Cinta itu tidak mengenal usia, bila rasa telah tertancap di dalam dada langkah seterusnya adalah memperjuangkannya. Begitu juga dengan Yudha, ia akan memperjuangkan cintanya.
Pagi ini adalah hari dimana Shofi akan mulai bekerja kembali, setelah kejadian penculikan beberapa waktu lalu. Shofi telah berjanji pada neneknya akan bangkit dari keterpurukan mental.
"Nek, Shofi berangkat dulu ya." Shofi mencium tangan tua itu dengan takzim.
"Iya, hati-hati di jalan ya," pesan Nek Anum.
"Iya, Nek. Assalamualaikum."
"Waalaikum salam."
Shofi keluar dari pintu rumahnya, dan berjalan ke arah halte bus. Ia pergi ke kampus dengan naik angkutan umum.
Tin! Tin!
Tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi di samping Shofi. Perempuan berkulit bersih itu menoleh."Shofi, ayo kuantar."
"Baiklah!" Shofi lalu masuk ke dalam mobil Yudha.
"Kamu sudah baikan?" tanya Yudha.
"Alhamdulillah, sudah," jawab Shofi deng
Sherin Zang adalah nama asli Cinta, berasal dari keturunan Tionghoa yang menikah dengan Hardi Anggara, bapaknya Yudha. Wanita itu begitu anggun dengan wajah oriental sangat cantik, siapa yang mengira usianya telah melewati setengah abad. Bila melihat dia duduk bersama Yudha, seperti sepasang kekasih. Sungguh, Cinta pintar merawat badannya.Sherin dan Hardi bertemu di acara ulang tahun Antony Zang di London. Orang tua Hardi dan Antony adalah berteman baik juga relasi bisnis. Saat itu Hardi sedang melanjutkan kuliahnya di London sementara Sherin baru lulus sekolah menengah. Lalu, Antony meminta Hardi untuk menikahi Sherin, karena Antony Zang, bapaknya Sherin menderita kanker stadium akhir, ia ingin putri semata wayangnya segera menikah untuk mewarisi harta dan bisnisnya sebelum ia meninggal.Kenapa Yudha memanggil ibunya dengan sebutan Cinta?Suatu hari, kala itu usianya baru empat tahun. Yudha yang baru saja keluar dari sekolah taman kanak
Cinta membuka pintu apartemen, ia dan Yudha masuk kedalam dan mengunci kembali."Serius apaan, Hmmm?" tanya Cinta saat mereka duduk di sebuah sofa unggu."Yang Cinta ajukan ke Shofi tadi!" Yudha tampak antusias."Hu'um!""Bukannya bagus ada seorang yang bantu kamu, hmm?""Bukan begitu, Cinta ... tapi misiku akan terbongkar nantinya."Ya ampun ... Yudha ternyata punya misi, siapakah Yudha sebenarnya? Misi apa yang sedang ia sembunyikan?"Oh, iya, ngomong-ngomong kapan kamu bersedia menjabat sebagai CEO, menggantikan papimu?" tanya Cinta menatap anaknya yang rupawan.Yudha terdiam, ia tampak sedang berpikir keras. Ia lebih suka menjadi seorang polisi intelijen dan itu adalah cita-citanya daripada menjadi CEO mewarisi kerajaan bisnis orang tuannya. Tetapi orang tuanya hanya memiliki dia seorang, sungguh dilema."Kasihan Papimu, sayang. Sudah saatnya dia pensiun. Sekarang Papimu mulai
Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan
Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe
Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach
Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih
Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te
Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu
Shofi membelalakkan matanya mendengar pertanyaan Bu Hani. Kenapa juga nih orang tua bisanya tanya seperti itu?"Tidak ada kok, Bu," jawab Shofi tergagap. Semakin membuat Bu Hani tertawa geli melihat perempuan bersurai panjang itu gelisah.Suasana kantin kampus semakin ramai, tampak semua mahasiswa heboh mempersiapkan diri mereka agar tampak lebih memikat.Di kelompok satuMahasiswi A; "Aku mau pakai gaun warna biru."Mahasiswi B; "Kalau aku mau ke salon untuk merias wajah dan rambutku."Mahasiswi C; "Oh, aku mau ke spa luluran dulu biar kinclong seluruh badan.Mahasiswi D; "Aku sih suka riasan yang nutural, ada loh salon langganan nyokapku bagus."Mahasiswi F; "Wah, aku juga suka riasan yang soft, mau dong alamatnya."Sementara di kelompok lain para pria.Mahasiswa A; "Gak sabar pingin lihat siapa gadis paling cantik malam itu."Mahasiswa B; "Gue bisa cuci mata, nih!"Mahasiswa C; "Awas mata lu
Shofi takut bercampur bingung melihat Yudha dengan tatapan matanya yang tajam dan dingin mendekatinya. "Ahhhh ... Lepaskan, Yudha!" Shofi menjerit takut dan amat terkejut.Bagaimana tidak, Yudha tanpa satu katapun tiba-tiba menggendong Shofi yang masih duduk di pinggir kolam lalu menceburkannya begitu saja kedalam kolam renang yang sudah terisi penuh dengan air.Seketika Shofi tenggelam hingga beberapa detik dan belum naik ke permukaan. Kini, giliran Yudha menjadi kawatir dia pun menyusul Shofi, takut terjadi sesuatu yang fatal dan Yudha merutuki atas kecerobohannya yang telah menceburkan pujaannya ke dalam kolam. Yudha bergegas masuk ke dasar kolam menghampiri sang pujaan hati lalu menariknya naik ke permukaan air. "Shof! Shofi!" Yudha memanggil.Namun, Shofi tetap diam, terlihat wanita itu seperti terkulai lemas bahkan tidak sadarkan diri, semakin menambah kepanikan Yudha. Yudha menaikkan Shofi di pinggir kolam, yang kali ini te
Sebuah kolam renang berukuran 3x5 meter terpampang di depan Shofi. Bagaimana tidak terbelalak mata Shofi memandangnya, kolam itu tampak di penuhi lumut serta dedaunan kering begitu kotor karena pemiliknya jarang di rumah dan entah berapa lama tidak digunakan."Ini kolam sudah berapa lama tidak di gunakan, Bos?" tanya Shofi tersenyum sinis, aslinya dalam hati tiada henti merutuki lelaki bertubuh atletis itu.'Apaan? Tadi menyatakan cinta padaku, masakkan bubur enak, ehhh ... sekarang mau aku jadi encok apa? Hiks ... ini pasti Yudha sengaja ngerjain aku. Oh malangnya nasibmu Shofi.' Shofi bergumam pelan nyaris tidak terdengar tapi telinga Yudha sangat tajam, dia bisa dengar kata-kata wanitanya itu. Yudha menahan tawanya." Ehmmm ... Shofi, ja ....""Apa ....?" jawabnya lemes tanpa menoleh ke arah suara, mata indahnya masih menatap kolam itu semakin tak berdaya."Udah ... jangan melamun, ayo dikerjakan," perintah Yudha.Shofi masih
Teriak histeris saat Nek Anum tiba di lokasi kejadian. Semua tim Sar serta para penyelamat handal telah dikerahkan, pencarian selama satu minggu pun tidak membuahkan hasil."Pak, tolong dilanjutkan pencariannya," mohon Nek Anum kepada ketua tim Sar."Pencarian telah selesai, Bu. Mohon maaf," ujar ketua tim sar berlalu meninggalkan Nek Anum.Sejak itulah Kakek Wilson menghilang tidak pernah kembali. Namun, Nek Anum yakin Kakek masih hidup. Bila benar telah wafat tentu ada jasadnya, ini jasat kakek tidak ditemukan. Nek Anum memutuskan untuk tetap menunggu Kakek Wilson hingga akhir hayatnya. "Shofi, terimalah Yudha, Nenek yakin dia adalah calon imammu," ucapan dari Nek Anum ini sangat berarti bagi Shofi untuk menambah keyakinannya terhadap Yudha.***Kicau burung terdengar merdu di pagi hari yang begitu cerah terutama di hari Minggu, Yudha telah datang untuk menjemput Shofi."Assalamualaikum, pagi, Nenek," sapa pemuda mach
Mobil mewah yang disetir Yudha berhenti di gerbang sebuah rumah mewah bergaya mini malis. Seorang sekuriti tampak bergegas membukakan pintu yang terbuat dari besi kokoh itu. "Selamat siang, Den!" Pak sekuriti memberikan salam sembari menganggukkan kepalanya. "Siang juga, Pak Budi," sahut Yudha saat kaca mobil dia turunkan. Mobil mewah itu langsung masuk menuju ke area parkir yang telah disiapkan. Lalu dia dan Shofi keluar dan masuk ke rumah megah itu. Yudha menekan tombol yang berisikan kode akses buka pintu rumahnya.KLIK!Pintu utama itu pun terbuka lebar, Yudha melangkah masuk diikuti Shofi dari belakang. Mata indah perempuan berkulit putih itu menyapu seluruh ruangan.Sepi!Hening!Namun, rumah itu terkesan rapi dan bersih. Tepat sekali, Yudha memang anak yang pembersih dan perapi. Entah siapa yang telah membersihkan rumahnya? Pikiran Shofi menerawang jauh. Apakah Yudha memakai jasa pembersih online? Entahlah, ia juga pe
Cuaca mendung di pagi itu mengantar kepergian Cinta. Wanita keturunan Thionghua itu bersiap-siap untuk masuk ke pesawat. Sebelum ia masuk, Cinta memeluk putra kesayangannya yang tampak sendu.Tentu saja, Cinta baru tiba di tanah air beberapa waktu lalu. Dan kini Yudha harus melepaskan wanita cinta pertamanya untuk kembali lagi ke London. Kedatangan Cinta di tanah air selain ingin memastikan keselamatan putra kesayangannya, ia memperbaharui penandatanganan kontrak kerja sama salah satu perusahaan besar."Jaga dirimu ya, Pangeranku!" kecup hangat mendarat di kedua pipi Yudha."Baik, Cintaku!" Yudha balas mencium kening ibu kandungnya dan punggung tangannya penuh takzim."Titip Yudha, ya, Shofi. Tolong jagakan dia untukku." pinta Cinta pada perempuan cantik itu."Baik, Bu. Insya Allah!" Cinta memeluk Shofi lalu Shofi mencium tangannya.Setelah menyaksikan Cinta masuk ke pesawat. Yudha dan Shofi pun berbalik arah berjalan
Cinta membuka pintu apartemen, ia dan Yudha masuk kedalam dan mengunci kembali."Serius apaan, Hmmm?" tanya Cinta saat mereka duduk di sebuah sofa unggu."Yang Cinta ajukan ke Shofi tadi!" Yudha tampak antusias."Hu'um!""Bukannya bagus ada seorang yang bantu kamu, hmm?""Bukan begitu, Cinta ... tapi misiku akan terbongkar nantinya."Ya ampun ... Yudha ternyata punya misi, siapakah Yudha sebenarnya? Misi apa yang sedang ia sembunyikan?"Oh, iya, ngomong-ngomong kapan kamu bersedia menjabat sebagai CEO, menggantikan papimu?" tanya Cinta menatap anaknya yang rupawan.Yudha terdiam, ia tampak sedang berpikir keras. Ia lebih suka menjadi seorang polisi intelijen dan itu adalah cita-citanya daripada menjadi CEO mewarisi kerajaan bisnis orang tuannya. Tetapi orang tuanya hanya memiliki dia seorang, sungguh dilema."Kasihan Papimu, sayang. Sudah saatnya dia pensiun. Sekarang Papimu mulai
Sherin Zang adalah nama asli Cinta, berasal dari keturunan Tionghoa yang menikah dengan Hardi Anggara, bapaknya Yudha. Wanita itu begitu anggun dengan wajah oriental sangat cantik, siapa yang mengira usianya telah melewati setengah abad. Bila melihat dia duduk bersama Yudha, seperti sepasang kekasih. Sungguh, Cinta pintar merawat badannya.Sherin dan Hardi bertemu di acara ulang tahun Antony Zang di London. Orang tua Hardi dan Antony adalah berteman baik juga relasi bisnis. Saat itu Hardi sedang melanjutkan kuliahnya di London sementara Sherin baru lulus sekolah menengah. Lalu, Antony meminta Hardi untuk menikahi Sherin, karena Antony Zang, bapaknya Sherin menderita kanker stadium akhir, ia ingin putri semata wayangnya segera menikah untuk mewarisi harta dan bisnisnya sebelum ia meninggal.Kenapa Yudha memanggil ibunya dengan sebutan Cinta?Suatu hari, kala itu usianya baru empat tahun. Yudha yang baru saja keluar dari sekolah taman kanak
Cinta itu tidak mengenal usia, bila rasa telah tertancap di dalam dada langkah seterusnya adalah memperjuangkannya. Begitu juga dengan Yudha, ia akan memperjuangkan cintanya. Pagi ini adalah hari dimana Shofi akan mulai bekerja kembali, setelah kejadian penculikan beberapa waktu lalu. Shofi telah berjanji pada neneknya akan bangkit dari keterpurukan mental. "Nek, Shofi berangkat dulu ya." Shofi mencium tangan tua itu dengan takzim. "Iya, hati-hati di jalan ya," pesan Nek Anum. "Iya, Nek. Assalamualaikum." "Waalaikum salam." Shofi keluar dari pintu rumahnya, dan berjalan ke arah halte bus. Ia pergi ke kampus dengan naik angkutan umum. Tin! Tin!Tiba-tiba suara klakson mobil berbunyi di samping Shofi. Perempuan berkulit bersih itu menoleh. "Shofi, ayo kuantar." "Baiklah!" Shofi lalu masuk ke dalam mobil Yudha. "Kamu sudah baikan?" tanya Yudha. "Alhamdulillah, sudah," jawab Shofi deng