Beranda / Lain / Suamiku Lebih Memilih Pelakor / 7. Jalan hidup yang berbeda

Share

7. Jalan hidup yang berbeda

Penulis: Muninggar88
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kejadian malam itu, usai Mas Irwan menjatuhkan talaknya padaku tanpa kuduga-duga. Aku dan kedua anakku pun akhirnya keluar dari rumah tersebut. Bukan tanpa alasan melainkan karena pengusiran secara halus yang dilakukan oleh Mas Irwan dan juga keluarganya. Entah kesalahan apa yang pernah aku perbuat Hinga kebaikan dan pengorbananku tidak pernah terlihat di mata mereka.

Di saat pikiran sudah tidak karuan dan juga buntu untuk bisa menemukan jalan keluar. Akhirnya pertolongan Allah pun datang menghampiriku satu persatu. Iya, aku dan kedua anakku ini diusir tanpa sepeserpun uang diberikan oleh Mas Irwan kepada aku dan kedua buah hatinya. Sungguh tindakannya tersebut sangat tidak bisa dibenarkan maupun bisa diterima. Walaupun dirinya sudah tidak menginginkan aku, setidaknya ia masih bisa lihat darah dagingnya tersebut. Nyatanya mata dan hatinya telah tertutup rapat untuk aku dan juga kedua anaknya itu. Entah setan apa yang sudah menggelapkan hati suamiku itu.

Malam itu juga aku dan juga kedua buah hatiku. Di saat yang bersamaan aku berpapasan dengan suami dari kakak iparku yakni Mas Hendra. Pria yang jarang sekali aku temui karena dia juga jarang berada di rumah di karenakan ia bekerja di luar pulau.

"Loh, Rum malam begini kamu mau ke mana sama kedua anakku ini. Terus kenapa kamu juga bawa-bawa tas segala. Irwan tidak ikut dengan kalian?" Sebuah motor keluaran terbaru itu tiba-tiba berhenti tepat di sebelahku. Pria yang usianya di atas suamiku itu menatap heran kepada dah juga anak-anakku.

Aku tidak langsung menjawabnya karena aku juga heran kenapa dia tiba-tiba saja berada di sekitar sini.

"Mas sendiri ngapain di sini?"

"Aku mau keluar cari makan," ujarnya sambil menatap curiga kepadaku dan sesekali melihat ke arah dia buah hatiku.

"Kamu belum jawab pertanyaanku. Kamu ngapain keluar malam-malam bawa kedua anakmu juga?" Lagi dia mengulang pertanyaan yang memang belum aku jawab.

"Mana juga si Irwan yang tega membiarkan anak dan istri keluar malam-malam seperti ini," gerutunya dengan menampakkan raut cemasnya.

"Ayo, Aku antar kalian pulang saja!" Pria tersebut memintaku untuk naik ke atas jok motor yang ia kendarai.

"Gak usah, Mas. Terimakasih. Lagian saya tidak akan bisa lagi kembali ke rumah itu," ujarku dan dia pun seketika menampakkan raut keterkejutannya kepadaku.

"Kamu lagi ada masalah sama si Irwan? Apakah kalian sedang bertengkar?" cerca nya.

Aku menjawab pertanyaannya hanya dengan gelengan kepala. Sakit kalau harus dipaksa mengingat kejadian pahit yabg baru saja aku rasakan.

"Terus sekarang kamu mau kemana? Aku tidak tahu apa yang sudah terjadi dengan rumah tangga kalian."

"Aku mau pulang ke kampung saja, Mas."

"Kamu bisa cerita sama Aku. Aku ini sudah menganggap kamu sebagai adikku. Bahkan sejak dari dulu. Aku masih menganggap orang tuamu juga orang tuaku juga."

Aku mencari ketulusan dari pria yang memang berniat ingin menolongku terlebih dia juga sudah dekat dengan keluargaku sejak bertahun-tahun yang lalu, bahkan sebelum aku mengenal keluarga dari Mas Irwan dan juga mbak Ratna.

Akhirnya dari pertemuan yang tidak di sengaja itu, Aku memberanikan diri untuk menceritakan apa yang sudah menimpa rumah tanggaku dengan Mas Irwan. Bukan niatku untuk menjual pilu, namun ada baiknya juga pria yang sudah aku kenal lebih dulu ketimbang suamiku itu harus tahu peran istrinya atas retaknya mahligai yang telah aku bina sekian tahun dengan adik laki-lakinya itu.

Aku menolak tawaran kakak iparku yang berniat untuk mengantarkan aku pulang, namun aku tidak dapat menolak bantuan yang ia atas namakan untuk kedua keponakannya.

.

Setelah kejadian waktu itu, akhirnya di sinilah aku hidup di kampung halamanku yang hanya tersisa ibu yang menjadi orang tua tunggalku. Bapakku sendiri telah berpulang tiga tahun yang lalu dan menyisakan ibu yang tinggal di rumah ini. Aku merupakan dia bersaudara dan aku juga merupakan anak bungsu. Kakakku seorang laki-laki yang juga sudah berkeluarga namun ia memilih untuk menetap dan tinggal di tanah kelahiran istrinya itu yang berada di luar pulau dengan alasan karena memang mata pencahariannya berada di sana.

Di rumah penuh kenangan inilah aku m nunggu dengan tidak pasti keputusan final sekaligus surat cerai yang telah dijanjikan oleh Mas Irwan.

"Mas, minta juga sama kamu agar secepatnya ke luar dari rumah ini karena diantara kita sudah tidak ada lagi ikatan secara agama. Kamu tidak perlu khawatir karena aku yang akan mengurus semuanya dan kamu bisa menunggu surat cerai yang akan aku kirimkan nanti."

Masih aku ingat dengan lancarnya mulut mantan suamiku itu berucap tanpa sandungan. Tanpa ia menatap dan pedulikan lagi kedua buah hatinya yang benihnya telah ia tanam di dalam rahimku ini.

Aku tidak bisa diam saja seperti ini. Aku harus menuntut dan mendapatkan hak anak-anakku ini. Aku tidak bisa membiarkan jalang itu yang menikmati semua yang sudah aku perjuangkan dengan dari tiap tetes keringat dan juga air mataku ini.

Satu Minggu sudah aku dan kedua anakku berada di kampung dan tanpa ada kabar dari Mas Irwan sedikitpun untuk mencari menanyakan kabar kedua anaknya.

Aku mendesah pelan meratapi jalan hidup yang saat ini aku lalui. Tak pernah terbayangkan atau terselip di dalam bunga tidurku akan nasib yang tiba-tiba saja seperti ini. Aku pikir selama ini tidak ada masalah dalam rumah tanggaku dan semuanya berjalan baik-baik saja hingga awan hitam mulai m menghampiri dan membawa serta badai yang akhirnya memporak-porandakan bahtera yang sudah berlayar selama beberapa tahun.

"Rum, anakmu nangis mungkin minta asi." Suara ibu akhirnya menyadarkan aku dari lamunan. Aku tersadar jika masih ada nyawa yang bergantung pada diri ini. Aku tidak boleh lemah karena sudah dari semula aku sudah disetting untuk menjadi wanita tangguh. Bagaimana tidak tangguh, kaldu bukan karena aku posisi Mas Irwan tidak akan pernah menduduki posisinya saat ini. Kedudukannya yang sudah membuatnya melupakan anak dan istrinya. Kedudukan yang sudah membutakan mata dan hatinya.

Usai mendengarkan panggilan dari ibuku, Aku segera beranjak dari tempatku ini. Ternyata tanpa aku sadari aku telah duduk hampir berjam-jam di belakang rumah ibuku ini tepatnya di bawah kursi bambu panjang yang sengaja di letakkan di bawah pohon mangga. Kursi yang biasanya di duduki oleh almarhum bapakku karena bapak biasanya sangat senang menghabiskan waktunya di tempat ini sembari menikmati semilir angin dari pohon mangga dan pohon bambu juga pematang hijau karena rumah kami terletak persis berdekatan dengan sawah pribadi dan juga sawah milik tetangga kami.

Aku segera mengambil alih gadis kecilku ini.

"Maaf, Bu, sepertinya Rum sudah banyak melamun di belakang sampai-sampai lupa pada anak-anak Rum sendiri."

"Ibu tahu bagaimana perasaanmu, Rum. Pasti ini jelas tidak mudah untuk kamu terlebih ada balita dan juga bayi yang tentunya madih membutuhkan kasih sayang ibu dan ayahnya."

"Bukan hanya kehilangan kasih sayang dari ayahnya saja, Bu. Tetapi mereka juga kehilangan hak-haknya. Jalang itu dan keluarga Mas Irwan yang telah merampas semuanya dari kami."

Bab terkait

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   8. Pesta pernikahan

    "Rum, apa kamu yakin?" Ibu datang menghampiriku ketika aku baru saja bersiap untuk pergi menemui ayah dari anak-anakku.Iya, sehari sebelumnya tiba-tiba saja aku mendapatkan kabar dari tetangga di sana, Nia yang juga teman baikku selama aku tinggal di rumah itu. Nia mengatakan jika hari ini adalah tepat di adakannya pesta pernikahan dari mantan suamiku yang mana yang kami belum berpisah secara hukum. "Iya, Bu, Rum sudah sangat yakin," ucapku sambil menoleh ke arah ibuku. "Ibu doakan saja semoga usaha, Rum untuk mendapatkan haknya anak-anak ini bisa berhasil. Ibu juga tidak perlu mengkhawatirkan Rumana insyaallah Rum akan baik-baik saja ada Mas Hendra dan juga Nia yang sudah siap untuk mendampingi Rum di sana."Aku sudah menceritakan semuanya tentang Mas Hendra kepada ibuku dan itu tentu saja membuat beliau tidak kalah terkejutnya dengan aku. Bagaimana mungkin pria yang hampir saja menjadi menantu di rumah ini dipertemukan lagi dengan keluargaku ini dalam situasi yang tentunya sangat

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   9. Kado untuk mantan

    Langkah kaki ini tiba-tiba saja terhenti. Tubuh ini terasa beku dan mematung di tempat.Tidak! Aku tidak boleh lemah serta menampakkan kelemahanku pada mereka. Aku harus terlihat kuat. Aku bukan perempuan bodoh dan lemah yang seperti mereka kira.Aku menguatkan hati ini. Aku harus bisa mengontrol emosiku sendiri karena aku juga tidak ingin mempermalukan diri sendiri di depan umum.Aku tersenyum miris melihat pemandangan yang ada di depanku. Bukan karena apa-apa, tapi kenyataan pahit justru baru aku ketahui jika Mas Irwan diam-diam di belakangku telah menikah dengan perempuan lain jauh sebelum ia melayangkan talaknya pada diri ini. Dan pesta ini digelar untuk meresmikan hubungan terlarang yang telah mereka tutupi selama ini. Pesta mewah dari hasil merampas hakku dan juga anak-anakku.Nia sengaja meremas genggaman tangannya padaku. Aku tahu jika dia berusaha untuk menguatkan aku.Kami terus berjalan semakin ke dekat ke arah depan pelaminan dan juga menunggu antrean untuk mengucapkan sel

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   10. Melupakan amarah dan kekecewaan

    Aku sedikit puas dengan ekspresi yang diberikan oleh keduanya itu. Tapi aku tentu tidak bisa merasa sepuas itu sebelum apa yang sebenarnya adalah hakku dan anak-anakku kembali bisa aku dapatkan. Biar saja orang lain mengecap jika aku ini adalah perempuan matre. Nyatanya-nyatanya memang salah satu yabg diperlukan untuk kehidupan manusia adalah materi. Terlebih atas pencapaian dan kesuksesan yang mantan suamiku dapatkan itu tidak jauh-jauh karena campur tanganku juga. Andai saja dulu aku tidak bekerja mana mungkin ia bisa melanjutkan pendidikannya itu, karena salah satu syarat untuk mengikuti jenjang karier di tempat kerjanya dulu adalah harus memiliki ijazah sarjana. Sedangkan dirinya sebelum dan ketika baru menikah denganku adalah hanya seorang lulusan sekolah menengah atas. Aku sengaja menagih seluruh uangku yang pernah dipakainya untuk biaya pendidikannya juga pengeluaran untuk rumah orang tuanya. Dan semua bukti itu masih aku simpan seperti kwitansi pembayaran dan juga nota-nota

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   11. Kedatangan mantan

    Beberapa hari setelah kejadian waktu aku yang mendatangi pesta pernikahan mantan suamiku. Aku mendapatkan kabar dari mantan suamiku yakni dia benar-benar datang menemuiku. Ia datang bukan karena ingin berkunjung dan menemui anak-anaknya, melainkan kedatangannya tersebut hanya untuk menyerahkan surat putusan cerai dari suaminya. Iya, selama proses persidangan perceraian kami tak pernah sekalipun aku menghadiri acara tersebut, bukan tanpa alasan melainkan karena tidak pernah sekalipun aku menerima surat pemberitahuan dari pengadilan agama. Mungkin itu semua telah direncanakan oleh Mas Irwan untuk mempercepat proses perceraian kami. Dan juga ia membawakan sejumlah uang yang entah dari mana ia mendapatkan itu. "Ini uang untuk anak-anak. Gunakan seperlunya jangan pernah lagi menganggu kehidupanku," ucapnya angkuh. Dan iya, dia datang ke sini hanya seorang diri. Dengan sombongnya dia tidak mau masuk ke dalam rumah ini maupun menemui kedua buah hatinya dengan alasan yang tidak masuk akal te

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   12. Jangan terlalu sombong

    Peringatan yang pernah Mas Irwan tujukan padaku harusnya itu ia tujukan pada istri barunya. Sebagai korban penghianatan dari kedua manusia itu, Aku sudah berkorban banyak, bukan hanya secara materi tetapi juga secara kejiwaanku dan juga anak-anakku. Belum cukup sakit yang aku rasakan karena perbuatan mereka. Kini perempuan tidak tahu diri dan tidak tahu malu itu justru kembali berulah dengan mengusik ketenanganku.."Rum, bagaimana kabar kamu dan juga anak-anak? Apa kalian baik-baik saja di kampung? Apa kamu mengurungkan niatku untuk memberi pelajaran pada mereka?"Sebuah pesan masuk ke nomerku. Pesan yang tidak lain dikirimkan oleh mantan kakak iparku. "Alhamdulillah baik, Mas.""Aku tetap ingin memberikan pelajaran untuk mereka."Segera pesan balasan aku kirim. Aku tidak ada niatan bermain api dengan suami orang. Hubungan ini murni karena persaudaraan dan lagi pula aku sudah mengenal Mas Hendra jauh lebih lama dan lebih dulu ketimbang keluarga dari Mas Irwan.Andai saja hal buruk

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   13. Pertemuan Irwan dan Adelia

    "Maaf, Mbak saya gak sengaja." Seorang pria yang tiba-tiba saja memijak tuas rem kendaraan yang ia kemudikan hingga menimbulkan suara berdecit sebelum kendaraan itu tersebut benar-benar berhenti bersamaan dengan suara jeritan dari seorang perempuan.Irwan sontak keluar dari pintu mobilnya untuk kemudian ia mencari tahu keadaan seseorang yang tengah terduduk di depan mobilnya itu.Tepat di depan mobilnya itu ada seorang perempuan yang tengah mengaduh kesakitan sambil memegangi pergelangan kakinya.Kondisi hujan lebat di malam hari di tambah minimnya pencahayaan selain dari lampu kendaraan yang lalu lalang membuat pengelihatan Irwan sedikit terganggu."Mbak tidak apa-apa?" tanya Irwan sambil duduk berjongkok di hadapan perempuan yang hampir saja ditabrak nya itu.Irwan memindai tampilan perempuan tersebut ia juga mengarahkan paling yang ia bawa untuk melindungi perempuan tersebut dari derasnya hujan. Pria normal dan dewasa itu seketika menelan ludahnya sendiri dengan susah payah karena

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   14. Dua perempuan yang berbeda

    Di tempat lain, Adelia merasa hidupnya tidak tenang karena ancaman dari mantan istri pria yang sudah ia rebut kebahagiaannya.Setiap sumpah serapah yang keluar dari mulut Rumana ketika menjadi tamu undangan yang tidak pernah diharapkan kehadirannya waktu itu masih terngiang jelas di telinga perempuan dengan tampilan yang selalu cetar dan selalu paripurna."Kalau saja aku gak dikeluarkan begitu saja dari perusahaan pasti aku punya uang sendiri. Pedang uang sendiri malah Doble sama gaji suami. Dasar perempuan gila yang bisa-bisanya menyumpahi aku agar hidupku tidak bahagia. Semoga saja ucapnya itu berbalik sendiri. Aku pasti akan membuktikan kalau ucapannya itu tidak berlaku dan justru hidupku semakin bahagia dari pada dia." Di dalam kamarnya, kamar yang sebelumnya pernah ditempati oleh Rumana Adelia bermonolog. Perempuan yang usianya tidak berbeda jauh dari Rumana itu bersolek di depan cermin. Berhias diri sebelum berangkat mengantarkan sang putri untuk ke sekolah. Putri hasil pernikah

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   15. Sanksi

    "Bu, Rum mau berangkat dulu. Grab yang Rum pesan sudah datang." Aku segera berpamitan pada ibu dan tidak lupa untuk menitipkan putra pertamaku pada beliau. Untung saja Alif menurut dan sudah akrab dengan neneknya sehingga memudahkan ku untuk sewaktu-waktu bisa meninggalkannya karena ada keperluan penting. Hanya Latifah yang ikut bersamaku. Tujuanku kali ini adalah untuk memujudkan ucapanku pada kedua orang yang tidak tahu diri itu. Sudah beberapa bulan ini Mas Irwan sengaja melalaikan tugasnya seperti yang sudah dijelaskan oleh pengadilan. Nampaknya bagi mereka peringatan itu hanyalah omong kosong biasa dan mereka bisa seenaknya untuk menyepelekannya.Aku sudah membuat janji dengan Nia dan Nia bersedia untuk menemaniku nantinya.Nia sangat mendukung keputusanku ini. Dan dia juga beranggapan bahwa nafkah itu memang disengaja untuk tidak diberikan kepada anak-anakku. Menurut penurunan Nia bahkan sebagian tetangga yang mengatakan jika Mas Irwan tipe suami yang takut pada istrinya teruta

Bab terbaru

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   43. Ekstra part 3

    Seiring waktu terus bergulir semua keadaan pun mulai berbalik. Irwan sudah berusaha untuk menerima nasib dan keadaannya yang sekarang. Pria itu sudah mulai menerima apa yang ada di depannya saat ini karena yang sudah jauh pasti akan sangat sulit untuk bisa dijangkau kembali.Semua mulai berdamai dengan keadaan.Setelah beberapa tahun berlalu. Irwan akhirnya memutuskan untuk kembali bersatu dengan Adelia. Keduanya meresmikan hubungan secara negara dan juga agama.Ratna yang sudah lama pergi dan menghilang akhirnya kembali ditemukan meski dengan kondisi yang sangat memperihatinkan. Berbagai cara sudah diupayakan oleh Bu Nur untuk memulihkan kembali kondisi putrinya itu hingga ia sendiri tidak memperhatikan kondisi kesehatannya di usianya yang sudah lanjut itu.Setelah Ratna mulai sedikit membaik. Takdir berkehendak lain. Bu Nur harus pergi meninggalkan anak cucunya untuk menghadap Ilahi. Kesedihan tentu saja datang menyelimuti keluarga yang baru saja merasakan sedikit pulih dari keadaan

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   41. Ekstra part 2

    Adel yang terlihat panik segera membersihkan tumpahan yang ada di pakaian Irwan juga pakaian yang ia kenakan dengan menggunakan tisu yang sengaja sudah ia bawa dari rumah.Adel melihat ke sekeliling area itu dan tidak ada yang membuatnya curiga.Adel kembali melihat ke arah Irwan yang masih duduk di atas kursi rodanya. Nampak kedua tangan Irwan mengepal setelah melihat aka yang ada di depan matanya. Tidak bisa dibohongi bagaimana perasaan Irwan yang melihat orang yang pernah ada di dalam hidupnya berjalan dan bersanding dengan pria lain dengan pancaran penuh dengan kebahagiaan.Akhirnya luluh juga embun yang tadi menjadi kabut di mata Irwan. Sakit yang teramat kembali hadir usai luka yang sebelumnya belum mengering sempurna."Mas kamu baik-baik saja? Apa kamu kita pulang saja?"Irwan terdiam. Pria tersebut masih sibuk dengan kegundahan hatinya. Irwan ternyata masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Rumana kini telah menjadi milik orang lain.Andai saja dulu ia tidak tergoda dengan r

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   40. ekstra part

    Waktu begitu cepat berlalu ....Dengan pertimbangan yang matang-matang Bu Nur memutuskan untuk mencari keberadaan Adel. Bukan tanpa alasan melainkan untuk bisa membantunya merawat Irwan.Dengan susah payah akhirnya Bu Nur menemukan Adel dengan kondisi yang cukup miris. Adel yang hanya sebatang kara harus hidup terkatung-katung di jajanan. Miris. Sangat berbanding terbalik dengan Adel yang sebelumnya. Kulit mulus karena rajin perawatan salon, telah berubah menjadi kulit kusam dan lebih gelap karena paparan sinar matahari dan juga debu di jalanan.Bu Nur menemukan Adel saat kondisinya memperihatinkan usai kecelakaan yang dialami oleh mantan menantunya akibat terserempet oleh mobil."Mas, kamu makan dulu." Adel menghampiri Irwan di kamarnya. Pria yang dulu dengan penampilan perlentenya itu kini sudah berubah menjadi pria dengan kulit yang membungkus tulangnya.Dengan telaten Adel merawat pria yang dulu pernah me-ratukannya. Daripada hidup di jalanan lebih baik ia tinggal kembali bersama

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   39. End

    Karena diterpa emosi yang bertubi-tubi membuat Irwan tidak bisa berpikir dengan jernih. Tanpa pikir panjang dan mempedulikan siapapun. Irwan langsung mengusir Adel beserta dengan putrinya---Angel.Sudahlah pusing karena sakit hatinya ditinggal Rumana menikah. Terlebih yang menjadi suami baru mantan istrinya itu adalah mantan kakak iparnya. Irwan merasakan sakit hatinya yang begitu dalam.Sudah beberapa hari usai kejadian yang tidak terduga dan datangnya bersamaan. Irwan menjadi sosok yang tiba-tiba pendiam. Irwan memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Pandangan matanya kosong. Berhari-hari Irwan bahkan tidak mau memasukkan satu apapun ke dalam lambungnya. Mantan suami Rumana itu juga nampak sering uring-uringan tanpa sebab. Kejadian tersebut berlangsung berhari-hari yang tentu saja membuat Bu Nur yang usianya tidak lagi muda menjadi kerepotan. Untung saja masih ada tetangga mereka yang bersimpati hingga ada dari mereka yang menyarankan agar Bu Nur segera membawa putranya itu untuk b

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   38. Memuai apa yang ditanam

    "Sah.""Sah.""Alhamdulillah ....""Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jama'a bainakumaa fii khoir."Di dalam ruang tamu rumah Rumana prosesi ijab kabul telah usai dan berjalan dengan lancar.Usai akad selesai, kedua mempelai dipertemukan di depan seorang penghulu dan tentunya disaksikan oleh para saksi dan tentu oleh wali.Semua tamu undangan dipersilahkan untuk menyicipi suguhan yang telah disediakan oleh tuan rumah."Rum, kamu cantik sekali," puji Hendra pada perempuan yang kini telah halal baginya. Rumana yang mendapatkan pujian dari suaminya itu sontak pipinya bersemu merah. Meski sebelumnya mereka telah saling mengenal lama. Namun kondisi dan situasi yang berbeda yang membuat keduanya sama-sama saling salah tingkah."Rum, Mas Hendra sudah ditunggu para tamu di depan," seru Nia dari balik pintu kamar Rumana. Sementara kedua anak Rumana asyik dengan teman baru mereka karena banyak tamu di rumah mereka yang membuat anak-anak kecil tersebut merasa senang karena rumah yang biasa

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   37. Hari bahagia Rumana

    Di rumah Rumana. Di sana mulai banyak berdatangan tamu terkhusus keluarga dan juga tetangga dekat rumahnya. Toko yang ada di dekat rumahnya sengaja tutup untuk hari ini begitupun dengan toko onlinenya semua kegiatan transaksi sengaja diliburkan oleh Rumana atas saran dan juga nasihat dari Ibunya. Acara di rumah tersebut sudah di mulai sejak pagi tadi yakni berupa acara pengajian dan dilanjutkan sore hari yakni acara lamaran Rumana dari Hendra."Mbak Rumana cantik banget. Pangling banget loh. Gak kelihatan kalau sudah ada dua anaknya," celetuk salah satu pegawai Rumana yang memang datang untuk bantu-bantu acara di rumah tersebut."Bisa saja kamu ini, Lin.""Benar kata Lina, Rum. Kamu memang cantik banget hari ini," ucap Nia membenarkan apa yang diucapkan oleh salah satu pegawai yang bekerja di tempat Rumana."Pasti Mas Hendra pangling.""Kamu bisa saja, Nia." Rumana sengaja mengundang Nia dan juga keluarganya untuk datang ke rumahnya agar bisa menyaksikan acara penting di dalam hidupny

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   36. Adel kembali bertingkah

    "Mas, kamu kenapa? Kok cepat pulangnya?" Adel menyambut kedatangan Irwan, pria yang sudah menjadikannya istri dengan meninggalkan anak dan istrinya.Irwan yang sebelumnya berpamitan untuk pergi mencari kerja, tiba-tiba pria tersebut pulang lebih cepat dengan ekspresi wajah yang sukar untuk dilukiskan."Mas, kamu kenapa?" Adel kembali mengulangi pertanyaan yang sama pada suaminya.Irwan menjatuhkan bobotnya di ata kursi ruang tamu rumah tersebut. Kursi yang menjadi saksi satu kenangan yang ditinggalkan oleh mantan istrinya karena kursi tersebut adalah hadiah dari Rumana yang diminta oleh ibu mertuanya.Irwan memijit pelipisnya sambil menghembuskan napas dengan berat.Adel nampak memandangi tingkat laku suaminya. Perempuan tersebut menunggu respon dari sang suami. "Mas! Kamu itu dengar gak sih, Aku ngomong. Kamu dari tadi aku tanyain diam terus. Kamu kira aku ini apa? Ditanya baik-baik malah aku dicuekin."Irwan masih bergelut dengan hati dan pikirannya. Pria yang mulai merasa bosan de

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   35. Kedatangan tamu

    "Mas ...!" jerit Adel ketika ia masih berada di dalam kamar mandi. Petang itu istri dari Irwan berniat untuk mandi. Karena terpaksa dan sebenarnya malas mau tidak mau perang itu Adel nekat untuk tetap mandi. Rasa gerah juga keringat yang sudah membasahi seluruh badannya membuat Adel terpaksa mandi di kamar mandi yang ada di rumah baru mereka.Irwan yang kebetulan berada di ruang tengah segera berlari ke arah istrinya ketika mendengar jeritan suara Adel."Mas tadi ada yang ngintip_in aku mandi." Adel berlari dan menabrak tubuh suaminya dengan hanya mengenakan handuk sebagai pembungkus tubuhnya.Rumah yang baru saja mereka tempati itu memang belum ada pagar pembatas pada bagian belakang rumahnya. Kamar mandi mereka berbatasan langsung dengan kebun milik tetangga mereka."Mengintip bagaimana maksud kamu?" Irwan merasa penasaran dengan aduan dari istrinya itu. Pria tersebut mengedarkan pandangannya ke sekitar kebun dan nihil tidak ia dapati ada orang maupun sesuatu yang mungkin mencurigak

  • Suamiku Lebih Memilih Pelakor   34. Jungkir balik kehidupan Irwan

    "Bu, bagaimana pendapat ibu tentang niatan Mas Hendra yang ingin melamar Rum?" Rumana baru saja menyusun pakaian ibunya yang selesai disetrika dsn kemudian ia tata di dalam lemari perempuan yang telah melahirkannya itu.Ibu Rumana nampak mengembuskan napasnya pelan. "Kamu yang akan menjalani. Kalau kamu ragu. Kamu bisa salat istikharah untuk meminta petunjuk Allah. Apa Hendra masih sering menghubungi kamu?"Rumana mengangguk. "Iya, Bu. Hampir setiap hari Mas Hendra kirim pesan ke Rumana. Entah yang menanyakan kabar ibu, kabar anak-anak, juga kabar Rumana sendiri.""Lebih baik kamu minta petunjuk dulu sebelum mengambil keputusan. Ibu yakin sebenarnya Hendra itu baik. Hanya karena hasutan dari mantan istrinya yang sudah memisahkan dia dari kakak kamu dulu.""Apa ibu tidak punya pikiran kalau Mas Hendra hanya akan menjadikan Rumana sebagai pelampiasannya saja karena Rumana memang mirip dengan Mbak Mayang.""Kenapa kamu tidak tanyakan langsung pada Hendra?" Rumana nampak berpikir sejenak.

DMCA.com Protection Status