Share

Bab 70

Penulis: Sylus wife
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 17:24:29

Ara dengan kasar menepis tangan Aether dari pahanya, kemarahan dan kekecewaan jelas tergambar di wajahnya yang masih basah oleh air mata. Mata dinginnya menatap Aether dengan tajam, seolah-olah pandangan itu bisa menghancurkan pria di depannya. "Jangan sentuh aku lagi! Jangan berjanji kalau kau bahkan tidak yakin bisa menepatinya! Kau adalah adik Aezar. Meskipun bukan saudara kandung, kalian tumbuh bersama bertahun-tahun. Kau pasti sama saja dengan dia! Pembohong dan manipulatif!"

Aether hanya terkekeh pelan, seolah-olah tidak terusik oleh kemarahan Ara. Tangannya kembali ke setir, mengendalikan mobil dengan santai di tengah jalanan kosong yang penuh dengan mayat zombie yang berserakan. "Omong kosong apa yang sedang kau katakan, Ara? Kau salah besar. Aku tidak sama dengan kakakku—"

Belum sempat Aether menyelesaikan kalimatnya, Ara langsung memotong dengan tajam, “Tunggu dulu! Aku punya tiga pertanyaan untukmu!”

Aether menoleh sedikit ke arahnya, tanpa mengurangi fokusnya pada jalan. E
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku Karakter Game    Bab 71

    Ara merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan lelah. Tubuhnya yang masih lemah terasa begitu berat, seolah setiap helaan napas menjadi perjuangan tersendiri. Dia menopang dagunya dengan tangan, menatap ke dinding kosong di hadapannya, pikirannya berkecamuk tanpa arah."Aku sangat bingung dengan semua ini..." gumamnya dengan suara pelan, hampir seperti berbisik pada dirinya sendiri. Tatapannya kosong, melayang-layang di antara fakta-fakta yang baru saja ia ketahui.Dia berguling perlahan hingga tubuhnya telentang, pandangannya mengarah ke langit-langit kamar yang megah namun terasa begitu dingin. Tangannya menyentuh permukaan kasur yang lembut, mencoba mencari kehangatan yang tak kunjung ia temukan di dalam hatinya. "Virus zombie ini ternyata virus buatan... Diciptakan oleh Eryas," bisiknya. "Dokter muda yang terkenal, yang menjadi model karakter di game Love and Zombie. Sifatnya... Sangat dingin. Itu pasti mencerminkan sifat aslinya, bukan hanya karakter game."Suara Ara terdengar ge

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Suamiku Karakter Game    Bab 72

    Aether perlahan melepaskan cengkeramannya dari dagu Ara, membuat gadis itu langsung memegangi rahangnya yang terasa nyeri. Tatapan Ara menusuk tajam, penuh amarah dan rasa muak, namun Aether hanya membalasnya dengan senyum tipis yang hampir menyeramkan. Ia mulai berjalan santai mengitari ranjang, seperti pemangsa yang menikmati momen bermain-main dengan buruannya."Jadi ini rasanya..." gumam Aether, dengan suara rendah yang dipenuhi keasyikan. "Berhadapan langsung dengan seseorang yang selama ini hanya aku saksikan lewat layar. Kau lebih menarik di dunia nyata, Ara."Ara mendengus kesal, matanya mengikuti gerakan pria itu dengan waspada. "Hentikan omong kosongmu. Kau pikir aku akan terkesan dengan pengakuan murahan seperti itu?"Namun Aether tidak menggubris kata-kata tajam Ara. Senyumnya perlahan melebar, matanya bersinar dengan sesuatu yang sulit ditebak. "Aku memang penggemarmu, Ara," katanya akhirnya, suaranya hampir berbisik. "Kemampuanmu bermain game benar-benar memukau. Aku tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Suamiku Karakter Game    Bab 73

    Ara terkekeh sinis, meski hatinya terasa sesak oleh amarah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Matanya menatap Aether dengan penuh kebencian, bahkan bibirnya yang mulai gemetar tetap melontarkan kata-kata pedas. "Sekarang apa maumu? Memaksaku menjadi mainanmu?" tantangnya, suaranya bergetar namun tegas."Bukan!" jawab Aether dengan nada yang tajam dan tegas, seperti dentuman guntur yang memenuhi ruangan. Tatapannya dingin namun membara. Dia perlahan naik ke atas ranjang, lututnya menyentuh matras dengan gerakan yang terlihat begitu penuh kendali, seperti predator yang baru saja mengepung mangsanya. "Aku ingin..." kata Aether, suaranya menurun, terdengar seperti bisikan mengancam. Wajahnya semakin dekat, napasnya terasa di wajah Ara. "Membuatmu jadi milikku."Tanpa aba-aba, Aether menarik kepala Ara dengan gerakan cepat, membuat jarak di antara mereka menjadi hampir tidak ada. Bibirnya mendekat dengan ancaman yang jelas. Namun sebelum ia sempat menyentuh Ara,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Suamiku Karakter Game    Bab 74

    Aezar berdiri di tepi gedung tinggi, tubuhnya mematung dalam bayang sinar bulan yang dingin. Matanya yang merah menyala menatap jalanan di bawah yang dipenuhi mayat zombie berserakan, seperti pemandangan kelam yang menjadi saksi kehancuran. Angin malam berhembus, membawa bau busuk kematian, tetapi Aezar tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Hanya satu kalimat lirih yang keluar dari bibirnya, “Aku bebas sekarang.”Dia berbalik, dan tanpa ragu, melompat dari satu atap ke atap lainnya, tubuhnya bergerak lincah seperti bayangan di tengah malam. Langkahnya ringan, namun penuh semangat yang membara. “Bebas!” serunya, suaranya menggema di antara gedung-gedung kosong yang sunyi. “Tidak ada lagi yang mengaturku! Tidak ada lagi yang bisa menghentikanku! Aku bisa menjalani hidup seperti yang aku inginkan!”Namun, setiap lompatan membawa kenangan yang kembali menghantui. Dalam kegembiraannya, ada bayangan kelam yang menyelimuti hati. Senyumnya perlahan memudar, tergantikan oleh sorot mata penuh luk

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Suamiku Karakter Game    Bab 75

    Beberapa tahun telah berlalu. Waktu berjalan cepat, seperti bayangan yang terus melaju tanpa henti. Kini, Aether sudah menginjak usia enam tahun, sementara Aezar, kakak angkatnya, berusia sebelas tahun.Rumah megah itu dipenuhi keriuhan pagi ini. "Daddy! Usia Aether sudah genap enam tahun!" seru sang ibu dengan penuh semangat, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang mendapatkan hadiah.Ayahnya, yang sedang duduk di ruang tamu dengan koran di tangannya, tersenyum lebar. "Kita harus memasukkannya ke sekolah terbaik!" ujarnya dengan nada penuh keyakinan.Aether kecil melompat-lompat kegirangan di tengah ruangan, rambut silvernya yang halus berkilauan di bawah sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela besar. "Aku mau sekolah! Aku mau sekolah!" serunya tanpa henti, ekspresi antusias itu begitu murni.Sementara itu, tidak jauh dari sana, Aezar sedang sibuk di sudut ruangan, tangannya memegang sebuah vacuum cleaner. Dia membungkuk, menyedot debu yang menumpuk di karpet dengan ger

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Suamiku Karakter Game    Bab 76

    Malam itu, di kamar yang sunyi, Aezar duduk di meja belajar kecil miliknya, mencoba menyelesaikan PR yang diberikan di sekolah. Dengan serius ia menuliskan jawaban di atas kertas. Hanya suara gesekan pensil dengan kertas yang menemani malamnya. Tapi, kedamaian itu tak bertahan lama. BRAK! Buku tulis Aezar terlempar dari meja, mendarat di lantai dengan halaman-halaman yang terbuka. Pensil yang ia pegang terlepas dari jemarinya dan jatuh, patah menjadi dua. Aezar menoleh perlahan. Di depannya, berdiri Aether dengan tangan menyilang, wajahnya dipenuhi ekspresi kesal yang berlebihan. "Aku tidak mengerti! Kerjakan PR-ku!" serunya dengan nada penuh tuntutan, seolah itu adalah perintah yang tidak bisa dibantah. Tanpa menunggu jawaban, Aether berjalan menuju sofa, lalu duduk santai sambil menyalakan televisi. Tawa ceria dari kartun yang ia tonton terdengar memenuhi ruangan, kontras dengan suasana hati Aezar yang mendadak gelap.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Suamiku Karakter Game    Bab 77

    Enam bulan telah berlalu, membawa perubahan besar dalam dinamika kehidupan Aezar. Hari itu, di sekolah, momen pembagian rapor kedua menjadi penentu kenaikan kelas. Ruangan penuh dengan para orang tua yang antusias, menunggu dengan sabar untuk mengetahui hasil anak-anak mereka. Ayah dan ibu Aether duduk di kursi depan, wajah mereka penuh dengan kebanggaan. Ketika giliran mereka tiba, ayahnya bertanya kepada guru wali kelas dengan penuh semangat, "Jadi, Aether ranking berapa?" Guru wali kelas itu tersenyum cerah. "Selamat, ya! Aether mendapatkan ranking pertama!" Senyuman di wajah ayah dan ibu Aether langsung merekah. Kebanggaan terpancar jelas dari raut wajah mereka. "Itu anak kita!" ucap ayahnya dengan penuh rasa puas. "Daddy tahu kamu pasti bisa!" Aether, yang berdiri di samping mereka, tersenyum lebar. "Mommy, Daddy, aku kan anak pintar!" katanya penuh percaya diri. Namun, suasana berubah saat guru wali kel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Suamiku Karakter Game    Bab 78

    Lima tahun berlalu dalam keheningan yang menyakitkan. Selama itu, Aezar menjalankan tugasnya dengan patuh, memastikan dirinya selalu berada di posisi kedua seperti yang diminta. Ia tak pernah mengeluh, tak pernah menunjukkan rasa keberatan. Sementara itu, Aether terus bersinar, menjadi kebanggaan keluarga dengan predikat juara satu yang seakan ditakdirkan untuknya.Hari kelulusan pun tiba. Aula sekolah dipenuhi riuh tepuk tangan dan sorak-sorai kebahagiaan. Namun, di sudut ruangan, tersembunyi dari sorotan lampu dan perhatian siapa pun, berdirilah Aezar. Ia tidak mengenakan toga atau jas yang terlihat mencolok. Bajunya sederhana, senyumnya dipaksakan, dan tatapannya kosong. Ia tidak mengharapkan pujian, tidak mendambakan perhatian. Hari itu adalah milik Aether, seperti hari-hari lainnya dalam hidup mereka.Aether melangkah ke panggung dengan penuh percaya diri, menerima penghargaan kelulusan sambil tersenyum lebar. Tepuk tangan membahana memenuhi aula, terutama dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30

Bab terbaru

  • Suamiku Karakter Game    Bab 92

    Langit masih kelam ketika mobil mereka akhirnya mencapai perbatasan luar kota. Garis polisi yang sebelumnya mengisolasi area kini telah terbuka lebar, menandakan berakhirnya mimpi buruk yang sempat mengancam kota.Di kejauhan, siluet mayat-mayat zombie yang telah dimusnahkan berserakan di jalanan. Tim kepolisian sibuk membersihkan sisa-sisa kekacauan—mengangkat tubuh-tubuh yang tak bernyawa, menyapu noda darah yang membanjiri aspal, dan memastikan tidak ada ancaman yang tersisa.Namun, Aezar tidak tertarik untuk terlibat lebih jauh.Dengan santai, ia menancapkan gas, menerobos jalan tanpa sedikit pun niat untuk berhenti.Beberapa petugas sempat melirik, tapi begitu menyadari mobil itu milik salah satu anggota mafia, mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya memilih mengabaikan. Mereka tahu lebih baik untuk tidak ikut campur.Setelah menempuh perjalanan tanpa hambatan, akhirnya mereka berhenti di depan sebuah apartemen megah, berdiri kokoh di tengah kota.Aezar membuka pintu dan

  • Suamiku Karakter Game    Bab 91

    Aezar meraung.Suara itu menggema di seluruh ruangan, mengguncang setiap jiwa yang mendengarnya. Aura merah menyelimuti tubuhnya, bergolak seperti lautan api yang siap membakar siapa pun yang menghalangi jalannya.Kecepatannya meningkat.Dalam sekejap mata, tubuhnya sudah melesat ke arah kawanan werewolf. Dengan brutal, taringnya menancap satu per satu ke leher mereka, meneguk darah hangat yang mengalir deras. Para werewolf bahkan tak sempat menghindar, hanya bisa melolong sebelum kekuatan mereka disedot hingga ke titik nol.Aezar semakin kuat. Nafsu membunuhnya semakin meluap.Aether menyadari bahaya ini. Ia melesat dengan kecepatan tinggi, mencoba menghadang kakaknya.Namun Aezar tak peduli.Tanpa ragu, ia menangkap tubuh Aether dengan satu tangan, lalu menariknya dengan kasar sebelum membantingnya ke dinding sekeras mungkin.Brakkk!Dinding itu retak, tubuh Aether terhuyung sebelum jatuh tersungkur. Ia meringis, rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, namun ia masih cukup sadar un

  • Suamiku Karakter Game    Bab 90

    Aezar menatap musuh-musuh di depannya dengan tajam. Pupil merahnya bersinar seperti bara api, taringnya memanjang, dan aura haus darahnya semakin pekat. Dengan suara rendah, hampir seperti gumaman kepada dirinya sendiri, dia berbisik, "Kemarilah, minumanku..."Tanpa peringatan, tubuhnya melesat secepat bayangan, menerjang pasukan werewolf yang mengepungnya. Dalam satu gerakan cepat, dia menangkap seorang werewolf yang terlihat lebih lemah dari yang lain. Taringnya langsung menancap ke leher makhluk itu, merobek kulit dan dagingnya dengan mudah.Darah hangat mengalir deras ke tenggorokannya."Ahhh..." Aezar mendesah puas, matanya semakin menyala. Energi dan kekuatan mengalir ke dalam tubuhnya, membuat luka-luka kecil yang tersisa menutup lebih cepat.Sementara itu, Ara dan Dharma hanya bisa menyaksikan dari kejauhan. Wajah Ara dipenuhi kekhawatiran. "Bagaimana, Papa?" bisiknya lirih.Dharma menatap istrinya yang masih terbaring lemah bersama kedua putrinya di atas ranjang beroda. Wajah

  • Suamiku Karakter Game    Bab 89

    Ara akhirnya berhasil melepaskan ikatan di tubuh Dharma. Dengan tangan gemetar, dia mencengkeram lengan ayahnya dan menariknya untuk segera berlari keluar dari tempat itu. Nafasnya memburu, tubuhnya masih lemah, tapi tekadnya jauh lebih kuat."Sial!" geram Darius, ekspresi ganasnya semakin menyeramkan di bawah cahaya remang-remang laboratorium. Dia baru hendak melangkah mengejar, namun sepasang tangan yang penuh darah mencengkeram pergelangan kakinya dengan erat.Aezar.Meski tubuhnya telah babak belur, meski darah terus mengalir dari luka-luka di tubuhnya, dia tetap tidak melepaskan cengkeramannya. Matanya yang merah berkilat, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan."Lawanmu adalah aku," gumamnya lirih, namun suaranya terdengar seperti lonceng kematian di telinga Darius.Darius menyeringai marah. "Sialan!" Dengan kekuatan penuh, dia menendang rahang Aezar, membuat kepala vampir itu terhentak ke belakang dengan keras. Tulang-tulangnya berderak, darah segar mengalir dari sudut bibirny

  • Suamiku Karakter Game    Bab 88

    "Di mana Mama dan adik-adikku?!"Suara Ara menggema di seluruh ruangan, memenuhi udara dengan kemarahan yang tak terbendung. Sorot matanya membara, penuh dengan amarah dan tekad. Ia menatap tajam ke arah Darius, tubuhnya menegang dalam ketidakberdayaan. "Lepaskan Papa dan kembalikan keluargaku!"Darius menanggapinya dengan seringai lebar. Dalam kegelapan ruangan, perlahan telinga serigala mulai muncul di kepalanya, mencuat di antara helaian rambutnya yang cokelat tua. Sebuah ekor berbulu lebat menembus bagian belakang celananya, bergerak dengan liar seiring dengan geliat tubuhnya yang berubah."Kalau aku tidak mau, apa yang ingin kau lakukan, gadis kecil?" suaranya rendah, parau, penuh ejekan.Tiba-tiba, Darius menghilang dari tempatnya berdiri. Hanya dalam sekejap, dia telah melesat ke arah Ara, begitu cepat hingga nyaris tak kasat mata. Udara bergemuruh saat tubuhnya melayang, cakarnya yang tajam melesat dengan kecepatan mematikan, siap mencabik tubuh Ara."Ara!!"Teriakan Dharma me

  • Suamiku Karakter Game    Bab 87

    Setelah seminggu penuh Aezar merawatnya dengan sabar, akhirnya tubuh Ara mulai pulih. Meski langkahnya masih sedikit tertatih dan belum sepenuhnya normal, rasa sakit yang dulu mencengkeram setiap inci tubuhnya kini mulai berkurang. Tenaganya sudah kembali, dan semangatnya menyala lebih terang dari sebelumnya.Ara menatap Aezar dengan mata berbinar, penuh harapan. "Sekarang, kita bisa menyelamatkan Papa, Mama, dan adik-adikku!" serunya, tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Namun, alih-alih ikut bersemangat, Aezar justru menatapnya dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Kedua alisnya bertaut, dan matanya yang merah menyala memancarkan keraguan yang dalam. "Apa kau yakin akan baik-baik saja?" tanyanya pelan. "Aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi padamu lagi. Bagaimana jika kau menunggu di sini saja?"Ara terdiam. Ia tidak ingin ditinggalkan sendirian. Tidak lagi. Pikirannya berputar cepat, mencari alasan yang cukup masuk akal agar Aezar tidak bersikeras meninggalkannya. Lalu, sebe

  • Suamiku Karakter Game    Bab 86

    "Werewolf?"Mata Ara membulat seketika, nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Aezar mengangguk tegas, ekspresinya serius. "Benar. Darius adalah werewolf."Ara menunduk, tangannya menopang dagu, mencoba mencerna semua informasi yang telah ia terima. "Jadi... kau adalah vampir, Aether adalah alien, Kaelen adalah merman, dan Darius adalah werewolf."Ia mengangkat kepalanya dan menatap Aezar tajam. "Lalu bagaimana dengan Eryas?"Aezar menatapnya sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan nada lebih tenang. "Eryas… dia manusia. Sama sepertimu."Ara menghela napas panjang sebelum akhirnya membanting tubuhnya ke kasur dengan kesal. Kepalanya terasa berat, pikirannya berputar tanpa kendali. "Apa-apaan ini? Aku kira makhluk seperti kalian hanya ada di cerita fantasi!"Aezar terkekeh pelan sebelum menjawab. "Tapi nyatanya kami memang ada. Hanya saja, kami berusaha sebisa mungkin untuk tidak terlihat mencolok dan berbaur semirip mungkin dengan manusia."Ara mengernyit. "Kenap

  • Suamiku Karakter Game    Bab 85

    "Suami?"Ara menatap Aezar dengan ekspresi kesal, kedua alisnya bertaut, bibirnya sedikit mengerucut. "Kau serius mengatakan itu sekarang?"Aezar semakin menunduk, merasa salah tingkah. Jemarinya dengan canggung menggaruk kepalanya sendiri yang jelas-jelas tidak terasa gatal. "Maksudku..." suaranya terdengar lemah, nyaris tidak terdengar.Namun, bukannya marah, Ara justru terkekeh kecil. Nada suaranya ringan, penuh keisengan. "Bukankah papa sudah bilang kalau pernikahan kita tidak sah? Kita masih harus meminta restu papaku dan menggelar pernikahan secara resmi. Baru setelah itu aku boleh menganggapmu sebagai suamiku."Aezar menatapnya dengan mata berbinar. Ada cahaya harapan di sana, sesuatu yang membuatnya terlihat lebih hidup. "Apa itu berarti... kau mau jadi istriku, Ara? Istri sungguhan, secara sah?"Ara mengangguk tanpa ragu. Namun sebelum Aezar bisa bereaksi lebih jauh, Ara mengangkat satu jari, ekspresi usilnya kembali muncul. "Tap

  • Suamiku Karakter Game    Bab 84

    Aezar merawat Ara dengan sangat telaten, memastikan setiap luka di tubuh gadis itu sembuh secepat mungkin. Sama seperti saat awal pertemuan mereka—bedanya, kali ini tidak ada kebohongan, tidak ada niat tersembunyi. Ia melakukannya dengan tulus, bukan karena mengharapkan kebebasan atau keuntungan apa pun, tetapi karena Ara adalah satu-satunya orang yang ingin ia jaga dengan segenap hatinya.Ara menatap Aezar yang dengan sabar menyuapinya makanan. Meski tubuhnya masih lemah, pikirannya sudah mulai jernih, dan ada terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. "Boleh aku tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini?"Aezar terdiam sejenak. Tangannya yang memegang sendok berhenti di udara, dan ia menunduk. Ada keraguan di matanya, seakan otaknya sedang berusaha memilah kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kebenaran. Namun ia tahu, ia tidak boleh terus melarikan diri dari pertanyaan ini. Ara berhak tahu segalanya.Ia menarik napas panjang sebelum akhirnya mulai berbicara. "Jadi... Ini s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status