#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 29 : POV Gilhan (3)Kupacu mobil dengan kecepatan sedang dengan sambil berusaha menelepon Sindy, tapi semua tetap nihil, dia tak juga mengangkatnya dan tak membuka chatku. Ada apa ini? Aku jadi curiga kalau dia mengetahui misiku. Aku memutar otak dan menekan nomor ponsel Ana, dia harus melakukan sesuatu untukku.“Ana, lakukan ritualmu sekarang!” perintahku saat telepon sudah tersambung kepadanya.“Baik, Tuan!” jawab Ana dengan nada datar.Aku segera memutuskan sambungan telepon dan tinggal menunggu hasilnya. Biasanya Ana tak pernah membuatku kecewa, apalagi kemarin aku telah memberinya pelajaran, ia pasti takkan berani menentangku lagi.Taklama kemudian, mobilku kini telah tiba di depan kediaman orangtua Sindy, mertuaku. Kulirik jam di pergelangan tangan yang sudah menunjuk ke arah 20.12. Aku segera turun lalu membuka pagar yang tak bergembok itu dan kemudian masuk ke perkarangan rumah dengan taman kecil dan beberapa pohon rindang di samping kiri
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 30 : POV Gilhan (4)Tatapanku kini tertuju kepada Sindy yang terkulai tak berdaya, aku mendekat ke arahnya lalu mengikat kedua tangan dan kakinya, lalu menempelkan plester di mulutnya. Sekarang sudah beres, ia takkan bisa menjerit jika terbangun esok pagi. Ia akan di sini sampai tiba waktunya malam transfer jiwa.Aku tersenyum sinis dengan mengusap tulang belulang Sonia, wanita yang amat kucintai. Kenangan awal pertemuan kami mulai memenuhi kepala ini, sebab dialah satu-satunya wanita yang ada dalam hidupku. Bayangkan saja, kami berpacaran sudah sejak dari SMA walau sudah beberapa kali putus nyambung, hingga lulus kuliah kulamar dia. Akan tetapi, anak-anak malah menurunku yang terlahir kembar hingga anak-anakku selalu terlahir kembar. Ah, kembaranku, mengapa aku bisa mengingatnya? Dia Rayhan, yang selalu menginginkan apa yang kupunya hingga aku aman setelah melenyapkannya.***Kini aku tinggal menghitung hari, menanti malam yang sudah kunantikan ku
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 31 : TulangAku hendak membuka mata, tapi pandangan terasa gelap. Tangan dan kaki ini terasa terikat, mulut juga terasa ditempel plester, mataku juga pasti sedang terikat makanya aku tak bisa melihat. Tak mungkin aku jadi buta, sebab pada kesadaranku yang terakhir, aku tidur bersama Mas Gilhan. Eh, kok aku bisa pulang bersamanya? Bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Bukannya aku akan menggugatnya cerai dan tak mau bertemu dengan pria yang bersekutu dengan iblis itu lagi?Ingatanku kembali ke waktu di mana aku baru saja bangun dari pingsan ketika selesai di ruqyah. Saat itu Mama mengatakan kalau Ustad Bumi sudah pulang dan Papa sudah membuat janji untuk kembali meruqyahku esok paginya lagi.“Sin, pesan dari Ustad Bumi, pikiranmu tak boleh kosong. Harus selalu zikir dalam hati sebab para sekutunya Gilhan masih mengintaimu. Jika kamu lengah sedikit saja, maka kamu akan kembali terseret dalam pengaruh Gilhan. Dia itu menuntut ilmu hitam, yang bisa m
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 32 : SoniaAku segera membuka mata dan mendapati Mas Gilhan sedang menciumi tulang belulang di sampingku. Kini aku melihatnya sebagai sosok yang berbeda, yang tak kukenal sebab ia terlihat menyeramkan.“Hay, Sindy, kamu sudah bangun ternyata? Perkenalkan, dia Sonia, istriku,” ujarnya dengan memeluk tengkorak kepala dan mengusapnya dengan kasih sayang.Aku menatapnya ngeri. Dia tersenyum sinis dengan tatapan aneh kepadaku.“Siapa yang membuka tutup matamu?” Wajahnya terlihat terkejut. “Ah, tak apa, makin cepat kamu tahu segalanya, makin bagus lagi jadi aku tak perlu menjadi sosok suami yang baik untukmu lagi. Aku letih berpura-pura. Asal kamu tahu, yang kucintai secara abadi hanya Sonia.” Dia mengeluarkan pisau dan piring dari balik ranjang yang kami duduki sekarang.Aku hanya diam dan tak bisa menjawab omongannya. Mas Gilhan terlihat sedang semakin menakutan saat memegang pisau seperti itu, apakah ia akan segera menghabisi nyawaku sekarang? Aku mer
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 33 : Malam Jum'atSindy bernapas lega karena Gilhan sudah pergi dari ruangan dengan cahaya lampu temaram itu, walau tangan dan kakinya masih terikat tali. Ia meringis ngeri saat melihat piring berbahan seng yang berisi arang dan abu dari tulang belulang bernama Sonia, istri pertama suaminya. Ia tak mau kalau dipaksa harus memakan benda itu, dengan pelahan, ia menggeser tubuh juga kakinya agar bisa mendekati piring itu dan mendorongnya sampai terjatuh ke lantai.‘Brak!’Piring itu jatuh ke lantai dengan dasar tanah, seluruh abu dan arang itu kini berserakan di sana. Sindy menggulingkan tubuhnya ke bawah lalu terjatuh ke lantai pula. Ia ingin mencari pisau yang tadi dipegang Gilhan, ia bermaksud ingin menggunakan pisau itu untuk membuka ikatan di tangan juga kakinya.Dengan sekuat tenaga, Sindy berguling-guling di tanah. Ia merasa ada sedikit harapan saat melihat pisau itu tergeletak di dekat api unggun bekas pembakaran tulang belulang Sonia. Ia sema
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 34 : Persiapan RitualPuji berusaha menangkan dirinya lalu bangkit dari kursi ruang tamu untuk menuju dapur. Taklama kemudian, terdengar deru sepeda motor memasuki perkarangan rumahnya."Assalammualaikum," ucap Ustad Bumi."Waalaikumsalam. Mari masuk, Ustad!" Marwan beranjak ke depan pintu dan mempersilakan sang ustad masuk, lalu menyalaminya."Silakan duduk, Ustad! Saya mau manggil istri dulu di dalam," ujar Marwan lagi dengan sambil melangkah masuk dan memanggil Puji untuk keluar ke ruang tamu.Beberapa saat kemudian, kedua orangtua Sindy sudah duduk di hadapan Ustad Bumi dan menceritakan tentang putri mereka."Saya curiganya Gilhan telah menyekap Sindy, Ustad," ujar Marwan.Ustad Bumi terdiam dengan sambil mengeluarkan tasbihnya, ia memejamkan mata dengan sambil berzikir dalam hati. Ia berusaha menggunakan mata batinnya untuk mengetahui keberadaan Sindy.Sudah cukup lama Ustad Bumi berkonsentrasi dengan kedua mata yang terpejam tapi ia masih bel
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 35 : Dua TumbalGilhan keluar dari ruangan bawah dan menunggu Sindy mengikutinya keluar juga, ia tahu kalau calon raga dari jiwa Sonia sedang bersembunyi di bawah ranjang. Ruangan itu tak memiliki seluk beluk untuk berlindung, hanya kolong tempat tidur saja tempat satu-satunya. Jadi, tanpa mengintip ke bawah sana pun, ia sudah tahu.Sambil menunggu Sindy keluar, Gilhan mulai menghidupkan perapian juga membakar dupa. Ia menelepon Karmin dan Ana untuk menemui ke halaman belakang.“Ada apa, Tuan?” tanya Karmin sang satpam.“Pagar sudah kamu gembok?” tanya Girhan dengan menatap dua calon tumbalnya itu.“Sudah, Tuan!” jawab Karmin dengan cepat.“Bagus!” ujar Gilhan dengan mengacungkan jempol kepada pria bertubuh tambun dengan kumis yang menghiasi atas bibirnya. “Ana, bagaimana ritualmu?” tanya Gilhan dengan menatap pembantu cekingnya itu, kedua belah pergelengan tangan Ana sudah terlihat berbalut perban.“Sudah beres, Tuan,” jawab Ana datar dengan menye
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 36 : TolongAna menggeleng ngeri, saat darah Karmin mengenai wajahnya. Kini Gilhan mengarahkan pedang kepadanya. Wanita kurus tinggi itu ketakutan dan tak menyangka sebelumnya kalau dirinya juga akan menjadi tumbal dari sang majikan.“Tolong!!!” jerit Sindy, ia tak mau mati seperti satpam itu, walau pisau berlumur darah itu mengarah kepada Ana, sang pembantu sinis.Gilhan tak menghiraukan teriakan Sindy, kini dirinya sudah dikuasi para iblis haus darah. Ia mengangkat pedang pencabut nyawa, begitulah ia menamai pemberian raja iblis itu.“Jangan, Tuan!” jerit Ana tak bisa berbuat apa-apa, karena kaki dan tangan juga tubuhnya terikat di sebuah pembaringan.Gilhan mengangkat pedangnya semakin tinggi dan memotong leher korban keduanya.“Agghh!!!” Napas Sindy semakin tak karuan apalagi kini wajah terkena jibratan darah Ana.Darah segar mengalir dari dua makhluk yang telah menjadi tumbal terakhir Gilhan, ia mulai mengisi tujuh gelas yang kosong itu dengan
Season 2 (Bayi Setan 26)Part 26Beni memegangi dadanya, ia benar-benar tak mengerti, Vinna kini mengeluarkan suara Anita, istrinya. Apa wanita di hadapannya sedang kesurupan? Ia bergumam sendiri.“Pak Beni, istri saya kesurupan arwah istrimu. Coba berbicara dengannya, bujuk dia untuk mau meninggalkan tubuh istri saya! Meminta maaflah agar semua permasalahan kalian selesai dan dia dapat tenang di alam sana!” ujarVidan kepada Beni.Beni mengangguk dan berlutut di hadapan Vinna.“Anita, kumohon ... maafkanlah aku! Aku menyesal tidak mempercayaimu. Maafkan aku juga ... baru datang sekarang ke makammu sebab aku tak tahu kalau kamu meninggal karena tabrakan. Bagaimana bisa kamu ada di kota ini? Aku mencarimu ke sana ke mari satu tahun ini. Maafkanlah aku ... aku ikhlas melepasmu dan tunggu aku di akhirat nanti, aku akan menyusulmu nanti. Tenanglah di alam sana, keluarlah dari tubuh Vinna, kasihan dia ... dia wanita baik yang sudah nerawat juga menyayangi putramu seperti anaknya sendiri. Ik
Season 2 (Bayi Setan 25)Part 25Setelah selesai ziarah ke makam Ibu dari Baby Vallen, Vidan mengantar Vinna pulang bersama bayinya.“Dek, Abang langsung berangkat kerja, ya!” ujar Vidan kepada istrinya.“Iya, Bang, hati-hati!”“Assalammualaikum.”“Waalaikumsalam.”Vinna segera masuk sambil menggendong Baby Vallen. Ia tersenyum kepadanya lalu meletakkan sang bayi berusia 4 bulan itu ke tempat tidur. Ditatapnya lekat bayi mungil yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu, kasih sayangnya takkan berubah walau kini ia sudah mengetahui asal-usul Baby Vallen yang ternyata dilahirkan oleh seorang mayat dan di dalam kubur pula. Akan tetapi, ia yakin bayinya itu bisa hidup layaknya manusia normal lain.“Mama yakin, kamu akan tumbuh menjadi anak yang baik, Vallen! Ayo minum susumu dulu!” Vinna menyumpalkan botol susu ke mulut Baby Vallen.Baby Vallen yang biasanya menolak susu formula, kali ini ia malah menghisapnya dengan lahab. Vinna tersenyum senang melihat kemajuan Baby Vallen yang suda
Season 2 (Bab 24) Part 24 “Pertama saya melihat adegan perkosaan yang terjadi di sebuah makam, lalu malam berikutnya ... adegan sang wanita yang dituduh suaminya berselingkuh karena ketika ia pulang dari merantau ... istrinya itu sedang dalam keadaan hamil,” ujar Vinna dengan memegangi kepalanya. “Orang yang sudah meninggal, rohnya sudah kembali ke alam barzah dan takkan bisa masuk ke alam mimpi kita lagi. Adapun jika hal itu seolah-olah mereka mampu lakukan, hanyalah itu hasil kerjasama dengan jin qarin. Karena jin qarin adalah jin yang senantiasa menyertai kehidupan seseorang ketika masih hidup di dunia, sehingga jin qarin tersebut mengetahui dengan detil kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Sehingga jin qarin itulah yang datang dan mengabarkan kondisi orang yang sudah meninggal tersebut. Orang-orang pun menyangka bahwa itu adalah arwah orang yang sudah meninggal dunia," jelas Sang Ustadz. “Satu misteri yang belum terkuak ... mengapa bayi ini diletakkan di depan rumah ka
Season 2 (Bayi Setan 23)Part 23Vinna kembali kesurupan, Vidan lumayan kewalahan karena amukannya. Sedang Pak Ustad menggendong Baby Vallen dan membaringkannya di sofa.“Tolong, Pak Ustazd!” ujar Vidan karena kini lehernya dicekik oleh istrinya yang kini sedang dikuasai oleh mahkluk gaib.Sang Ustazd mengeluarkan tasbihnya dan mulai membacakan ayat-ayat suci Al-qur’an. “Jangan mengusik ketenanganku!” Suara yang keluar dari mulut Vinna terdengar bergetar.“Kami takkan mengusikmu, jika kamu tak mengganggu duluan. Keluarkan dari tubuh Vinna!” perintah Sang Ustazd.“Aku tidak mau!” jawab makhluk yang kini sedang mengusai tubuh Vinna.“Kalau kamu tidak mau keluar secara baik-baik, maka saya akan memaksamu! Allahuakbar .... “ Sang ustazd berpakaian serba putih itu semakin mengeraskan bacaannya yang membuat Vinna semakin meronta-ronta dan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Vidan.Vinna yang sedang dikuasai makhluk astral itu menarik dirinya dari pelukan Vidan dan mendorongnya, ia jug
Season 2 (Bayi Setan 22)Part 22Sorenya, seperti yang dikatakan Bang Vidan, temannya yang Ustazd itu datang ke rumah. Aku dan Baby Vallen segera masuk ke dalam kamar, agar tak diajak ke ruang tamu.“Dek, bikinin minuman dan setelah itu antar ke ruang tamu, ya!” Bang Vidan menahan pintu kamar yang hendak kututup.“Abang saja yang bikin, Baby Vallen ngantuk dan minta diboboin,” bantahku.“Dek, buka gak!” Bang Vidan membuka pintu yang belum sempat kututup dengan rapat itu, aku jadi kesal kepadanya.“Ada apa sih, Bang? Bikin sendiri saja minumannya!” ujarku sinis.“Masalah minuman, Abang bisa bikin sendiri tapi Abang mau kamu bawa bayimu itu ke ruang tamu biar dibacain doa sama Pak Ustazd. Sekalian kamu ceritain mimpi-mimpimu yang seolah bersambung itu, lalu semua keanehan pada bayimu. Sekarang sudah saatnya kamu tahu, siapa bayi yang kamu sayangi selama ini.” Bang Vidan berkata dengan serius.Aku menggeleng sambil membawa Baby Vallen menuju tempat tidur.“Vinna, apa kamu tak merasa aneh
Season 2 (Bayi Setan 21)Part 21Berhari-hari, aku terus memikirkan kisah mimpiku yang seolah bersambung dari satu kejadian ke kejadian yang lain. Apa semua ini ada hubungannya dengan Baby Vallen? Aku-mulai menduga-duga, tapi tak juga menemukan jawaban dari teka-teki ini.“Kenapa, Dek?” Bang Vidan membuatku terkejut karena tiba-tiba sudah berada di dekatku, entah kapan ia pulang, aku tak menyadarinya.“Nggak kenapa-kenapa, Bang, cuma kepikiran terus sama mimpiku beberapa malam ini. Mimpi itu seolah bersambung, dan aku bingung ... siapa wanita yang selalu hadir dalam mimpiku. Dia seolah mau menyampaikan sebuah pesan, tapi aku tak mengerti,” ujarku dengan menghentikan aktifitas memotong sayuran.“Oh begitu, sore nanti teman Abang yang Pak Ustazd yang kemarin akan ke sini lagi. Coba kamu ceritakan kepadanya tentang mimpimu itu, Dek, siapa tahu dia bisa menafsirkan artinya,” ujar Bang Vidan.Aku menautkan alis, kok Pak Ustazd itu jadi sering ke sini sih? Emangnya bisnis apa sih Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 20)Part 20Tangis Baby Vallen semakin menjadi saja saat ustaz itu menggendongnya, dengan sambil membacakan doa-doa yang keluar dari mulutnya walau ia hanya membacanya pelan.“Bang, mau diapakan bayi? Dia hanya rewel karena lapar saja, tak perlu dibacakan doa seperti itu!” Aku berusaha mengambil Baby Vallen, tapi Bang Vidan malah menarikku duduk di sampingnya.“Kita lihat saja dulu, semoga Pak Ustaz bisa membuatnya tenang!” ujar Bang Vidan dengan sambil menggenggam tanganku.“Owee ... oweeee ... oweee .... “Aku tak tahan melihat bayiku menangis seperti itu, dada ini terasa sesak dengan hati yang nyeri seperti teriris sembilu. Dengan napas yang memburu cepat, tubuhku terasa amat panas dengan emosi yang memuncak. Tiba-tiba, pikiranku terasa melayang, otak itu seperti kesentrum yang membuatku tubuhku gemetar. Seperti ada yang sesuatu yang memasuki tubuh ini dan mengendalikannya. Aku melepaskan cengkraman tangan Bang Vidan dari lenganku lalu berlari menghampiri sang
Season 2 (Bayi Setan 19)Part 19“Bang, aku mimpi aneh,” jawabku dengan sembari bangun dari tempat tidur, lalu menoleh Baby Vallen yang masih terlelap di sampingku.“Makanya, sebelum tidur itu berdoa dulu,” jawab Bang Vidan sambil beranjak dari tempat tidur, lalu membuka seragamnya.“Abang udah pulang kerja?” tanyaku lagi, lalu menurunkan kaki ke lantai. Vito terlihat masih terlelap, entah pukul berapa ia tidur tadi malam, aku tak sadar lagi.“Iya, kamu baru bangun Vinna? Nggak sholat subuh dong kamu,” ujarnya sambil membuka pintu kamar lalu melangkah keluar.“Nggak terbangun, Bang.” Aku mengekor di belakangnya yang kini sedang menuju dapur.Bang Vidan masuk ke kamar mandi, sedang aku menuju lemari es, melihat stok persediaan makanan untuk sarapan juga makan siang. Hanya tinggal hari ini dan besok saja Vito masih libur dan bisa bermalas-malasan di rumah, lusa dia sudah masuk sekolah. Jadi, biarlah hari ini dia bangunnya siang pun.Aku mulai memasak untuk sarapan, sedangkan Bang Vidan
Season 2 (Bayi Setan 18)Bab 18“Vito, malam ini kamu temani Mamamu, tidur di sini saja, ini udah Papa bentangin kasur di bawah. Papa harus kerja, kalau ada apa-apa, segera telepon Papa.” Bang Vidan membentangkan kasur untuk Vito dan menyuruhnya tidur di kamar kami.“Bang, Vito bisa tetap tidur di kamarnya kok, aku nggak apa-apa tidur berdua saja dengan Baby Vallen,” ujarku saat melihat tampang manyun Vito yang langsung berbaring di kasurnya dengan pandangan tak lepas dari ponsel ditangannya.“Nggak apa-apa, Vito akan tetap tidur di kamar ini untuk menemani kamu. Ya sudah, Abang berangkat kerja dulu.” Bang Vidan meraih jaketnya di belakang pintu kamar lalu melangkah keluar.Aku mengekor di belakang Bang Vidan untuk mengantarnya ke depan pintu.“Abang berangkat dulu, Dek, assalammualaikum.” Bang Vidan mengulurkan tanganya kepadaku.Aku langsung salim kepadanya dan tersenyum tipis.“Waalaikumsalam. Hati-hati, Bang,” jawabku.Bang Vidan naik ke motornya dan keluar dari perkarangan rumah.