Share

6. Debaran Cinta

Noah merasakan kebebasan dalam dirinya. Kini dia tak perlu mendengar ocehan Anna serta pertengkaran kecil antara ayah dan ibunya itu.

Dia bisa makan enak tanpa bekerja, hidup nyaman tanpa bayar kontrakan dan bisa bermain game sepuasnya seperti saat ini.

“Hei, cepat bangun. Kita harus belajar menyetir!”

“Sebentar aku belum selesai,” ucap Noah. Elina yang tak bisa menunggu pun merebut ponsel Noah.

“Argh, kena—"

“Apa, kamu ingin memarahiku. Kamu lupa kalau kamu harus mengikuti ucapanku.”

Noah tak bisa berkutik, hanya diam tertunduk lesu karena dia pasti kalah saat berdebat dengan Elina tak seperti saat berdebat dengan intan.

"Ambil ini!”

Noah dengan cepat menangkap kunci mobil yang dilempar oleh Elina. Keduanya lalu masuk ke dalam mobil.

“Inget bawanya pelan-pelan, ikuti petunjuk dariku.”

“Iya.” Tangan Noah berkeringat dingin,untuk pertama kalinya dia mengemudikan mobil.

“Nyalakan, turunkan rem tangan, injak kopling terus masuk gigi satu.”

“Bentar-bentar, sedikit-sedikit ngasih taunya jangan cepat-cepat.”

“Bodoh banget si, buruan injek rem kaki, terus turunin rem tangan.”

“Udah, terus apa lagi.”

“Injak kopling, terus masukin gigi satu. Koplingnya lepasin perlahan.”

“Eh, gimana ini.”

Elina memutar bola matanya, kesabarannya yang setipis tisu pun mulai tersulut. Dia terus memarahi Noah karena tidak bisa mengemudi dengan benar.

“Bego banget sih. Ini mulut udah berbusa menerangkan, nggak bisa-bisa heran!”

Elina membuka seat belt, berniat keluar dari mobil. Namun, Noah mencegah Elina untuk keluar dari dalam mobil. “Tunggu sebentar, kali ini aku pasti bisa.”

Dia pun kembali memasang seatbelt, memperhatikan Noah yang mulai mengemudikan mobil tanpa instruksi darinya. Perlahan Noah pun menginjak pedal gas— mengemudikan mobil mengelilingi villa hingga akhirnya mobil mereka berhenti tepat di depan villa.

“Yey!” seru Elina dan Noah sembari saling berpegangan. Namun, seketika mereka saling melepaskan tangan mereka seraya memalingkan wajah.

Keduanya keluar dari dalam mobil, Elina pun berjalan lebih dulu di ikuti Noah berjalan sejajar dengannya.

“Belajar mobil doang mah, kecil!” ujar Noah menjentikan tangannya

“Oh ya?!”

Noah tersenyum lalu melingkarkan tangannya di bahu Elina— membuatnya terpana karena baru kali ini ada pria yang memegang bahunya, merangkulnya dengan lembut.

Hati Elina berdesir, tapi dia segera menepis tangan Noah dari bahunya. “Berapa usiamu?”

“26, kamu?”

Elina mengedipkan matanya, dia pikir Noah lebih tua darinya ternyata dia yang lebih tua dari pria yang ada di hadapannya. “Panggil aku kakak, karena usiaku lebih tua darimu.”

“Benarkah, memangnya berapa usiamu?”

“29,” gumam Elina yang masih bisa didengar oleh Noah.

“Ah, sudah kuduga. Kamu begitu cerewet, galak, tukang merintah, ternyata sudah nenek-nenek.”

“Apa.”

“Canda, nenek.” Noah berlari menaiki anak tangga. Elina lalu mengambil sendal yang sedang dia gunakan untuk di lempar ke arah Noah. "Yee, enggak kena."

Tanpa mereka sadari seseorang sedang memperhatikan mereka berdua.

***

Noah memijat dahinya yang terasa nyeri, tak hanya itu matanya pun terasa perih setelah seharian membaca. Sesekali dia melirik ke arah Elina yang sibuk dengan laptopnya sedari pagi.

“Aku sudah selesai membacanya,” ucap Noah memberikan dua buku tebal tentang manajemen bisnis.

Elina hanya melihat ke arah buku yang disimpan oleh Noah kemudian memberikan berkas yang sedang dia periksa. “Baca ini dan temukan apa yang salah dengan laporan keuangan itu?”

“Hah, tapi aku kan—” Elina mengibas tangannya, agar Noah berhenti berbicara. “Waktumu hanya sepuluh menit untuk memeriksa semuanya.”

Noah berdiri di samping Elina sembari memeriksa berkas pemberiannya. Namun, baru lima menit Noah memberikan berkas tersebut. Elina hanya menatapnya tak ingin bertanya, karena dia masih sibuk dengan pekerjaanya.

“Ini data pengeluaran yang aneh menurutku,” ujar Noah menunjuk nominal uang yang keluar.

Sudut bibir Elina terangkat, dia lalu memberikan laptopnya agar Noah mempelajari semua pekerjaannya. “Kerjakan semua pekerjaanku. Kalau kamu mengerjakan semuanya dengan benar, aku akan memberikan ponselmu.”

“Oke.” Noah bersemangat mengerjakan semua pekerjaan Elina.

Sedangkan Elina sibuk membuka ponsel Noah, memeriksa semua aplikasi yang ada di ponselnya. “Kamu nggak punya media sosial?”

“Nggak.”

Elina mendownload aplikasi media sosial yang banyak digunakan oleh orang saat ini. Menggunakan email baru yang dia buat. “Noah.”

Tanpa sadar Noah menoleh ke arah Elina yang sedang mengarahkan kamera ponselnya. Cekrek!

"Baguskan?”

“Apa itu?”

“Aku membuat media sosial pribadimu. Mereka pasti mencari tahu siapa kamu dan aku sengaja membuat ini agar mereka nggak susah payah mencari tahu.”

Noah menghela napasnya, bagaimana bisa seorang CEO kaya seperti Elina masih mencari perhatian dari media sosial.

“Hapus.”

“Nggak,” tolak Elina.

Noah beranjak dari sofa lalu mengejar Elina. Dia menarik tangan Elina dengan kencang hingga tubuh Elina terhuyung dan menempel dengan tubuhnya. Keduanya saling berpandangan sebelum akhirnya, keduanya terjatuh dan Elina menimpa tubuh Noah.

Brak!

“Argh,” rintih Noah.

“Ma-maaf. Ini semua salah kamu, suruh siapa mengejarku.”

“Ta—”

Belum sempat menjawab, Elina memberikan ponsel Noah, kemudian mengambil laptopnya. Dia pun berlalu meninggalkan Noah sendirian.

"Ada apa dengan jantungku, kenapa jadi nggak karuan seperti ini?" desis Elina berjalan ke kamar.

Elina merebahkan tubuhnya di atas kasur, sedetik kemudian dia membuka media sosial saat notif pesan masuk.

Sebuah like dari username yang dia kenal pun menghiasi setiap postingan Elina saat ini. Bahkan foto bayangan punggung Noah pun banyak sekali orang yang meninggal komentar.

"Akan ku balas kalian semua!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status