Share

135. Habitat?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tina menghela napas panjang, “Wah! Memang benar sepertinya dia tidak akan bisa tersentuh lagi. Tapi … Ya udah sih karena gimana pun juga dia kan memang harus kembali ke habitat aslinya.”

Mendengar kata “habitat”, Kirana tersenyum samar dan menepuk lengan Tina.

“Kamu ini loh … habitat? Kaya apa aja,” ucap Kirana yang kemudian tidak tahan untuk tidak tertawa.

Tina juga ikut apa bersama wanita muda itu dan tiba-tiba saja berbicara, “Mbak, tenang aja! Walaupun nanti Mita sudah tidak bisa kembali ke minimarket kita lagi, Mbak Kirana tetap punya teman kok.”

Kirana mengedipkan mata dan menatap Tina dengan dahi mengerut, “Kenapa kok kamu ngomongnya kayak gitu banget?”

Tina tersenyum samar dan kemudian menggandeng tangan Kirana, “Mbak, maaf ya … selama ini aku hanya diam aja ketika melihat Mbak Kirana dibully sama tuh dua nenek sihir. Ya … kadang kala mungkin aku merasa jadi orang pengecut karena nggak berani belain Mbak Kirana.”

“Padahal aku juga tahu yang salah itu siapa dan … siapa yang h
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   136. Pak Bimo

    Tina manggut-manggut dengan penuh bersemangat, “Bener deh, Mbak. Itu memang lagi jalan ke sini kok. Orang dia aja nyengir sama kita.”Kirana pun menanggapi dengan senyuman cerah. Wanita itu terlihat luar biasa senang lantaran Mita masih mau mendatangi mereka. Padahal, saat ini Mita sedang menjadi dirinya yang asli dan sedang dilihat oleh begitu banyak orang, termasuk beberapa wartawan yang meliput acara anniversary tersebut. Tetapi, nyatanya gadis muda itu terlihat tidak terlalu peduli dengan hal itu dan tetap berjalan dengan cepat menuju ke arah mereka. Begitu tiba di stan minimarket tempat Kirana dan teman-temannya berdiri sembari menatap penuh kebingungan ke arah Mita, gadis muda itu langsung saja memeluk Kirana. Kirana tentu saja sangat terkejut tetapi dia balas memeluk gadis itu.Tina ikut senang karena melihat keakraban dua orang itu.Di saat Mita melepaskan pelukannya pada Kirana, Tina segera berkata, “Kirain kamu nggak mau nyamperin kita, Mita.”Mita tersenyum pada Kirana

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   137. Apa, Mbak?

    Mita sontak memutar arah pandangnya ke arah 2 wanita yang sedari dulu telah membuatnya sering kehilangan kesabaran.Ah, dia tidak tahu bagaimana dia bisa begitu sangat sabar menghadapi mereka berdua. Namun, di kala dirinya masih menjadi seorang karyawan minimarket biasa, dirinya tidak memiliki kekuatan apapun dan bahkan bisa dibilang dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi, saat ini dirinya sedang memakai identitas aslinya yakni seorang anggota keluarga Antara, salah satu keluarga terkaya di kota Solo. Mita menjadi sangat heran terhadap Serin dan Vena.Apakah mereka sama sekali tidak takut dengan apa yang aku miliki dan bisa aku lakukan? Atau mereka terlalu bodoh karena berusaha untuk tetap menunjukkan rasa bencinya kepadaku? Mita membatin.Tetapi, sebelum Mita sempat bereaksi akan ucapan Vena dan Serin, sama sekali tidak terduga olehnya Bimo tiba-tiba saja berkata, “Serin, Vena. Apa yang sudah kalian katakan? Kalian ini … nggak bisa ya bersikap lebih sopan pada Mita?”Mita sontak

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   138. Kok Nggak Jadi?

    Sebenarnya Kirana ingin sekali bertanya lebih dalam pada Mita mengenai tujuan gadis itu menyamar menjadi orang biasa dan bekerja di minimarket itu sebagai seorang karyawan. Namun, ketika dia berpikir ulang mengenai hal itu, dia merasa malu sendiri. Dia segera menggelengkan kepalanya, “Oh, enggak jadi.”Mita seketika mengerutkan kening karena heran sementara Tina berkata, “Loh, kok nggak jadi, Mbak?”Kirana mengangguk, “Iya, nggak jadi. Lebih baik kita ngobrol hal-hal yang santai aja daripada yang, lagi bola kan kita juga nggak tahu kapan kita bisa ketemu lagi.”Kirana tersenyum hangat pada Mita dan dirinya hampir saja melanggar sebuah alasan pribadi yang seharusnya tidak pernah dia tanyakan pada Mita. Dia merasa bila jika dia bertanya secara mendalam mengenai tujuan Mita, itu sama halnya dengan dia mengorek informasi tentang hal yang bisa saja tidak boleh diketahui oleh dirinya. Dia tidak ingin membuat Mita merasa dirinya melampaui batas dengan bertanya hal-hal sensitif. Tetapi,

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   139. Udah Nikah?

    Kirana menggelengkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan Tina yang begitu to the point itu, “Kamu memangnya tertarik sama orang yang baru digambarkan oleh Mita?”Tina tertawa kecil, “Ya ampun, Mbak. Aku cuman penasaran aja kok dan lagian ya kali Mbak masa iya aku tertarik sama orang yang levelnya jauh banget di atas aku?” “Aku ya sadar diri banget kali, Mbak,” lanjut Tina sembari meringis tetapi gadis itu sama sekali tidak terlalu tersinggung dan hanya menanggapinya dengan biasa saja. Mita dengan santainya ikut menanggapi, “Wah! Sayangnya kakak sepupu aku itu udah married dan dia itu cinta mati sama istrinya.”Tina tidak terlalu kecewa tapi dirinya malah kembali penasaran, “Eh, udah lama ya nikahnya? Udah punya anak juga? Memang kakak sepupu kamu itu umurnya berapa?” Rasa penasaran itu terlihat begitu jelas tetapi Mita sama sekali tidak terganggu dengan hal itu. Dia memang sudah yakin bila orang-orang seperti Rayan itu selalu membuat orang penasaran. Karakter kakak sepupunya ya

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   140. Nggak Kok!

    Mita cepat-cepat menghilangkan kepala, “Nggak kok. Aku tuh masih belum benar-benar terjun ke perusahaan dan hari ini hanya gantiin dia karena terpaksa aja.”Kirana terlihat heran tapi kemudian dia mendengar Mita kembali menambahkan, “Yah, Mbak Kirana juga tahu sendiri kalau aku masih muda banget dan tentu aja aku nggak terlalu tahu tentang perusahaan. Kakakku itu yang mimpin perusahaan dan dia yang akan meneruskan usaha keluarga ini.”Kirana dengan cepat memahaminya tetapi kemudian Tina malah berujar, “Wah! Tapi keren juga loh kamu bisa wakilin kakak kamu dan tadi juga kamu nggak kelihatan gugup atau gimana.”Kirana juga setuju atas ucapan Tina, “Bener itu. Kamu kelihatannya sudah terbiasa berbicara di depan orang banyak ya, jadinya kamu nggak terlalu grogi.”“Iya, Mbak. Tin, di manapun aku hidup di keluarga besar yang sering sekali bertemu banyak orang dari berbagai kalangan, jadi itu sudah terbentuk sejak aku masih muda,” jelas Mita.Tina yang pesan hanya sudah datang itu meminum mi

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   141. Queen Lagi

    Queen tersenyum miring dan menanggapi, “Astaga! Apa kamu pikir aku nggak bisa cari informasi mengenai istri Rayan?”“Dia itu … nggak mungkin berasal dari keluarga kalangan atas, karena kalau memang begitu aku pasti sudah mengenal dia,” tambah Queen.Mendengar perkataan tersebut Febri kembali lega. Menurutnya Queen tidak benar-benar tahu mengenai Kirana dan sepertinya wanita yang merupakan mantan kekasih dari bosnya tersebut hanya sekedar menebak-nebak. Dia seolah menjadikan hal itu sebagai senjatanya untuk bisa menemui Rayan. Tapi, sayangnya Febri tidak bodoh dan dia pun bisa dengan mudah mengetahui tentang kebohongan yang diutarakan oleh Queen. “Maaf, Bu. Meskipun begitu, Pak Rayan tetap tidak bisa menemui Anda karena menurut pesan Pak Rayan beliau yang telah menikah tidak akan bisa bertemu dengan wanita lain jika istrinya tidak mengizinkan,” jelas Febri yang jelas memang dia tambahi agar Queen percaya dan tidak lagi mengganggu Rayan.Queen menggertakan giginya karena kesal. “Ah,

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   142. Keterpaksaan

    Febri dengan sangat terpaksa menjawab, “Saya akan bicara dulu dengan Pak Rayan, Bu. Mohon tunggu sebentar!”Setelah itu Queen tersenyum dan melepaskan Febri sehingga pemuda itu bisa masuk ke dalam area tenda lagi. Rayan yang mendengarkan beberapa percakapan dari Queen dan Febri itu pun mendesah lelah. Pria itu menggelengkan kepalanya dan memijit pelipisnya, “Dia memang sudah gila.”Febri menggigit bibir bawahnya dan berkata, “Saya mohon maaf ya, Pak. Saya tidak bisa mengusir beliau pergi dari sini.”“Tidak masalah. Yang kamu hadapi itu Queen yang keras kepala jadi sangat wajar kamu tidak bisa menghadapinya,” jelas Rayan yang luar biasa pusing saat ini. Oh, sebenarnya hal ini bukan hanya masalah dirinya telah menikah dan tidak bisa menemui wanita lain. Tapi, ini juga masalah emosinya yang selalu sulit untuk dikendalikan ketika berhadapan dengan Queen. Hal itu lantaran Queen selalu bisa memancing kemarahannya dengan setiap perkataannya yang terkadang menyinggung beberapa hal yang s

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   143. Sejak Kapan?

    Rayan terdiam.Melihat Rayan terdiam, Queen semakin percaya diri dan berkata dengan penuh rasa angkuh, “Ah, sudah kukatakan kalau kamu itu harusnya memilih aku dan bukan malah mencari wanita di luar sana.”“Aric … kalau tahu tentang istri kamu itu, sangat yakin sekali dia pasti akan memanfaatkan istri kamu untuk menjatuhkan kamu di hadapan keluarga kamu. Kamu-”Rayan tertawa mendengarnya dan Hal itu membuat Queen membelalakkan mata karena terlalu terkejut dengan reaksi Rayan.“Kok kamu malah ketawa sih, Yan? Memang kamu udah nggak takut lagi sama kakak tiri kamu yang benci sama kamu itu?” Queen bertanya dengan menyipitkan mata. “Sejak kapan saya takut dengan dia?” balas Rayan tanpa terlihat takut sedikitpun. Rayan mendesah dan kemudian berkata, “Kamu salah besar jika saya menghindari dia kamu artikan kalau saya ini takut dengan dia. Saya hanya ingin memberi waktu kepada dia, Queen dan ketika waktunya sudah habis, dia tidak akan bisa melakukan apapun lagi termasuk mengacaukan keluarg

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   218. Akhir

    Rayan terdiam cukup lama dan tidak langsung menjawab pertanyaan dari mertuanya itu.Tetapi, setelah dia berpikir masak-masak dia pun akhirnya berkata, “Ibu saya telah meninggal dan ayah saya sudah menikah lagi.”Herni mendengus saat mendengar jawaban menantunya itu, “Oh, pantesan jadi kamu itu anaknya nggak terlalu dianggap sama bapak kamu ya?”Rayan saat itu tersenyum dan Kirana khawatir bila perkataan kedua orang tuanya mungkin akan menyakitkan hati Rayan.Akan tetapi, di luar dugaannya Rayan malah dengan sangat tenang menjawab, “Begini saja. Dalam beberapa hari lagi saya akan mengundang ibu dan bapak ke acara keluarga besar saya.”Herni menaikkan alisnya, “Maksud kamu? Keluarga besar kamu akan menggelar acara dan kamu mengundang kami?”Rayan menganggukkan kepalanya dan jujur saja Kirana cukup bingung dengan ucapan suaminya karena dia sama sekali tidak mengerti tentang acara yang dimaksud oleh Rayan. “Sebenarnya acara itu seharusnya digelar beberapa bulan lagi, tapi … sepertinya sa

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   217. Terlalu Miskin?

    Kirana menatap ibu dan bapaknya secara bergantian dengan tatapan penuh kekecewaan. Bagaimana bisa mereka bersikap seperti itu kepada orang yang telah membantu mereka begitu banyak seolah suaminya itu bukanlah orang yang bertanggung jawab. Padahal kalau dipikir-pikir Rayan sama sekali tidak memiliki kewajiban yang penuh untuk benar-benar memberikan sejumlah uang kepada mereka. “Bapak dan Ibu untuk masalah itu tidak perlu khawatir. Karena saya … saat ini sudah membawakan uang tersebut,” kata Rayan.Parlan mendengus dengan tidak sabar, “Ya Itu kan untuk hari ini. Begitu kan? Lalu besok-besoknya gimana?”“Per hari kan? Kamu nggak bermaksud buat ngasih cuman satu kali dalam satu bulan gitu kan, Yan?” Herni menambahkan dengan alis berkerut seakan curiga kepada menantu laki-lakinya tersebut. Rayan dengan begitu sangat sabar menjawab, “Tidak, Bu.”Pria muda tampan itu pun kemudian mengambil sebuah amplop besar dari dalam saku jasnya yang Kirana tebak berisi sejumlah uang.Kirana cukup ter

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   216. Dengan Cara Apa?

    Tidak ingin tensi di rumah itu menjadi menegang, Rayan pun cepat-cepat berkata, “Kirana, sudah ya!”“Mas. Tapi kan ….”Wanita itu melihat tatapan suaminya yang penuh permohonan sehingga dia pun terpaksa lagi-lagi harus membungkam mulutnya sendiri.Bagaimanapun juga pria yang berada di dekatnya itu adalah suami yang memiliki hak untuk membuat dirinya menurut kepadanya sehingga mau tidak mau dia pun mengangguk pada sang suami. Herni melihat kepatuhan putrinya terhadap Rayan dan langsung mendecakkan lidah, “Yah, bagus deh. Ternyata ada baiknya juga kamu menurut sama suami kamu.”Kirana tetap berusaha keras menahan dirinya agar tidak lagi terpancing dengan ucapan ibunya. Rayan pun tetap diam dan ketika dia hampir akan berbicara, Parlan menambahkan seakan mendukung ucapan istrinya, “Bagus memang. Mungkin Rayan ini bisa bikin kamu lebih hormat sama bapak ibu kamu.”Andai saja Kirana tidak menghormati Rayan, dia pasti sudah akan membalas ucapan kedua orang tuanya yang sangat menyakitkan it

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   215. Bagaimana Bisa?

    Bukannya malah memperbaiki sikap mereka terhadap menantu laki-lakinya yang sudah terlalu banyak mereka hina, mereka tetap tidak mengubah sedikitpun sikap mereka.Parlan malah dengan tenangnya berkata, “Oalah, Kirana. Udah, Nduk. Kalau bermimpi itu jangan terlalu tinggi.”Kirana tercengang ketika mendengar perkataan bapaknya dan wanita muda itu hampir saja akan membalas. Namun rupanya bapaknya tersebut tidak terlalu peduli dengan balasan Kirana dan sekali lagi berujar penuh dengan nada penghinaan, “Kalau bukan hanya tukang sol sepatu, memangnya pengalaman yang lain apa? Tukang parkir maksud kamu?”“Yah Pak. Tukang parkir masih bagusan dikit, gimana kalau ternyata sebelumnya Rayan itu macam tukang angkut sampah?” Herni menanggapi perkataan suaminya. Kirana semakin tidak bisa berkata-kata lagi lantaran sudah tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang malah semakin menjadi-jadi. Wanita itu ingin sekali segera memberitahu kedua orang tuanya mengenai identitas asli sang suami, tapi

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   214. Hinaan Lain

    Tina pun akhirnya hanya bisa mendecak penuh sesal karena telah membuang-buang waktu berbicara dengan dua wanita bebal yang tidak bisa dinasehati. Menurutnya sesungguhnya kedua wanita itu sudah mengetahui apabila mereka berbuat salah, hanya saja mereka terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan. Oleh sebab itu keduanya seolah-olah merasa paling benar di depan dirimu. “Ya udahlah, hanya menghabiskan tenaga dan buang-buang waktu saja kok ngomong sama Mbak berdua ini,” kata Tina yang akhirnya meninggalkan mereka berdua karena tidak ingin terlibat lagi dengan pertengkaran yang tidak ada habisnya.Sementara itu Kirana sudah naik ke dalam mobilnya bersama dengan suami dan saat ini sedang melakukan perjalanan menuju ke arah rumah kedua orang tuanya. “Ini masih siang, kira-kira mereka ada di rumah nggak ya, Mas?” ucap Kirana yang sebenarnya terlihat agak ragu-ragu. Rayan pun menjawab ucapan istrinya, “Mas nggak tahu. Atau mungkin mereka lagi ada di pasar? Kios merek

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   213. Tertampar!

    Pada akhirnya kedua wanita yang selalu mengusik Kirana itu tidak bisa lagi membantah apapun. Keduanya hanya diam saja dengan ekspresi bingung yang masih melekat di wajah mereka berdua.Fakta yang baru saja menampar mereka itu membuat keduanya tersadar bahwa di balik penampilan seseorang ataupun pekerjaan seseorang yang terlihat biasa saja ternyata tersimpan sebuah hal yang menakjubkan. Kadang kala sebuah kemewahan itu tidak bisa dilihat dengan mata saja. Itu persis seperti yang terjadi pada Kirana dan suaminya. Semua orang mengira keduanya memiliki kehidupan yang sederhana tetapi rupanya sang suami menyimpan rahasia yang besar. “Minimarket ini harganya pasti miliaran. Gila! Aku nggak nyangka kalau ternyata semuanya Mbak Kirana itu kaya raya!” ucap salah seorang karyawan yang menatap takjub pada Kirana dan Rayan yang mulai berjalan keluar dari area minimarket. Tina yang cukup dekat dengan Kirana saja akhir-akhir itu juga tidak mengerti tentang rahasia besar itu. Tetapi, menurutny

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   212. Pemilik Baru

    “Iya, katanya hari ini pembelinya juga udah datang kok,” kata seorang karyawan yang lain. Serin terlihat semakin penasaran, “Hah? Di mana orangnya?” Karyawan yang memberikan informasi itu hanya mengangkat bahu. Kirana sendiri tidak terlalu ingin tahu mengenai masalah itu karena kedatangannya ke minimarket itu di hari itu hanya untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Maka setelah dia selesai mengerjakan salah satu tugasnya, wanita itu segera menemui bosnya dan menyerahkan surat pengunduran diri tersebut. Setelah berbicara empat mata dengan sang manager, Kirana pergi keluar dan terkejut ketika melihat Rayan berjabat tangan dengan seorang yang dia ketahui sebagai pemilik minimarket itu. “Saya senang sekali berbisnis dengan Anda, Pak. Semoga Anda bisa mengembangkan minimarket ini dengan jauh lebih baik dan saya harap … Anda semakin sukses,” kata pemilik minimarket itu sembari tersenyum lebar. Selanjutnya Kirana melihat orang itu meninggalkan area itu dan membiarkan Rayan be

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   211. Dijual?

    Serin tentu saja seperti biasanya mengangguk cepat, “Iyalah. Semua juga tahu kalau suami Mbak Kirana itu cuman seorang tukang sol sepatu. Ngapain pakai setelan jas kayak bos gitu?”“Ya kalau nggak bukan buat nutupin profesinya yang asli ya pasti karena cuman mau dibilang punya kerjaan yang bagus aja,” lanjut Serin.Vena terkikik mendengar ucapan temannya, “Lha iya, Mbak. Buat apa sih pakai berusaha untuk nutupin segala, Mbak Rana? Lagian nggak ada juga kok yang mempermasalahkan profesi suaminya Mbak Kirana.”Tina langsung berkaca pinggang menatap dua orang itu dengan begitu galak, “Duh, Mbak. Kalian ini kok repot banget sih ngurusin hidup orang. Yang tanya itu aku dan yang seharusnya jawab itu Mbak Kirana, bukan kalian. Aneh banget!”Vena dan Serin langsung saja tersinggung dengan ucapan Tina dan dua wanita itu segera ingin membalas, tetapi Tina yang tahu akan maksud mereka berdua cepat-cepat mendahului mereka dengan berkata, “Sudah, Mbak. Kita beresin di sebelah sana aja yuk. Biar ngg

  • Suamiku Bukan Tukang Sol Sepatu Biasa   210. Bukan Pendendam

    Rayan sontak menoleh ke arah istrinya yang terlihat terkejut dengan perkataannya. Sesungguhnya dia sangat maklum dikarenakan istrinya pasti sedikit agak kebingungan tentang rencananya yang tiba-tiba.“Sayang, sebenarnya Mas mau memberi … uang sejumlah yang dulu Bapak minta,” jelas Rayan.Kirana menelan ludah dan tidak menyangka bila ternyata jawabannya seperti itu. Dia pikir Rayan ingin pergi ke rumah kedua orang tuanya dikarenakan memberitahu mereka tentang identitas rakyat yang sebenarnya. Sesungguhnya dia sama sekali tidak keberatan tetapi dia hanya berpikir jika sampai kedua orang tuanya mengetahui latar belakang Rayan yang asli, maka kemungkinan besar orang tuanya tersebut akan mencoba untuk memanfaatkan Rayan. Dia tidak ingin hal itu terjadi dan merasa telah cukup membuat Rayan kesusahan karena sikap kedua orang tuanya.“Mas pikir lebih baik Mas kasih uang itu untuk satu bulan sehingga Mas tidak perlu memikirkannya lagi,” jelas Rayan.Kirana langsung saja menanggapi, “Tapi,

DMCA.com Protection Status