Share

5. Masih ingat rumah

Penulis: Muninggar88
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bu, Mas Irwan belum pulang?" sapaku ketika melihat ibu mertua yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kalau gak ada di rumah berarti ya, belum pulang," jawabnya enteng. "Lagian suami mana yang betah punya istri gak bisa ngurus diri. Sudah di kasih uang belanja rutin tapi gak bisa ngurus diri." Lagi kata-kata pahit dan pedas keluar dari mulut ibu mertuaku. Perempuan yang sudah aku anggap seperti ibu kandung sendiri tanpa aku bedakan. Bahkan jika dibandingkan dengan anak perempuannya, justru aku yang lebih perhatian untuk mengurangi dirinya. Sakit dan perih mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya itu. Bukannya memberikan ketenangan pada hari menantu justru ia malah menaburkan garam pada luka yang jelas-jelas menganga ini.

Aku mendengus kesal mendengar jawaban dari perempuan paruh baya itu. Segera kutinggalkan saja dia. Aku berlalu tanpa dari hadapannya begitu saja. Percuma juga bersikap sopan dan juga santun pada manusia yang tidak punya hati dan perasaan. Yang ada hanya makan hati saja.

"Hey, Rum, kamu mau ke mana? Kamu sudah masak apa belum. Mbakmu pasti sudah nunggu juga buat sarapan!" teriaknya yang tak aku hiraukan. Dia pikir aku dinikahi putranya untuk dijadikan babu gratisan, apa? Anak perempuannya sudah berkeluarga juga kalau butuh makan biar bergerak sendiri tidak harus mengandalkan orang lain untuk mengisi lambungnya itu.

Jika dipikir-pikir ternyata selama ini aku sudah di butakan akan syarat seorang istri yang harus patuh pada suami tentunya jug pada keluarganya. Allah masih adik dan sayang kepadaku. Nyatanya aku diberi keberanian untuk melawan kelemahanku yang selaku diam atas tindakan dari keluarga suamiku sendiri. Aku seolah mendapatkan secercah bukti kecurangan yang sudah dilakukannya di belakangku.

Dari ucapan ibu mertua. Aku merasa semakin yakin jika putra satu-satunya itu telah melakukan suatu penghianat atas janji suci yang pernah ia ikrarkan kepadaku di depan penghulu dan juga para saksi.

Aku mengajak kedua buah hatiku untuk sejenak pergi keluar dari rumah ini dan mencari udara segar untuk sedikit menyejukkan hati yang sedang dilanda kemarau yang meninggalkan rasa panas yang tak tau kapan akan bertepi.

.

Menjelang waktu Zuhur kami baru pulang kembali ke rumah. Aku sengaja berlama-lama bermain di rumah tetanggaku itu. Selain karena mereka baik dan tahu bagaimana dengan perlakuan ibu mertuaku. Anak kedua Nia juga sepantaran dengan Alif yang mana keduanya sudah saling dekat seperti saudara sendiri.

Ibunya Nia adalah tetangga sedari kecil ibu mertua yang artinya keduanya sudah saling mengenal sedari dulu.

"Kamu yakin, Rum mau pulang sekarang? Cuaca di luar sangat panas sekali kasihan itu anak-anak kamu," ujar ibunya Nia berusaha menahan kepergian kami.

"Iya, Bu gak apa-apa. Terimakasih, dan maaf kalau Rumana sudah banyak merepotkan Ibu dan Nia."

"Kamu ini, Rum, kaya sama siapa saja. Pokoknya kalau ada apa-apa atau kamu lagi butuh bantuan kamu bisa bilang sama aku. Oh iya jangan lupa kamu pikirkan saranku tadi. Coba kamu cari tentang bagaimana cara menjadi penulis online. Soal tahu ide tulisan kamu banyak yamg minat sama ide tulisan kamu, kan lumayan bisa jadi pundi-pundi rupiah. Bisa kamu tabung tanpa sepengetahuan orang rumah termasuk juga suamimu itu. Pokoknya jangan sampai ada yang tahu kamu punya penghasilan sendiri. Kami sudah sangat hapal itu sama keluarga suamimu itu. Jangan sampai kamu cuma dimanfaatkan lagi sama mereka.

Benar pilihan kami untuk tidak lagi mengeluarkan uang pribadimu itu untuk mengenyangkan perut mereka. Itu sudah kewajiban suami kamu bukan kamu. Aku jug punya firasat yang gak baik tentang suamimu itu dari semua yang pernah kamu ceritakan sama aku. Kamu yang sabar saja dulu."

Hingga senja kembali akan kembali ke peraduannya baru lah deru mesin mobil yang aku yakin itu milik Mas Irwan terdengar di depan halaman rumah. Aku buru-buru mengeceknya dari balik korden jendela kamar kami ini. Dan benar saja, ayah dari kedua anakku ini baru saja turun dari mobilnya.

Ingin segera menanyakan maksudnya pergi tanpa ada kabar dan tidak pulang ke rumah. Rasakan harus aku tahan saja dulu semuanya. Biarkan saja dia merasa biasa saja tanpa ada masalah karena ulahnya itu. Dan sebisa mungkin aku juga akan bersikap seperti biasanya.

"Ayah ... ayah ..." Alif berlari kegirangan menyambut kedatangan dasu ayahnya itu. Aku sengaja membuka pintu kamar ini untuk memudahkan putraku itu bisa berjumpa dengan ayahnya karena sudah sedari kemarin dia menanyakan terus perihal ayahnya yang tidak kunjung pulang ke rumah.

"Aduh, Rum, tahu suami baru pulang kerja, mbok ya anakmu ini dipeganggin dulu jangan biarkan menganggu ayahnya. Kamu enak cuma diam saja di rumah. Anakku ini yang sudah kepayahan banting tulang buat ngasih makan kalian." Astaghfirullah, aku hanya mampu beristighfar dalam hati. Ada manusia yang kelakuannya seperti ini mertuaku ini. Namanya juga anak pasti akan merindukan ayahnya terlebih sudah dua hari tidak ditemuinya. Enek saja dia bilang aku cuma enak-enakan di rumah. Lihat saja aku akan mewujudkan ucapannya itu. Dasar orang tua tidak sadar sama umur.

"Sudah pulang, Mas?" Aku menyapanya seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya dengan kami.

"Hmm!" Hanya itu balasan yang ia berikan tanpa sedikitpun ia menoleh ke arahku.

"Alif, ayah capek. Ayah mau mandi dulu."

Tanpa memedulikan perasaan putranya itu. Mas Irwan berlaku begitu saja dari hadapan kami yang sontak saja menumbuhkan kekecewaan pada putra kecil kami.

"Sayang, sini sama Bunda. Ayah capek, nanti saja ya mainnya," ujarku berusaha untuk menenangkan hati putra kecilku ini.

"Belum puas kamu seharian main sama ibu kamu. Makanya tahu diri sudah tahu ayahnya capek baru pulang maunya minta dimana-mana." Ada yang sakit di dalam sini mendengar ucapan dari ibu mertua. Tidak ambil pusing dengan mulut pedasnya itu yang selalu menyakitkan. Aku segera mengandeng tangan anakku dan pergi berlalu dari hadapan ibu mertua.

Bab terkait

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   6. Sebuah permintaan

    Aku masuk ke dalam kamar menyusul suami yang katanya ingin segera membersihkan badannya. Baru saja aku melangkah ke dalam kamar dengan pintu yang sengaja tidak tertutup dengan sempurna."Iya sayang, Mas juga sudah tidak sabar untuk kita hidup bersama."Seketika langkah kaki yang membawa diri ini terhenti dengan sendirinya. Dada ini berdentum hebat hingga cairan bening tak terasa mengembun di sudut mata."Iya, sayang, pokoknya kamu harus sabar dulu. Mas akan secepatnya mengambil keputusan untuk hidup kita berdua. Iya, Mas akan janji. Jangan merajuk begitu, nanti cantiknya malah tambah berkali lipat loh."Astaga apa ini. Apa telingaku tidak salah mendengar. Apa benar ucapan Mas Irwan barusan adalah sebuah rayuan yang sudah jelas ia utarakan untuk perempuan lain. Jujur saja hatiku sangat panas mendengar kata-katanya tadi. Pada istri yang sudah membersamainya sekian tahun. Mau menerima kondisinya seperti apapun dan juga telah menemaninya dari nol dari titik terendah, tidak pernah ia berk

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   7. Jalan hidup yang berbeda

    Setelah kejadian malam itu, usai Mas Irwan menjatuhkan talaknya padaku tanpa kuduga-duga. Aku dan kedua anakku pun akhirnya keluar dari rumah tersebut. Bukan tanpa alasan melainkan karena pengusiran secara halus yang dilakukan oleh Mas Irwan dan juga keluarganya. Entah kesalahan apa yang pernah aku perbuat Hinga kebaikan dan pengorbananku tidak pernah terlihat di mata mereka.Di saat pikiran sudah tidak karuan dan juga buntu untuk bisa menemukan jalan keluar. Akhirnya pertolongan Allah pun datang menghampiriku satu persatu. Iya, aku dan kedua anakku ini diusir tanpa sepeserpun uang diberikan oleh Mas Irwan kepada aku dan kedua buah hatinya. Sungguh tindakannya tersebut sangat tidak bisa dibenarkan maupun bisa diterima. Walaupun dirinya sudah tidak menginginkan aku, setidaknya ia masih bisa lihat darah dagingnya tersebut. Nyatanya mata dan hatinya telah tertutup rapat untuk aku dan juga kedua anaknya itu. Entah setan apa yang sudah menggelapkan hati suamiku itu.Malam itu juga aku dan

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   8. Pesta pernikahan

    "Rum, apa kamu yakin?" Ibu datang menghampiriku ketika aku baru saja bersiap untuk pergi menemui ayah dari anak-anakku.Iya, sehari sebelumnya tiba-tiba saja aku mendapatkan kabar dari tetangga di sana, Nia yang juga teman baikku selama aku tinggal di rumah itu. Nia mengatakan jika hari ini adalah tepat di adakannya pesta pernikahan dari mantan suamiku yang mana yang kami belum berpisah secara hukum. "Iya, Bu, Rum sudah sangat yakin," ucapku sambil menoleh ke arah ibuku. "Ibu doakan saja semoga usaha, Rum untuk mendapatkan haknya anak-anak ini bisa berhasil. Ibu juga tidak perlu mengkhawatirkan Rumana insyaallah Rum akan baik-baik saja ada Mas Hendra dan juga Nia yang sudah siap untuk mendampingi Rum di sana."Aku sudah menceritakan semuanya tentang Mas Hendra kepada ibuku dan itu tentu saja membuat beliau tidak kalah terkejutnya dengan aku. Bagaimana mungkin pria yang hampir saja menjadi menantu di rumah ini dipertemukan lagi dengan keluargaku ini dalam situasi yang tentunya sangat

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   9. Kado untuk mantan

    Langkah kaki ini tiba-tiba saja terhenti. Tubuh ini terasa beku dan mematung di tempat.Tidak! Aku tidak boleh lemah serta menampakkan kelemahanku pada mereka. Aku harus terlihat kuat. Aku bukan perempuan bodoh dan lemah yang seperti mereka kira.Aku menguatkan hati ini. Aku harus bisa mengontrol emosiku sendiri karena aku juga tidak ingin mempermalukan diri sendiri di depan umum.Aku tersenyum miris melihat pemandangan yang ada di depanku. Bukan karena apa-apa, tapi kenyataan pahit justru baru aku ketahui jika Mas Irwan diam-diam di belakangku telah menikah dengan perempuan lain jauh sebelum ia melayangkan talaknya pada diri ini. Dan pesta ini digelar untuk meresmikan hubungan terlarang yang telah mereka tutupi selama ini. Pesta mewah dari hasil merampas hakku dan juga anak-anakku.Nia sengaja meremas genggaman tangannya padaku. Aku tahu jika dia berusaha untuk menguatkan aku.Kami terus berjalan semakin ke dekat ke arah depan pelaminan dan juga menunggu antrean untuk mengucapkan sel

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   10. Melupakan amarah dan kekecewaan

    Aku sedikit puas dengan ekspresi yang diberikan oleh keduanya itu. Tapi aku tentu tidak bisa merasa sepuas itu sebelum apa yang sebenarnya adalah hakku dan anak-anakku kembali bisa aku dapatkan. Biar saja orang lain mengecap jika aku ini adalah perempuan matre. Nyatanya-nyatanya memang salah satu yabg diperlukan untuk kehidupan manusia adalah materi. Terlebih atas pencapaian dan kesuksesan yang mantan suamiku dapatkan itu tidak jauh-jauh karena campur tanganku juga. Andai saja dulu aku tidak bekerja mana mungkin ia bisa melanjutkan pendidikannya itu, karena salah satu syarat untuk mengikuti jenjang karier di tempat kerjanya dulu adalah harus memiliki ijazah sarjana. Sedangkan dirinya sebelum dan ketika baru menikah denganku adalah hanya seorang lulusan sekolah menengah atas. Aku sengaja menagih seluruh uangku yang pernah dipakainya untuk biaya pendidikannya juga pengeluaran untuk rumah orang tuanya. Dan semua bukti itu masih aku simpan seperti kwitansi pembayaran dan juga nota-nota

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   11. Kedatangan mantan

    Beberapa hari setelah kejadian waktu aku yang mendatangi pesta pernikahan mantan suamiku. Aku mendapatkan kabar dari mantan suamiku yakni dia benar-benar datang menemuiku. Ia datang bukan karena ingin berkunjung dan menemui anak-anaknya, melainkan kedatangannya tersebut hanya untuk menyerahkan surat putusan cerai dari suaminya. Iya, selama proses persidangan perceraian kami tak pernah sekalipun aku menghadiri acara tersebut, bukan tanpa alasan melainkan karena tidak pernah sekalipun aku menerima surat pemberitahuan dari pengadilan agama. Mungkin itu semua telah direncanakan oleh Mas Irwan untuk mempercepat proses perceraian kami. Dan juga ia membawakan sejumlah uang yang entah dari mana ia mendapatkan itu. "Ini uang untuk anak-anak. Gunakan seperlunya jangan pernah lagi menganggu kehidupanku," ucapnya angkuh. Dan iya, dia datang ke sini hanya seorang diri. Dengan sombongnya dia tidak mau masuk ke dalam rumah ini maupun menemui kedua buah hatinya dengan alasan yang tidak masuk akal te

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   12. Jangan terlalu sombong

    Peringatan yang pernah Mas Irwan tujukan padaku harusnya itu ia tujukan pada istri barunya. Sebagai korban penghianatan dari kedua manusia itu, Aku sudah berkorban banyak, bukan hanya secara materi tetapi juga secara kejiwaanku dan juga anak-anakku. Belum cukup sakit yang aku rasakan karena perbuatan mereka. Kini perempuan tidak tahu diri dan tidak tahu malu itu justru kembali berulah dengan mengusik ketenanganku.."Rum, bagaimana kabar kamu dan juga anak-anak? Apa kalian baik-baik saja di kampung? Apa kamu mengurungkan niatku untuk memberi pelajaran pada mereka?"Sebuah pesan masuk ke nomerku. Pesan yang tidak lain dikirimkan oleh mantan kakak iparku. "Alhamdulillah baik, Mas.""Aku tetap ingin memberikan pelajaran untuk mereka."Segera pesan balasan aku kirim. Aku tidak ada niatan bermain api dengan suami orang. Hubungan ini murni karena persaudaraan dan lagi pula aku sudah mengenal Mas Hendra jauh lebih lama dan lebih dulu ketimbang keluarga dari Mas Irwan.Andai saja hal buruk

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   13. Pertemuan Irwan dan Adelia

    "Maaf, Mbak saya gak sengaja." Seorang pria yang tiba-tiba saja memijak tuas rem kendaraan yang ia kemudikan hingga menimbulkan suara berdecit sebelum kendaraan itu tersebut benar-benar berhenti bersamaan dengan suara jeritan dari seorang perempuan.Irwan sontak keluar dari pintu mobilnya untuk kemudian ia mencari tahu keadaan seseorang yang tengah terduduk di depan mobilnya itu.Tepat di depan mobilnya itu ada seorang perempuan yang tengah mengaduh kesakitan sambil memegangi pergelangan kakinya.Kondisi hujan lebat di malam hari di tambah minimnya pencahayaan selain dari lampu kendaraan yang lalu lalang membuat pengelihatan Irwan sedikit terganggu."Mbak tidak apa-apa?" tanya Irwan sambil duduk berjongkok di hadapan perempuan yang hampir saja ditabrak nya itu.Irwan memindai tampilan perempuan tersebut ia juga mengarahkan paling yang ia bawa untuk melindungi perempuan tersebut dari derasnya hujan. Pria normal dan dewasa itu seketika menelan ludahnya sendiri dengan susah payah karena

Bab terbaru

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   43. Ekstra part 3

    Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   41. Ekstra part 2

    Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   40. ekstra part

    Waktu begitu cepat berlalu ....Dengan pertimbangan yang matang-matang Bu Nur memutuskan untuk mencari keberadaan Adel. Bukan tanpa alasan melainkan untuk bisa membantunya merawat Irwan.Dengan susah payah akhirnya Bu Nur menemukan Adel dengan kondisi yang cukup miris. Adel yang hanya sebatang kara harus hidup terkatung-katung di jajanan. Miris. Sangat berbanding terbalik dengan Adel yang sebelumnya. Kulit mulus karena rajin perawatan salon, telah berubah menjadi kulit kusam dan lebih gelap karena paparan sinar matahari dan juga debu di jalanan.Bu Nur menemukan Adel saat kondisinya memperihatinkan usai kecelakaan yang dialami oleh mantan menantunya akibat terserempet oleh mobil."Mas, kamu makan dulu." Adel menghampiri Irwan di kamarnya. Pria yang dulu dengan penampilan perlentenya itu kini sudah berubah menjadi pria dengan kulit yang membungkus tulangnya.Dengan telaten Adel merawat pria yang dulu pernah me-ratukannya. Daripada hidup di jalanan lebih baik ia tinggal kembali bersama

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   39. End

    Karena diterpa emosi yang bertubi-tubi membuat Irwan tidak bisa berpikir dengan jernih. Tanpa pikir panjang dan mempedulikan siapapun. Irwan langsung mengusir Adel beserta dengan putrinya---Angel.Sudahlah pusing karena sakit hatinya ditinggal Rumana menikah. Terlebih yang menjadi suami baru mantan istrinya itu adalah mantan kakak iparnya. Irwan merasakan sakit hatinya yang begitu dalam.Sudah beberapa hari usai kejadian yang tidak terduga dan datangnya bersamaan. Irwan menjadi sosok yang tiba-tiba pendiam. Irwan memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Pandangan matanya kosong. Berhari-hari Irwan bahkan tidak mau memasukkan satu apapun ke dalam lambungnya. Mantan suami Rumana itu juga nampak sering uring-uringan tanpa sebab. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari yang tentu saja membuat Bu Nur yang usianya tidak lagi muda menjadi kerepotan. Untung saja masih ada tetangga mereka yang bersimpati hingga ada dari mereka yang menyarankan agar Bu Nur segera membawa putranya itu untuk b

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   38. Memuai apa yang ditanam

    "Sah.""Sah.""Alhamdulillah ....""Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."Di dalam ruang tamu rumah Rumana prosesi ijab kabul telah usai dan berjalan dengan lancar.Usai akad selesai, kedua mempelai dipertemukan di depan seorang penghulu dan tentunya disaksikan oleh para saksi dan tentu oleh wali.Semua tamu undangan dipersilahkan untuk menyicipi suguhan yang telah disediakan oleh tuan rumah."Rum, kamu cantik sekali," puji Hendra pada perempuan yang kini telah halal baginya. Rumana yang mendapatkan pujian dari suaminya itu sontak pipinya bersemu merah. Meski sebelumnya mereka telah saling mengenal lama. Namun kondisi dan situasi yang berbeda yang membuat keduanya sama-sama saling salah tingkah."Rum, Mas Hendra sudah ditunggu para tamu di depan," seru Nia dari balik pintu kamar Rumana. Sementara kedua anak Rumana asyik dengan teman baru mereka karena banyak tamu di rumah mereka yang membuat anak-anak kecil tersebut merasa senang karena rumah yang biasa

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   37. Hari bahagia Rumana

    Di rumah Rumana. Di sana mulai banyak berdatangan tamu terkhusus keluarga dan juga tetangga dekat rumahnya. Toko yang ada di dekat rumahnya sengaja tutup untuk hari ini begitupun dengan toko onlinenya semua kegiatan transaksi sengaja diliburkan oleh Rumana atas saran dan juga nasihat dari Ibunya. Acara di rumah tersebut sudah di mulai sejak pagi tadi yakni berupa acara pengajian dan dilanjutkan sore hari yakni acara lamaran Rumana dari Hendra."Mbak Rumana cantik banget. Pangling banget loh. Gak kelihatan kalau sudah ada dua anaknya," celetuk salah satu pegawai Rumana yang memang datang untuk bantu-bantu acara di rumah tersebut."Bisa saja kamu ini, Lin.""Benar kata Lina, Rum. Kamu memang cantik banget hari ini," ucap Nia membenarkan apa yang diucapkan oleh salah satu pegawai yang bekerja di tempat Rumana."Pasti Mas Hendra pangling.""Kamu bisa saja, Nia." Rumana sengaja mengundang Nia dan juga keluarganya untuk datang ke rumahnya agar bisa menyaksikan acara penting di dalam hidupny

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   36. Adel kembali bertingkah

    "Mas, kamu kenapa? Kok cepat pulangnya?" Adel menyambut kedatangan Irwan, pria yang sudah menjadikannya istri dengan meninggalkan anak dan istrinya.Irwan yang sebelumnya berpamitan untuk pergi mencari kerja, tiba-tiba pria tersebut pulang lebih cepat dengan ekspresi wajah yang sukar untuk dilukiskan."Mas, kamu kenapa?" Adel kembali mengulangi pertanyaan yang sama pada suaminya.Irwan menjatuhkan bobotnya di ata kursi ruang tamu rumah tersebut. Kursi yang menjadi saksi satu kenangan yang ditinggalkan oleh mantan istrinya karena kursi tersebut adalah hadiah dari Rumana yang diminta oleh ibu mertuanya.Irwan memijit pelipisnya sambil menghembuskan napas dengan berat.Adel nampak memandangi tingkat laku suaminya. Perempuan tersebut menunggu respon dari sang suami. "Mas! Kamu itu dengar gak sih, Aku ngomong. Kamu dari tadi aku tanyain diam terus. Kamu kira aku ini apa? Ditanya baik-baik malah aku dicuekin."Irwan masih bergelut dengan hati dan pikirannya. Pria yang mulai merasa bosan de

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   35. Kedatangan tamu

    "Mas ...!" jerit Adel ketika ia masih berada di dalam kamar mandi. Petang itu istri dari Irwan berniat untuk mandi. Karena terpaksa dan sebenarnya malas mau tidak mau perang itu Adel nekat untuk tetap mandi. Rasa gerah juga keringat yang sudah membasahi seluruh badannya membuat Adel terpaksa mandi di kamar mandi yang ada di rumah baru mereka.Irwan yang kebetulan berada di ruang tengah segera berlari ke arah istrinya ketika mendengar jeritan suara Adel."Mas tadi ada yang ngintip_in aku mandi." Adel berlari dan menabrak tubuh suaminya dengan hanya mengenakan handuk sebagai pembungkus tubuhnya.Rumah yang baru saja mereka tempati itu memang belum ada pagar pembatas pada bagian belakang rumahnya. Kamar mandi mereka berbatasan langsung dengan kebun milik tetangga mereka."Mengintip bagaimana maksud kamu?" Irwan merasa penasaran dengan aduan dari istrinya itu. Pria tersebut mengedarkan pandangannya ke sekitar kebun dan nihil tidak ia dapati ada orang maupun sesuatu yang mungkin mencurigak

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   34. Jungkir balik kehidupan Irwan

    "Bu, bagaimana pendapat ibu tentang niatan Mas Hendra yang ingin melamar Rum?" Rumana baru saja menyusun pakaian ibunya yang selesai disetrika dsn kemudian ia tata di dalam lemari perempuan yang telah melahirkannya itu.Ibu Rumana nampak mengembuskan napasnya pelan. "Kamu yang akan menjalani. Kalau kamu ragu. Kamu bisa salat istikharah untuk meminta petunjuk Allah. Apa Hendra masih sering menghubungi kamu?"Rumana mengangguk. "Iya, Bu. Hampir setiap hari Mas Hendra kirim pesan ke Rumana. Entah yang menanyakan kabar ibu, kabar anak-anak, juga kabar Rumana sendiri.""Lebih baik kamu minta petunjuk dulu sebelum mengambil keputusan. Ibu yakin sebenarnya Hendra itu baik. Hanya karena hasutan dari mantan istrinya yang sudah memisahkan dia dari kakak kamu dulu.""Apa ibu tidak punya pikiran kalau Mas Hendra hanya akan menjadikan Rumana sebagai pelampiasannya saja karena Rumana memang mirip dengan Mbak Mayang.""Kenapa kamu tidak tanyakan langsung pada Hendra?" Rumana nampak berpikir sejenak.

DMCA.com Protection Status