Beranda / Rumah Tangga / Suamiku Bukan Manusia / Kepercayaan yang Goyah

Share

Kepercayaan yang Goyah

Penulis: Widanish
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-14 23:49:32

“Lepaskan Burhan dan kembalikan kalungku!” kata Risma dengan suara serak dari dalam cermin.

Lidahku mendadak kelu, aku sangat ketakutan. Ini bukan yang pertama kali Risma datang menggangguku, harusnya aku sudah terbiasa dan tak perlu terlalu takut. Tapi hantu Risma begitu lain, auranya sangat kuat hingga mampu mengintimidasiku walau hanya dengan kehadirannya. Apalagi saat dia mengancam, meneror dan berbicara padaku ... selalu membuatku tak berkutik.

Beberapa saat kemudian, Risma menghilang dan cermin langsung pecah. Aku terperanjat mundur beberapa langkah, kagetnya bukan kepalang. Dan semua rasa gerah juga lengket di badan mendadak hilang, kembali normal. Aku mengurungkan niat untuk membersihkan badan dan kembali ke kamar untuk tidur.

Kupandangi suami dan bayiku yang masih pulas, suara teriakanku barusan tidak membangunkan mereka. Syukurlah.

Mas Burhan juga tidak menyadari kedatangan Risma kali ini, apakah besok perlu kuceritakan tentang kejadian malam ini atau aku cukup diam saja?
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Bukan Manusia   Hantu dalam Minyak

    “Risma ... pergilah ke alammu. Jangan menggangguku lagi, kita sudah berbeda dunia.” Untuk pertama kalinya aku menjawab teror hantu Risma meski sambil berbisik.“Aku tidak akan pergi tanpa membawa Burhan bersamaku. Enak saja dia bebas tanpa mempertanggungjawabkan perbuatannya padaku!” balas Risma.“Semua sudah berlalu, Risma. Jika yang kamu maksud adalah karena Mas Burhan telah merenggut kesucianmu ... hal itu sudah menjadi masa lalu, kamu pun sudah meninggal dunia. Lagipula, itu salahmu sendiri kenapa kamu tidak pandai menjaga kehoramatanmu. Jadi, apa lagi yang mau kamu tuntut dari suamiku?” jawabku.“Ini bukan soal itu! Tapi ini soal kejahatan suamimu padaku saat berada di dasar laut, hingga membuatku gentayangan!”“Aku sudah dengar semuanya dari Mas Burhan, kamu tidak perlu mengecohku. Dia tidak bersalah apa-apa atas meninggalnya dirimu, dosa-dosamu sendiri lah yang mengantarkanmu hingga ajal!” tegasku seraya memberanikan maju untuk mematikan kompor.Ikan asin yang kugoreng jadi han

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Suamiku Bukan Manusia   Utang Bekas Judi

    Aku jadi penasaran kenapa Risma terus-terusan menggangguku. Pasti ada hal yang sangat penting yang harus diselesaikannya denganku atau dengan Mas Burhan, dan itu bukan hal remeh-temeh. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah meninggal arwahnya menjadi tidak tenang dan terus-terusan menghantui, apalagi Risma sempat mengatakan bahwa suamiku pembohong, penipu, pencuri, dan julukan buruk lainnya? Kenapa Risma mengatai Mas Burhan seperti itu? Seharusnya, jika Risma mencintai Mas Burhan … dia tidak akan mengatakan hal yang buruk tentang Mas Burhan.Aku mulai menganggap serius terror hantu Risma ini. Dan pasti masih ada yang dirahasiakan Mas Burhan dariku sehingga hal ini bisa terjadi.“Lita, tolong telepon ojek Mang Ojak. Ibu mau ke Toko Arjuna komplain paketnya kosong. Untung aja beli di toko yang deket, jadi gampang ngurusnya,” kata ibu mertua sambil membereskan cangkang dan dus bekas paket-paket yang sudah dibuka untuk barang bukti.“Tidak usah komplain, Bu. Aku tahu kemana paket-paket i

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • Suamiku Bukan Manusia   Babak Belur

    “Mas Burhan belum pulang,” jawabku mencoba setenang mungkin meski hati deg-degan karena takut. Mereka terlihat sangar dan menunjukkan sikap tidak bersahabat.“Halah, cuma jualan pentol doang udah banyak gaya, berani main judi sampai utang menumpuk!” kata salah seorang dari mereka yang berbadan agak gemuk.Aku khawatir Mas Burhan dulu pinjam ke rentenir, dan mereka yang ada di hadapanku sekarang ini adalah para algojo suruhan rentenir itu. Bisa jadi seperti itu, kan?“Maaf, suami saya punya utang bekas apa ya? Dan sama siapa dia berutang? Setahu saya, suami saya tidak punya utang pada siapa pun,” kataku.“Bekas judi! Dulu suamimu doyan judi, ketika kalah taruhan dia minjam kami untuk modal berjudi lagi. Dan jelas suamimu tidak akan jujur padamu, orang seperti dia pandai berbohong dan menipu!” Salah seorang diantara mereka maju selangkah mendekat ke arahku, dan aku pun mundur selangkah. Dia mengatakan hal yang sama dengan Risma, bahwa Mas Burhan suka berbohong dan menipu, sehingga terl

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-08
  • Suamiku Bukan Manusia   Misteri Kalung Risma

    Seperti ada seutas tali yang mencekik leher ini, dan aku terseret ke belakang dari posisi duduk.Kupegangi leherku dengan kedua tangan, tak ada suatu benda pun yang mencekikku namun rasanya aku benar-benar tengah dicekik.“Risma! Kamu datang lagi!” kataku.“Ayo, bilang pada suamimu untuk segera menebus dosa-dosanya padaku! Dan kembalikan kalungku! Dia pembohong, jangan tertipu kata-kata dan sikap manisnya!” bisik Risma di telingaku.Setelah itu, dia melepaskan cekikkannya dengan kasar, membuatku tersungkur ke depan hingga menubruk punggung Mas Burhan yang sedari tadi memang duduk di depanku.“Kamu kenapa?” tanya Mas Burhan, menoleh padaku.“Ri—risma datang lagi, Mas. Apa kamu tidak merasakan kehadirannya barusan?”Mas Burhan cukup terkejut. “Kalung yang kuberikan padamu, kamu masih menyimpannya, kan?” tanyanya.“Kusimpan di lemari,” jawabku. “Mas, Risma sering datang dan menggangguku ... sepertinya dia tidak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.Sebenarnya, apa maunya dia , Mas? Di

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Suamiku Bukan Manusia   Langsung Labrak

    Tangisku pecah“Rasanya aku tak sanggup lagi dengan kondisi ini, Mas. Aku capek, Lelah menghadapinya. Aku ingin hidup normal seperti dulu, tidak dihantui rasa takut dan penuh ketegangan seperti sekarang,” keluhku dalam tangisan. Mas Burhan hendak memberikan klarifikasi namun urung karena tangisku makin kencang, jujur aku sudah muak dengan keadaan di rumah ini, rasanya kesabaranku sudah habis. Aku merindukan kehidupanku yang dulu.Mendengar suara tangisanku, tampaknya membuat Mas Burhan terdiam. Sekilas kulihat dia tengah memandangiku dengan tatapan yang tak kumengerti apa artinya. Lalu dia melangkah pelan mendekat, semakin dekat sambil menawarkan pelukan, mungkin dia ingin meredakan tangisku namun kutolak. Aku menggeser posisiku demi menghindari pelukannya. Yang kubutuhkan sekarang bukan pelukan, melainkan sebuah jawaban yang sebenarnya. Akan tetapi, sepertinya Mas Burhan hanya terfokus pada tangisanku saja dan ingin menenangkanku. Akhirnya suamiku itu mundur lagi, kembali ke posisi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Suamiku Bukan Manusia   Percikan Perseteruan

    “Mana ada maling ngaku,” balasku.“Berani sekali ya kamu, mentang-mentang selalu dibela ibu mertua. Ingat, aku ini iparmu yang paling tua, pengganti orangtua jika mereka sudah tiada. Jangan kurangajar kamu, Lita! Menuduhku maling kalungmu, di mana otakmu disimpan? Sungguh aku kaget banget kamu seperti ini, ternyata seperti ini ya dirimu yang asli. Kupikir kamu manis budi, tapi ternyata sama aja … gak ada istimewanya sama sekali. Harusnya ibu mertua tahu sifat aslimu ini, biar dia gak belain kamu terus dan terbuka mata hatinya kalau menantu kesayangannya gak sebaik yang dia pikir.” Kak Titi semakin meradang saat aku blak-blakan menuduhnya maling.“Pokoknya balikin, kutunggu nanti siang di rumah,” tegasku.“Heh, Lita. Apa buktinya kalau aku yang mencuri kalungmu? Jangan asal nuduh!”“Siapa lagi kalau bukan Kakak? Satu-satunya yang datang beramu dan menginap ke rumah ya cuma Kakak!”“Ingat ya, Lita. Waktu itu di rumahmu bukan hanya ada aku, tapi ada ibu mertua juga! Dia juga kan statusny

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Suamiku Bukan Manusia   Bu, Apa Aku Sudah Gila?

    “Tidak pernah aku berkata seperti itu,” jawab Mas Burhan. “Tentu saja kamu tidak akan mengaku, karena ada istrimu di sini. Apa kamu tidak ingat waktu tidur denganku, kamu berjanji akan meninggalkan istrimu dan hidup bersamaku? Sekarang, tepatilah janjimu! Cepat kau tinggalkan Lita, lalu selamatkan aku, gantikan posisiku. Aku sudah mengalah dengan cara memberimu kesempatan hidup untuk melihat istrimu terakhir kalinya. Sudah beberapa minggu ini kau puas melihatnya bahkan hidup dengannya, sekarang sudah cukup waktumu, kembalilah tepati janjimu atau aku akan semakin mengganggu hidup kalian!” tegas hantu Risma.Seberkas cahaya muncul di hadapan Mas Burhan, aku terkesima dibuatnya. Cahaya itu membentuk pusaran yang seakan siap menghisap setiap benda di hadapannya.“Ayo, pulanglah!” lanjut hantu Risma mengajak Mas Burhan pulang entah kemana yang dia maksud namun Mas Burhan hanya diam saja, dia terlihat sedang melawan energi yang datang padanya.Semakin Risma mendesak Mas Burhan untuk masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Suamiku Bukan Manusia   Tumbal

    “Sudah, jangan banyak pikiran. Habiskan makanmu lalu istirahat. Ibu akan panggilkan Dokter Arif untuk memeriksamu, Ibu sudah ke rumahnya tadi pagi dan dia bersedia datang ke sini sekalian lewat berangkat dinas ke rumah sakit.” jawab Ibu.Dokter Arif tinggal di RT sebelah. Selain bertugas di rumah sakit, dia juga menerima panggilan setiap warga yang membutuhkan jasanya dan akan datang ke rumah pasien saat dirinya sudah ada waktu luang. Beruntung aku mendapat waktu luangnya sebelum Dokter Arif berangkat kerja nanti.Bubur yang kumakan sisa dua sendok, tak sanggup menghabiskannya karena perutku tiba-tiba saja kembung dan makin lama makin membesar seperti tengah hamil tujuh bulan. Begitu melihatnya, aku langsung menjerit, “Bu, perutku membesar! Perutku membesar!”“Mana, Lita? Perut kamu normal, dar tadi juga begini,” kata ibu mertua. Dia sepertinya panik melihatku.“Haus, Bu! Haus! Minta air sebotol,” lanjutku.Tak lama kemudian, ibu mertua kembali dari dapur dan membawa sebotol air ukura

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09

Bab terbaru

  • Suamiku Bukan Manusia   Lastri (TAMAT)

    “Apa maksudmu? Jangan bilang kamu suka sama gadis itu. Huh, gak kapok ya lirik-lirik perempuan terus,” kataku panas hati.“Jangan dulu cemburu. Aku biasa aja sama Lastri, tertarik bukan berarti suka.” Mas Burhan membela diri.“Udah lah, Mas. Kupikir setelah kejadian kemarin kamu akan berubah tapi ternyata sama aja. Aku gak nyangka kamu macam-macam selama keliling jualan, aku yakin kamu pasti suka main ke rumah Lastri, kan.”“Astaghfirullah. Dengar dulu—”“Capek ah, Mas!”Langsung kutinggalkan Mas Burhan sendirian, kugendong Syifa dan pindah menidurkannya di kamar. Cerita ibu-ibu pelanggan tadi siang membuatku kepikiran dan mumet, entah mungkin aku yang berlebihan meresponnya tapi perasaan cemburu ini tak dapat kuhindari. Bagaimana pun baiknya seorang suami terhadap istrinya, tidak jadi jaminan dia tidak akan tergoda perempuan lain di luar sana. Apalagi Mas Burhan ganteng, siapapun bisa terpikat meski profesinya hanya penjual pentol.Sengaja tak kututup pintu kamar, agar aku bisa mengi

  • Suamiku Bukan Manusia   Lastri

    “Mas Burhaaan!”Dari kejauhan mereka melambaikan tangan seraya memanggil nama suamiku. Tentu saja aku semakin penasaran dengan maksud kedatangan mereka.“Ada apa ya, Mas. Kok mereka ngumpul di depan rumah kita terus manggil-manggil nama kamu dengan antusias seperti itu?” tanyaku pada Mas Burhan.“Hadeuuhh …” gumam Mas Burhan sambil geleng-geleng kepala.“Siapa sih, Mas?”Mas Burhan hanya diam saja ketika kutanya karena fokusnya hanya tertuju pada ibu-ibu di depan sana yang terus-terusan memanggil namanya.Awalnya kupikir sekumpulan ibu-ibu itu adalah para tetanggaku yang menunggu kedatangan kami, mengingat kabar sakit non medis-ku beberapa hari kemarin ternyata sudah menyebar dan menjadi bahan perbincangan warga sekitar, kupikir mereka datang hendak menjenguk atau sekedar kepo dengan apa yang terjadi padaku. Tapi, setelah aku sampai di halaman rumah dan tepat berada di hadapan mereka … ternyata mereka bukan tetanggaku, aku sama sekali tidak mengenali mereka. “Mas, jawab dong, mereka

  • Suamiku Bukan Manusia   Dukun Taubat

    Akhirnya aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.“Karena dunia ini Tuhan-lah yang mengatur, bukan manusia. Kita tidak bisa tahu setiap misteri yang terjadi dalam hidup ini,” jawab Mbah Aki dengan tenang. Rupanya, tadi itu dia hanya menggertak saja. “Singkirkan berbagai macam pertanyaan dalam pikiranmu, itu hanya akan menyulitkanmu saja. Mulailah ber-aksi, ikuti nasihat-nasihat yang tadi kuberikan. Dan kalau kamu merasa tidak adil, hidup ini kadang memang tidak adil. Tapi gak apa-apa, tetap hidup saja hadapi setiap keadaan. Tak perlu banyak bertanya lagi. Paham?”Aku mengangguk. Sampai sini pemahamanku mulai bisa mencerna semuanya. “Di sini masyaraktnya hidup makmur semua,” celetuk Dimas menyela peribncanganku dengan Mbah Aki. Dimas melihat melalui jendela sekelompok orang yang beraktivitas d luar sana. “Pakaian dan kendaraan mereka mahal semua.”“Apa pekerjaan warga sini, Mbah?” Mas Burhan ikut bertanya.Kini topik pembicaraan beralih tentang Desa Kabut dan keseharian warganya.“Pe

  • Suamiku Bukan Manusia   Sumpah Pembawa Petaka

    “Aku merasa jadi korban, kenapa disalahkan?” tanyaku. “Ingat-ingat lagi apa yang kamu lakukan ketika tahu suamimu selingkuh dan apa yang kamu ucapkan!” perintah Mbah Aki.“Sumpah serapah?”“Itulah kesalahanmu!”“Di mana letak salahnya? Aku hanya merasa perlu mendapat keadilan dari sakit hati yang kuderita. Suamiku selingkuh dengan sahabatku sendiri, apa aku harus bahagia? Tentu saja aku merasa sakit hati, dan karena itu aku spontan mengucapkan sumpah itu.”“Dan sumpahmu itu menjadi kenyataan.”“Pasti lah. Karena doa istri yang terdzalimi kemungkinan besar akan dikabulkan.”“Itu menurutmu.”“Lalu menurut Mbah?”“Tanpa kamu sadari, sebenarnya sumpah yang kamu ucapkan itu juga berbalik pada dirimu sendiri. Lihatlah dirimu, dan ingat-ingat lagi kejadian dari mulai kamu dengar kabar suamimu tenggelam hingga kini kamu berada di sini meminta pertolonganku agar terlepas dari karma. Kamu juga ikut menderita, bukan?”Aku termenung lagi, tertampar lagi dengan pernyataan Mbah Aki. Sejauh ini hid

  • Suamiku Bukan Manusia   Nyai Sabtu

    Mas Burhan dan Kak Rudi sontak menoleh padaku, ada perasaan khawatir yang terpancar dari ekspresi Kak Rudi, sedangkan Mas Burhan menggenggam tanganku lebih erat meski dia terlihat cukup tenang saat mendengar pernyataan Mbah Aki.“Kenapa takut?” Mbah Aki langsung mengarahkan pertanyaan itu padaku. Tentu saja dia dapat membaca pikiran dan isi hatiku yang memang tengah ketakutan. “Aku tidak sedang menakutimu. Yang kukatakan barusan itu memang suatu hal yang mutlak,” lanjutnya dengan warna suara yang khas.. Aku langsung menunduk, menyembunyikan wajahku yang mendadak kaku dan segan jika harus berhadapan langsung dengan Mbah Aki. Tak kurespon sepatah kata pun apa yang dinyatakannya.“Semua yang hidup pasti akan mati. Artinya, kita semua memang diikuti oleh ajal. Itu hal yang mutlak.” Dimas lah yang akhirnya menjawab dengan lantang, membutat Mbah Aki manggut-manggut saat mendengarnya.“Kamu memang bukan orang biasa,” ucap Mbah Aki pada Dimas. Sudah pasti dia mengetahui bahwa Dimas mempunyai

  • Suamiku Bukan Manusia   Diikuti Ajal

    “Tempatnya angker. Maklum, penghuninya rata-rata penganut ilmu hitam yang pasti berkawan dengan setan dan jin,” jelas Kak Rudi.“Apa kalau kita ke sana nanti bakal celaka?” tanya Mas Burhan.“Bisa jadi, mereka jahil.”Terlintas keraguan dalam benakku untuk pergi ke sana. Bagiku, mendatangi tempat itu sangat beresiko. Setelah kejadian kemarin Mas Burhan tenggelam di lautan dan kejadian-kejadian mistis yang kualami setelahnya, aku tidak ingin lagi bergelut dengan hal-hal semacam itu. Sudah terbayang bagaimana jadinya nanti ketika tiba di Desa Kabut yang katanya angker itu, takut terjadi apa-apa. Belum lagi nanti ketika pulang pasti ada satu atau dua makhluk halus yang ikut dengan kami.“Jangan terlalu takut. Kita tidak berniat jahat datang ke sana,” ucap Kak Rudi padaku. Rupanya dia paham tentang apa yang kupikirkan. “Tujuan kita hanya untuk mencari kalung pusaka, untuk dikembalikan pada Risma agar kutukan kalung itu terhenti.”“Tetap saja hasilnya belum pasti. Daripada nanti malah dapa

  • Suamiku Bukan Manusia   Desa Kabut

    “Di sini Lita sudah sembuh, baru saja aku merasa bersyukur dan lega … sekarang langsung mendapat kabar duka Kak Titi meninggal dunia,” lanjut Mas Burhan.Aku juga ikut kaget sekaligus sedih mendengarnya.“Ini salah Ibu, Burhan. Harusnya Ibu dari kemarin ke sini untuk mengurus Titi, di sini Titi gak ada yang mengurus jadinya dia tidak tertolong,” isak ibu mertua di telepon.“Sudah takdirnya, Bu. Memang sudah waktunya Kak Titi berpulang. Tidak ada yang perlu disesalkan,” balas Mas Burhan.Tangisan ibu mertua semakin kencang terdengar. Memori di masa lalu kembali terkenang dalam benakku, saat di mana ibu dan Kak Titi selalu berselisih paham hingga berdebat hebat. Hubungan mereka bagai air dan minyak, sulit untuk menyatu meski dalam satu wadah yang sama. Melihat bagaimana sekarang mertuaku itu begitu terpukul kehilangan Kak Titi … membuatku terharu dan tak menyangka reaksi ibu mertua akan sesedih ini.Memang seburuk apapun anggota keluarga kita, mereka tetaplah saudara yang tidak mungkin

  • Suamiku Bukan Manusia   Kabar Duka

    “Ibu ke rumah Kak Titi saja, Lita biar aku yang jaga. Jangan khawatir,” jawab Mas Burhan. “Tapi kan kamu besok harus kerja, terus nanti Syifa siapa yang jagain? Kamu gak akan bisa ngurus bayi,” tolak Ibu. Mas Burhan terus meyakinkan ibu mertua hingga akhirnya ibu pun dengan terpaksa berangkat menuju rumah Kak Titi dan Kak Rudi. “Aku bisa mengurus semuanya, Bu,” ucap Mas Burhan saat mengantar ibunya hingga pintu depan rumah. Aku dapat mendengar karena suaranya lumayan nyaring terdengar hingga ke kamar. *Mungkin ada dua jam ini aku mendengar Mas Burhan menelepon orang-orang yang dikenalnya dulu saat masih nongkrong di belakang pasar. Suamiku itu menanyakan alamat rumah orang pintar yang dicurigainya membeli kalung pusaka itu dari Kak Titi. Namun tidak membuahkan hasil. “Gak ada yang tahu,” ucapnya kesal. “Padahal aku yakin sekali Kak Titi jual kalungnya pada orang ini.” Mas Burhan menunjukkan sebuah foto yang tampil di layar ponselnya padaku. Seorang wanita dalam foto itu, dia mo

  • Suamiku Bukan Manusia   Kesombongan Lita

    “Kamu selalu merasa dirimu baik, Lita! Menganggap dirimu adalah orang yang ramah, sopan, dan lembut pada setiap orang. Lama-lama muncul lah kesombongan dalam hati kecilmu,” jawabnya sinis, suaranya seperti suara nenek-nenek.Risma kemudian menghilang namun ular itu masih melilit leherku. Kini tidak terlalu mencekik, hanya saja tenggorokanku masih terasa panas.Aku masih terus terpikir apa dosaku pada Risma di masa lalu. Sejauh yang kuingat, aku tak pernah menyakiti orang lain. Selalu kujaga ucapan dan tingkah laku, bahkan orang-orang mengenalku sebagai anak yang sopan.Ah … selain karena menahan rasa sakit, aku pun jadi tidak bisa tidur karena kepikiran hal itu terus. Aku dan Risma berteman selama masa SMA, tiga tahun kami jadi teman sebangku. Selama itu pula tidak ada permasalahan yang membuat kami ribut, semua teman di sekolah mengenal kami sebagai bestie forever.*Dua hari berlalu namun sakitku tak kunjung sembuh, ular ini terus mencekik leherku. Tak ada yang dapat melihat ular in

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status