawanya masuk.“Dek, kok dibawa masuk? Langsung kita bawa ke kantor Polisi saja,” ujar Bang Vidan dengan raut wajahnya yang bimbang.Kubaringkan bayi itu ke sofa ruang tamu, lalu menatap wajah bulat menggemaskan dalam balutan popok berwarna putih
Season 2 (Bayi Setan 2)Part 2 : Menyusu Sendiri“Bang, tanganmu dingin sekali,” ujarku saat berhasil menggapai sebuah tangan.“Iya, Dek, mati lampu.” Terdengar jawaban dari Bang Vidan dari arah yang berlawanan, juga cahaya sentar dari ponsel yang ia arahkan kepadaku.Segera kutarik tangan ini dengan jantung yang semakin berdebar kencang. Tangan siapa yang tadi kupegang kalau Bang Vidan ternyata ada di depanku? Bayi di hadapanku tiba-tiba menangis kencang dengan aroma busuk yang mendadak menyeruak indra penciuman.“Bang, sini!” panggilku dengan suara yang tercekat di tenggorokan, bulu kuduk ini merinding, aku jadi sangat takut.“Gendong bayi itu, Dek, mungkin dia terkejut karena kegelapan.” Bang Vidan mendekat dan menunjuk bayi di hadapanku yang menangis kenjer.“Eh, iya, Bang,” jawabku dengan menahan pernapasan lalu membungkus bayi itu dengan kain yang suduh kusiapkan, walau tubuh sang bayi belum sempat kubersihkan.Sang bayi masih saja menangis kencang walau sudah kugendong, aroma b
Season 2 (Bayi Setan 3)Part 3 : Popok yang Menghilang“Kenapa, Dek, sakit?” tanya Bang Vidan sambil duduk di pinggir tempat tidur, menatapku dengan menautkan alisnya.Aku mengangguk tapi tak tega untuk membuat sng bayi melepaskan payudaraku, walau sebenarnya takkan ada ASI yang keluar sebab anak-anakku sudah gede.“Lepaskan, Dek, kalau sakit! Jangan dibiarkan soalnya ASI kamu juga tak ada. Dia cuma ngempeng saja itu, jadi takkan kenyang juga,” ujar Bang Vidan sambil menarik tubuh sang bayi dariku.Semakin Bang Vidan mencoba menarik tubuhnya, sang bayi semakin kencang menghisap PDku. Ya allah, rasanya sungguh sakit.“Sakit, Bang .... “ rintihku dengan meringis menahan sakit.“Ayo bayi, lepaskan istriku!” ujar Bang Vidan dengan menarik kepala sang bayi dan berusaha menjauhkannya dari PDku.“Oweee ... oweee .... “ Bayi itu menangis kencang saat Bang Vidan berhasil melepaskan mulut mungil itu dari pdku.Aku segera mengancingkan baju piama lalu duduk, PDku terasa amat nyeri yang sepertiny
Season 2 (Bayi Setan 4)Part 4 : Jempol Tangan“Bayi itu kenapa, Bang?” tanyaku dengan tergopoh menuju kamar.“Itu, Dek, dia udah bisa tengkurap ....” Bang Vidan menunjuk bayi kini sudah terkurap itu.“Astaga, kok udah bisa tengkurap? Padahal pusar aja belum lepas loh tadi malam,” ujarku dengan sambil mendekat ke arahnya.Kuraih dia ke dalam pangkuan lalu mengusap kepalanya dengan rambut tipis itu, saat melihat ke arahku, dia mulai mengecap bibirnya seolah lapar dan meminta ASI.“Kenapa dia, Dek? Mau mimik? Ini botol susunya.” Bang Vidan meraih botol susu di atas nakas dan memberikannya kepadaku.Aku tersenyum sembari membuka tutup botol dot lalu menyumpalkannya ke mulut sang bayi. Seperti yang ia lakukan tadi malam, sekarang pun dia menolak untuk disumpal dot.“Dia tak mau minum susu formula, Bang,” ujarku menatap prihatin ke arah sang bayi.“Lalu mau kamu susui lagi seperti tadi malam? Jangan, Dek, ASImu itu udah kering, nanti dia malah akan menyedot darahmu saja, seperti tadi pagi.
Season 2 (Bayi Setan 5)Part 5 : Bau BusukAku berusaha menepis semua pikiran tak masuk akal ini, lalu meraih jempol Bang Vidan.“Bang, mungkin kamu nggak sadar kalau memang ada luka. Sini aku obati!” ujarku dengan mengajaknya duduk ke dapur lalu mengambil kotak obat.“Dek, apa kamu tak menyadari segala keanehan ini? Bayi itu bukan manusia sepertinya!” ujar Bang Vidan lagi.“Jangan berkata demikian, dia bayi mungil yang tak berdosa. Aku menyayanginya dan mulai hari ini kita akan mengangkatnya menjadi anak,” ujarku dengan menempelkan hansaplast ke jempol tangannya.“Hmm ....” Bang Vidan terlihat menghela napas berat.“Kita kasih nama siapa, ya, Bang, bagusnya?” tanyaku lagi dengan menyunggingkan senyum bahagia kepada pria yang sudah kurang lebih 14 tahun berumahtangga denganku itu, dia memang selalu mengalah dan tak kuasa ribut katanya.“Terserah kamu saja, Dek,” jawabnya dengan wajah masam.“Kakak pertamanya ‘kan Vita, abangnya bernama Vito, hmm ... jadi ... bayi itu akan kukasih nama
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.