Share

POV Ela

Author: Sriayu23
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Ela

Sebagai seorang istri dan ibu, aku berprinsip untuk mempunyai hati sekuat baja. Kuat menghadapi segala badai cobaan yang menerpa. Di depan suami dan anak, aku berusaha menjadi sosok jenaka. Tak mau menunjukan kesedihanku. Terus ceria dan menghibur mereka. Agar nyaman dan betah di rumah. Namun, ternyata usahaku membuat suami selalu bahagia, malah dibalas penghianatan.

"Rafli, kamu di sini? bukannya ikut tugas kerja di luar kota, sama suamiku?" 

Tiga bulan lalu, tak sengaja aku bertemu dengan sahabat karib suami. Saat hendak pergi ke pasar.  Dia sedang menservis mobilnya di bengkel dekat pasar.

"E-Ela. Kamu ngapain di sini?"

"Ya mau belanjalah, Raf. Masa mau dugem, hahaha. Ada-ada saja bapak duda, nij," jawabku tak canggung.

Kami memang dekat. Rafli sering berkunjung ke rumah. Orangnya asik diajak bergibah. Dekat dengannya, aku merasa muda lagi. Seakan berbincang dengan sahabat semasa kuliah.

"Bisa aja, La. Udah kepala empat, masih suka ngelawak."

"Biar awet muda Pak Duren."

Itu panggilanku untuknya. Duren yakni duda keren. Rafli seumuran denganku. Beda dengan suamiku, yang berumur  dua tahu lebih tua dari kami. Soal rupa, tentu Rafli lebih tampan. Badannya atletis seperti Syahrukan. Berkulit sawo matang, manis kaya durian musang king, dari Malaysia. Dibumbui karisma kepemimpinan yang melekat padanya. Namun, anehnya dia masih betah menjadi duda. Padahal, istrinya sudah lama meninggal.

"Bisa aja kamu, La."

"Ya bisa, 'kan pake 'A' kalau pake 'U' jadinya bisu. Tambah 'L' jadi bisul." Kami tergelak bersama.

"Kamu belum jawab pertanyaanku, Duren. Kenapa kamu di sini? gak jadi ikut suamiku ke luar kota?"

Rafli tak menjawab. Dia menatapku dengan iba. Dari raut wajahnya, aku yakin, ada yang disembunyikan.

"Jujurlah Bapak Duren. Kita tak tahu kapan malaikat Izroil menjemput. Umur sudah kepala empat, bisa jadi kamu yang duluan, aku belakang. Atau kebalikannya, aku belakangan kamu duluan. Jadi, katakan saja, jangan dipendam," bujukku berpidato bak Mamah Dedeh.

"Baiklah Ela, aku mau biacara serius. Ayok, kita cari tempat duduk sambil minum es teh. Biar nantinya hati kamu gak panas."

Aku hanya mengernyitkan dahi. Tak paham apa maksud Rafli. Dengan memasang wajah polos bagaikan bayi, aku mengekor pasrah. Kami duduk di sebuah kafe yang tidak jauh dari bengkel. Rafli memesan minuman es thai tea dan lemon tea.

"Ayok bicara, Raf. Waktuku tidak banyak. Kamu tahu 'kan, ibu-ibu sepertiku harus buru-buru ke pasar. Biar bisa nyari diskonan cabe, bawang, tomat dan kawan-kawan."

"Iya, La. Aku mau jujur. Semoga, kamu bisa sabar mendengar kenyataan pahit ini. Pikirkan matang-matang keputusan yang nantinya akan diambil."

Rafli makin membuat pikiranku melayang-layang tak karuan. Dia pikir, aku sedang mengikuti pemilu presiden? sampai menyuruh berpikir penuh pertimbangan. Pemilihan presiden masih dua tahun lagi. Heran. Mungkin Duren kurang belaian perempuan cantik. Jadi ngomongnya ngelantur.

"Sejak awal, aku sudah melarang perbuatan Ilyas. Tapi cinta masa lalu, malah membodohinya. Sebenarnya, Ilyas tidak ada kerjaan di luar kota. Dia hanya beralasan supaya bisa liburan dengan selingkuhannya."

"Hahaha, Duren, ampun, deh. Masih pagi udah ngeprank. Kamu sekarang jadi youtuber? mana kameranya?" tanyaku sambil mengamati seisi kafe. Melabai-lambaikan tangan mencari kamera.

"La, aku serius. Ini buktinya. Maaf, aku baru bisa memberitahumu sekarang."

Sebuah foto dari galeri ponsel Rafli, terpampang jelas. Aku raih benda pipih itu, dengan tangan gemetar. Berkali-kali aku perbesar gambarnya. Untuk memastikan apa yang aku lihat. Ada Foto Ayah yang sedang bermesraan dengan perempuan di atas kasur. Mereka hanya ditutupi sehelai selimut.

"Raf, kamu becandakan?" tawa terpaksa, aku tampilkan. Berusaha menampik bukti yang ada.

"Maaf, Ela. Kenyataannya memang begitu. Maaf, aku baru cerita."

Prank!

Tak sengaja, tanganku menyenggol gelas. Tatapanku menerobos lurus. Jantung berpacu dua kali lipat lebih cepat. Nyeri menjalar dari aliran darah ke setiap urat-urat nadi. Air mata bergulir deras di pipi.

"Ela, tenangkan dirimu."

Brugh!

Meja aku pukul dengan kasar. Sampai air di gelas Rafli muncrat ke mukanya. Rafli menampakan raut ketakutan. Beruntung, suasana kafe masih sepi. Aku tak sampai di demo para pengunjung karena membuat kegaduhan.

"Duren, maaf aku tak sengaja. Tolong bayar tagihan minumnya pake duit kamu. Aku pergi dulu."

Dengan hati berkecamuk. Aku melangkah pulang. Tak jadi belanja ke pasar. Biar saja nanti membeli makanan di warteg. 

Suasana rumah sepi. Zahwa ada tugas kerja kelompok di rumah temannya. Aku leluasa mengekspresikan sakit di dalam dada. Aku  Menangis sejadi-jadinya. Melempar bantal, guling, dan selimut ke sembarang tempat. Lampu hias kamar, yang terbuat dari kaca, pecah berkeping-keping. Sama seperti hatiku.

"Ayah jahat! kurang apa aku, Yah? kondisi suka maupun duka aku berusaha tak mengeluh. Makan atau tidak bisa makan, aku tetap setia. Tapi kau malah berdusta, dan menciptakan luka, hiks, hiks," jeritku menggema. 

Aku menangis dengan posisi memeluk lutut. Bahu terguncang hebat. Seceria apapun diriku. Aku tetap manusia biasa. Perlu meluapkan sakit hati yang dirasa.

Hampir satu jam aku mengeluarkan rasa sakit ini. Berusaha menenangkan diri. Jangan sampai Zahwa melihat kondisiku. Aku berjanji, akan tetap ceria. Demi anakku.

Kurang lebih satu semester lagi, Zahwa naik kelas tiga SMA. Kalau  sekarang aku memutuskan kabur ke rumah ibu di Surabaya, Sekolahnya akan terganggu. Aku juga harus mengumpulkan banyak bukti. Untuk bekal membongkar skandal suamiku di depan ibu dan mertua. Sekuat tenaga, aku akan bertahan. 

Setelah kejadian itu, aku berusaha tetap menjadi sosok Ela seperti biasanya. Ceria dan penuh canda tawa. Sampai Ayah sama sekali tak menyadari, bahwa perlahan aku menjaga jarak dengannya. Selalu berdalih jika dia meminta servis batin. Aku juga sedang berpikir keras untuk mencari ide usaha. Agar nantinya, merdeka secara finansial. Saat menjadi janda.

"Mah, Sini, Mah. Ini Ayah 'kan?" tanya Zahwa setelah tiga bulan aku memendam luka. 

Kami sedang berolahraga bersama mengitari komplek. Saat aku membeli minuman, Zahwa tak sengaja melihat status ayahnya di ponselku.

"Za-zahwa, sini ponsel Mamah. Kamu salah liat kali. Minum nih, biar gak burem matanya, hihi," ucapku berusaha mencairkan suasana.

"Mamah ini, mataku masih sehat. Jelas-jelas tadi status Ayah sama perempuan lain. Masa status duda sebelah."

"Kamu kebanyakan baca novel KBM yang lagi booming sih, status janda, tetangga, calon suami. Jadi, kebayang-banyang," jawabku berusaha mengelak.

Aku sudah biasa melihat stori mesra suamiku dengan Nadia. Rafli yang selalu mengirimkannya. Belakangan ini, aku juga diam-diam membuka privasi stori w******p milik suamiku.

"Apa Mamah sudah tahu semuanya?"

Apa maksud anakku? apa dia sudah tahu sebelumya tentang ini semua? tidak ... aku harap tidak.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
drama tolol dari istri dungu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Rencana Anakku

    "Ma-maksud kamu apa, Nak? sudahlah, lupakan masalah status wa Ayah. Dia pasti salah kirim. Paling itu rekan kerjanya.""Gak usah ngelak, Mah. Awa udah gede. Paham tentang masalah kaya gini.""Hehehe, sudahlah. serius amet ngomongnya, kaya pejabat negara. Nanti pala kita botak lagi. santai aja, Awa. Mamah baik-baik aja." Aku rangkul anakku. "Awa sudah tau semuanya Mah. Ayah selingkuhkan sama nenek sihir yang namanya Nadia."Mataku membeliak tak percaya. Sejak kapan Zahwa tau semuanya. Kenapa selama ini dia nampak biasa-biasa saja? ternyata anakku menyimpan beban masalah orang tuanya. Dia tetap tegar. Semoga anakku memang kuat, bukan pura-pura menerima. Namun, melampiaskan kekecewaannya dengan jalan yang salah. Seperti pergaulan bebas, apalagi ... Ya Tuhan, hilangkan pikiran negatifku."Awa tau dari mana?""Tak penting Awa tahu dari mana. Bagus kalau Mamah sudah tahu. Kita bisa susun rencana untuk memberi pelajaran pada Ayah dan nenek gayung itu," serunya penuh kilat kebencian."Sayan

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Menjahili Nadia

    "Hahaha, Ayah, ko, tegang gitu? kaya ketauan poligami aja.""Ma-mah, lebih baik Nadia suruh pulang aja. Gak enak sama tetangga," bujuk suamiku.Raut wajahnya masih tegang. Suamiku ini, bernyali melempem saja, berencana punya dua istri. Padahal, aku belum cakar-cakaran dengan Nadia. Namun, Suamiku sudah panik setengah mati."Gak papa, Ayah. Cuman semalem doang. Sekalian Ayah bernostalgia. Mbak Nadia ini 'kan sahabat sekaligus mantan Ayah pas SMA.""Betul itu, Mas. Istrimu ini sangat baik. Dia tak akan cemburu, meskipun kita punya kisah masa lalu," jawab Nadia penuh percaya diri."Oh tentu, Mbak. Masa lalu 'kan sudah berlalu. Yang terpenting, aku istri Ayah. Kami juga sangat bahagia. Benar tidak Ayah?"Aku yakin, Nadia curiga kalau aku mengetahui perselingkuhannya. Dia terus memancing. Agar membongkar apa yang aku ketahui tentang mereka."Ya pasti bahagia dong. Apalagi ada Awa."Putriku datang, langsung memposisikan diri di tengah. Merangkul aku dan Ayahnya. Nadia mengungkapkan cemburu.

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Nadia Mengamuk

    "Arrgh! tikus ....""Tolong ...."Brak!Nadia berteriak nyaring. Disusul suara pintu yang dibanting. Lalu, benda kaca yang jatuh. Isi kepalaku membayangkan ekspresi ketakutan Nadia yang sangat lucu. Rasanya geli sendiri, jika diposisinya. Sekujur tubuh di peluk bahkan di cium tikus-tikus kecil. Zahwa mengikuti tingkahku yang konyol dan aneh. Hebat sekali dia, bisa memikirkan rencana sekeren ini. Beruntung, anakku tipe gadis tangguh. Dia bahkan berani menghamburkan sepuluh tikus sekaligus di dalam selimut Nadia."Mas Ilyas, ada tikus," teriak Nadia masih menggema."Mah, kayanya Ayah udah bangun dan nyamperin nenek gayung. Ayok, kita lihat. Awa gak sabar lihat ekpresinya. Pasti rambutnya awut-awutan.""Masa sih, Nak? gak mungkinlah. Paling kamar tamu kita yang berantakan.""Ih, mamah gak tau, ya. Tadi tuh, Awa sudah siapkan satu tikus kecil alias bencil, yang unyu-unyu, di atas kepalanya.""Astagfirullohaladzim, hahaha," tawaku pecah seketika. Inginku guling-guling, sambil cekikikan se

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Janji Palsu

    POV Ilyas"Hahaha, Tante cantik kalah. Ayah lebih sayang kami. Sana pulang Tante. Jam tiga pagi gini, masih ada go car, ko," sahut anakku.Nadia memang ceroboh. Dia menggali kuburannya sendiri. Seenaknya menginap di rumahku, dan malah membongkar skandal kami.Sia-sia aku menyembunyikan pernikahan ini. Aku sudah menyimpannya serapat mungkin. Tak ada orang terdekat yang tahu. Bahkan, Rafli saja tidak tahu soal pernikahan siriku dengan Nadia. Namun, aku kaget ketika istri dan anakku mengaku mengetahuinya. Mereka tahu dari mana? nanti, aku akan menanyakannya pada Rafli."Nadia, cepat pergi!" "Mas kamu apa-apaan, sih? gak bisa seenaknya ngusir kaya gini. Aku juga istri kamu, Mas.""Berisik, pergi cepat!""Bagaimana Mbak, sakit dibentak? aduh, aduh. Mangkanya kalau punya muka cantik, hatinya jangan burik. Jadi, sakit deh," ucap Ela. Heran, anak dan istriku sama sekali tak menitikan air mata, ataupun ngamuk-ngamuk seperti di sinetron televisi. Hanya ada raut dongkol. Apa mereka memang mene

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pulang Ke Surabaya

    POV Ela"Gitu, dong, Yah. Makasih, tanda tangannya."Segera aku rebut surat-surat yang sudah ditanda tangani. Ini bukan hanya lembaran rapot. Namun, ada surat perjanjian jual rumah yang sudah aku selipkan. Aku sengaja menjualnya pada sahabatku. Rumah ini termasuk harta gono gini, karena dibeli setelah kami menikah. Jadi, saat menjualnya, aku harus mencantumkan tanda tanganku dan Ayah. Uang hasil penjualannya akan aku gunakan untuk membuka usaha. Meskipun, aku masih tak tahu, bisnis apa yang cocok untukku. Setidaknya, dengan uang satu milyar hasil penjualan rumah, bisa digunakan untuk menyambung hidupku dan Zahwa."Tumben, bilang makasih segala, Mah. Itukan cuman rapot.""Hehehe, emang kenapa sih, Yah. Kali-kali Mamah berterimakasih karena Ayah sudah berjuang mencari uang. Sampai anak kita bisa sekolah.""Oh, gitu. Gimana kalau Ayah ikut nganterin Mamah ke Surabaya. Sekalian mampir ke rumah Bapak. Nanti ayah minta libur ke kantor tiga hari.""Gak usah Ayah. Besok Ayah kerja dulu. iNan

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bapak Murka

    "Apa Ilyas selingkuh?" lagi-lagi, mereka kompak bertanya."Ayah, jahat, Mbah. Ayah sudah menikah diam-diam. Ayah sakitin, Mamah, dan Awa."Tangisan Zahwa begitu menyayat hati. Aku tak tega mendengarnya. Air mata mengalir bak banjir bandang. "Tenang, cucu Mbah. Keluarkan kekesalan, kamu, Ndok. Lalu jelaskan pelan-pelan sama Mbah. Biar Mbah Uti dan Mbah Kakung paham," ucap Ibu Nia berpindah posisi di samping Zahwa. Kemudian, mengelus halus pundaknya."Mbah, harus kasih Ayah pelajaran. Biar kapok. Ayah lebih milih nenek gayung dibandingkan Awa dan Mamah, hiks, hiks."Dadaku sesak. Perkataan Zahwa bagai ribuan peluru yang menghujam jantung dan tengkorak kepala. Nyeri tak terkira. Sekuat apapun anakku, dia hanya seorang anak remaja yang belum siap menerima kenyataan pahit ini."Coba ceritakan dengan jelas semuanya, Awa."Bapak Mertua mulai menampakan raut geram. Tangannya mengepal kuat. Dia pasti terbakar emosi. Mengetahui kelakuan buruk putranya. Zahwa melepaskan diri dari pelukan kakek

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Babak Belur

    POV IlyasAda yang aneh dari Ela dan Zahwa. Tak biasanya mereka pergi mendadak ke Surabaya. Aku berusaha menepis firasat buruk yang hadir. Mencoba tetap berpikir positif, dan lebih baik memanfaatkan keadaan. Waktunya aku bersenang-senang dengan istri muda. Ada untungnya juga, Ela berlibur ke Surabaya. Aku punya kesempatan bermesraan lebih lama, bersama pujaan hati."Kapan Mas bakal mengakui aku sebagai istri?" tanya Nadia. Kami sedang tidur bersama di rumahku. Nadia yang ingin tidur di sini. Dia takut sendirian di apartemennya."Tunggu Mas, mendapatkan harta Bapak. Baru kita bebas.""Kapan? menunggu bapakmu mati?""Dek, jangan bicara seperti itu.""Lagian, Mas ngeselin. PHP terus sama aku.""Bukan PHP, kamu tentu tahu alasannya.""Ya sudah, beliin aku rumah besar kaya si Ela.""Sabar, Mas belum bisa ngumpulin uang. Nunggu dapet bonus Lagi. Uang penjualan rumah kamu, kenapa gak di pake dulu, nanti Mas tambahin.""Gak mau. Ngapain aku punya suami, kalau rumah aja beli pake duit sendiri.

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Menaklukkan Ela

    "Pak, Bu, buka pintunya." Dini hari menjelang subuh, aku sampai di Surabaya. Beruntung masih ada penerbangan malam hari. Setelah menyusun rencana dengan Nadia, aku segera melakukan perjalanan menuju rumah Bapak.Ela sudah berbuat licik. Maka, aku akan bertindak demikian. Perlakuannya yang semena-mena tak bisa dibiarkan. Aku baru sadar, Ela bukan perempuan biasa. Dia pintar memanipulasi keadaan."Ayah ....""Zahwa, maafkan Ayah, Nak." Aku peluk putriku. Supaya dia ikut bersimpati. Agar aktingku lebih meyakinkan.Maafkan Ayah, Nak. Perasaan ini begitu rumit. Ayah menyayangimu, tapi tidak dengan Mamahmu. Cinta tak bisa dipaksakan. Kadang membuat orang yang merasakan, harus egois dalam mengambil tindakan. Begitulah posisi Ayah sekarang."Ih, peluk-peluk segala. Mana bau apek lagi. Ayah kaya drama India, aja. Lagian, ngapain ke sini? Mbah uti dan Mbah Kakung, gumoh alias eneg liat Ayah.""Ayah mau memperbaiki semuanya, Nak. Ayok, kita masuk.""Halah, jambu, yah.""Jambu?""Janjimu, janji

Latest chapter

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Tamat

    “Mah, ayok kita ke sana, Mah. Awa mau liat Mah," rengekku setelah Kak Fauzi menutup sambungan telepon."Iya, Wa. Kita pasti ke sana," jawab Mamah."Ya Allah, Nadia, hiks, hiks."Tangisan Ayah pecah. Bagaimana pun, Nadia pernah mengisi hatinya. Memberi suka duka. Pasti kabar ini cukup menekan batinnya."Sabar, Pak. Semua yang bernyawa pasti menemui kematian. Tugas kita yang masih hidup, hanya bisa mendoakan. Semoga segala Dosa Nayla dan Mbak Nadia bisa dimaafkan. Sehingga, dilapangkan kuburnya.""Aamiin," jawab aku dan Mamah.Wajah Mamah juga berubah murung. Aku bisa memahami perasaannya. Masa lalu tentang Nadia pasti berputar-putar memenuhi pikirannya. Ada rasa kecewa, tapi rasa kasihan jelas lebih besar. Mamah bukan tipe orang pendendam. Dia pasti ikut kehilangan Nadia. Begitu pula denganku. Perjalanan kehidupan yang aku lalui dengan hadirnya Nayla dan Kakaknya terus melintasi di kepala. Memang banyak kesan buruk yang membekas. Berusaha aku ikhlaskan, walaupun berat. Semampu diriku,

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Ending Kejahatan

    Pov Zahwa“Kak Fauzi ….”“Zahwa, bidadariku, bangunlah. Kakak ada di sini.”Tubuhku rasanya remuk. Sulit digerakan. Mata remang-remang. Aku seakan melihat keberadaan Kak Fauzi. Apa ini hanya halusinasi. Yang aku ingat, dia tidak bersamaku."Mamah ... Ayah ...."Perlahan aku bisa menatap sekitar dengan jelas. Mamah mengalirkan hujan di pipi. Dia memelukku erat. Bagaikan sudah bertahun-tahun baru bertemu. Begitu pula dengan Ayah. Mengelus kepala dengan mata berkaca-kaca. "Mah, Awa di mana?""Awa di rumah sakit, Nak. Sudah seminggu kamu gak sadarkan diri. Alhamdulilah, Awa bisa kuat melawan rasa sakit. Mamah sayang sama Awa. Cepat sehat Nak."Satu Minggu? selama itu aku tertidur lelap. Perlahan aku ingat-ingat kejadian terakhir sebelum tak sadarkan diri.Setelah mendapat pesan dari Nayla, aku segera datang ke lokasi. Sebelum itu, menelepon Fika untuk menyusul, dan membawa pasukan detektif Arya. Namun, ternyata aku dijebak. Tak ada orang di rumah reyot yang aku datangi. Aku terus mencari

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Pertarungan Sengit

    POV FauziMulut ini tak henti melafalkan doa. Memohon pertolongan-Nya. Ruangan pengap, dengan pencerahan minim, jadi saksi bisu. Untukku bertaruh nyawa. "Hey, calon suamiku," sapa Nayla dengan seringai mengerikan.Mulutku dibekap kain yang dililitkan sampai belakang. Tangan dan kaki diikat kencang. Hanya mata yang bisa merespon kejahatan Nayla. Hati tak hentinya beristigfar. Tak menyangka, jika ada perempuan tak berperasaan seperti Nayla.Aku menyesal tidak mendengarkan penuturan Zahwa. Pujaan hatiku, yang malah diabaikan. Padahal, dia bicara sesuai kenyataan. Aku yang terlalu bodoh. Tidak menaruh sedikitpun rasa curiga pada Nayla.Memang kita tidak boleh berprasangka buruk kepada sesama manusia. Namun, berwaspada juga penting. Membela diri sendiri merupakan hal yang diharuskan dalam agama. Dari sini aku belajar. Supaya, tetap berhati-hati menghadapi setiap manusia dengan isi hati yang sulit dipahami.Manusia bukan hanya diciptakan dari tanah. Namun, ada amarah bagai api yang tersimp

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bertukar Nyawa

    "Zahwa!""Mah, Kak Fauzi, hiks, hiks."Aku menangis di lantai. Kepala diletakan di sofa. Tubuh tak ada tenaga. Mengingat nasib Kak Fauzi. Aku tau, Nayla memang mencintainya. Tak mungkin menyakitinya. Namun, kalau Kak Fauzi dijebak, lalu disuruh menikahi Nayla, bagaimana denganku?"Tenang, putri Ayah. Kita pasti bisa menyelamatkan Fauzi."Ayah merangkul tubuhku. Untuk duduk di sofa. Aku sandarkan beban ini padanya. Mamah ikut memelukku. Raut khawatir juga tergambar jelas di wajahnya."Arya, apa Nayla sama sekali tidak meninggalkan jejak?""Tidak ada Pak Ilyas. Kami kehilangan jejaknya. Ponselnya juga tidak bisa dilacak. Sulit menemukan keberadaannya. Tapi tenang, saya dan para polisi, sedang berkeliling daerah sini. Mencari keberadaan Fauzi.""Om Arya, tolong temukan Kak Fauzi, hiks, hiks.""Insyalloh, Wa. Om akan berusaha semaksimal mungkin."Air hujan di pipi, tak henti menetes. Perasaanku bagai daun berguguran di musim semi. Kering kerontang. Layu, dan tak ada energi keceriaan.Mama

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Serangan Balik

    POV ZahwaKak Fauzi jahat. Dia bilang cinta. Mau melamarku jadi istrinya. Dulu saja, ketika aku terjebak narkoba, dia yang paling percaya aku bisa keluar dari benda haram itu. Namun, kenapa sekarang tidak? Nayla dan Nayla lagi yang dibela. Padahal, bukan aku yang melukainya. Pasti nenek lampir itu gila. Dia yang melukai dirinya sendiri."Sabar ponakan Aunty. Kita belum kalah.""Tapi Aunty, hati Awa rasanya cenat cenut. Sakit banget.""Hahaha, Aunty paham. Tenanglah, kita dan Fika bukankah sudah mengatur strategi?""Iya, sih, tapi ....""Hust, ada yang sedang mengawasi."Aunty menarikku ke lorong lain dari rumah sakit. Bukan jalur pulang. Lalu, kami bersembunyi di ruang praktek dokter. Untung, ruangannya kosong. Dari balik kaca, aku bisa melihat ada dua preman yang sedang celingukan. Mereka pasti mencari kami."Hati-hati. Aunty yakin, Si Nayla punya rencana jahat untuk kita.""Rencana jahat apa, Aunty?""Ya, mana Aunty tahu.""Yah, gimana dong. Mau sampe kapan kita di sini." "Sabar, A

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   POV Nayla

    Kenalkan, namaku Nayla. Kakakku adalah Nadia. Seorang perempuan yang hidupnya di porak porandakan keluarga Ilyas dan Ela. Dua tahun lalu, ketika tahu kakakku masuk rumah sakit jiwa, napas rasanya tercekat. Raga tersesat. Dunia seperti kiamat.Akibat kejahatan keluarga Ilyas. Tanggung jawab keluarga pindah ke pundakku. Biasanya, keluargaku mengandalkan uang Kak Nadia. Ibu yang sakit-sakitan terpaksa tidak bisa berobat. Bapak hanya seorang pengangguran. Keluarga kami miskin dan menderita ketika Kak Nadia gila. Aku yang belum siap dengan permasalahan yang pelik ini, hanya bisa menangis setiap malam. Menahan perut yang kelaparan. Di tambah lagi menyaksikan kedua orangtuaku harus menahan penyakit, dan lapar diusia senja. Kondisi saat itu, merupakan keadaan paling buruk yang pernah aku rasakan.Aku pernah mengunjungi rumah Ilyas. Meminta bantuan pada mereka. Namun, aku malah diusir oleh ibunya Ilyas. Sedangkan kakak iparku itu, sama sekali tidak peduli. Dia kabur ke luar negeri. Tidak melih

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Bersaing

    "Ambil aja, Bang.""Oke, Neng. Makasih!"Aku tancap gas dengan kecepatan mirip halilintar. Segera menuju rumah sakit. Gantian Fika yang terus berteriak memintaku memperlambat kecepatan."Woy, Zahwa, berhenti!" "Arrgh!""Kenapa sih, Fik? urgent nih.""Lu mau nemuin si Fauzi sama Nayla 'kan? mending gua gak ikut dah. Dari pada si Nayla ngenalin gua. Bahaya buat penyelidikan kita nantinya.""Iya juga sih. Terus, kamu mau turun di mana?""Udah turun di sini aja. Nanti gua ngojek.""Gak papa, Fik? mau aku anterin dulu?""Gak usah. Nanti calon lu keburu di embat si Nayla. Sana cepetan gas. Kalau ada apa-apa, kabarin gua.""Oke siap. Makasih yah, Fik."Fika mengacungkan jempol. Aku kembali melanjutkan perjalanan. Beberapa menit kemudian, akhirnya sampai juga. Aku segera masuk ke rumah sakit. Ternyata Nayla sudah ditangani dokter. Kak Fauzi merangkulnya. Membantu dia berjalan. Kaki sebelah Kanan, diperban dari area lutut ke bawah sepanjang 30 cm. Nayla jalan terpincang-pincang.Pasti dia sen

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Kebusukan Nayla

    "Ih, santai dong, Ayah.""Maaf, Nak. Ayah kayanya salah denger, ya. Coba ulang-ulang kamu bilang apa tadi.""Ih, Ayah. Awa serius. Awa pengen NIKAH SAMA KAK FAUZI. Ayah gak salah denger."Suara benda jatuh terdengar jelas. Aku terus memanggil nama ayah tapi tidak ada jawaban. Namun, beberapa menit kemudian barulah ayah bersuara lagi. Dia mengatakan cukup terkejut dengan keinginanku. Lalu, aku jelaskan dampak positif menikah muda, dan kesiapan Kak Fauzi jadi imamku. Aku juga akan tetap kuliah meskipun sudah menikah. Menaklukan hati ayah ternyata tidak sesulit Mamah. Ayah akhirnya melunak. Dia mau menerima keinginanku. Namun, mau bertemu Fauzi terlebih dahulu untuk memastikan. Aku setujui permintaan ayah, dan menyuruhnya cepat pulang ke sini."Ayah harus bantu Awa bujuk Mamah, ya.""Hmmm, kalau soal itu Ayah gak jamin Mamah kamu bakal dengerin Ayah.""Ah, Ayah gimana, sih. Pokoknya Awa gak mau tahu, ayah harus bujuk Mamah. Pake cara apa saja, supaya Mamah setuju.""Aduh, cukup berat pe

  • Suamiku Lupa Privasi Story WhatsApp   Nayla Mendekati Fauzi

    Tanpa persetujuanku, Kak Fauzi mempersilakan Nayla duduk di jok belakang motornya. Apa sih, yang Kak Fauzi mau. Tadi dia merayuku untuk pergi bersama. Sekarang, kenapa dia mau meninggalkanku demi Nenek sihir?"Terus Awa gimana? dih, Kakak jahat banget.""Ya, Awa ikut juga.""Dih, ogah.""Emang Awa gak papa kalau Kakak berduan sama Mbak Nayla?" tanyanya seakan memberi kode."Ya, gak boleh. Kakak 'kan calon suami aku.""Ya udah ikut. Biar Nayla di tengah.""Lagian ngapain sih, nolongin dia. Orang jahat kaya dia malah ditolongin.""Gak boleh gitu, Zahwa Sayang. Menolong sesama manusia adalah kewajiban. Tanpa memandang sikap baik atau buruk orang itu pada kita."Mendengar kata-kata Kak Fauzi yang lembut. Dibumbui panggilan 'Sayang' membuatku tak bisa membantah. Baru kali ini, dia memanggilku dengan sebutan yang begitu romantis. Ternyata dia pandai sekali memperbaiki mood-ku."Hari ini kamu beruntung Nayla. Tapi, ingat, kapan-kapan jangan berharap menggoda calon suamiku," gerutuku setenga

DMCA.com Protection Status