"Kinara?"
"Kinara?"
"Astaga, Amel! Kenapa harus berteriak?" Kinara mengusap telinga kanannya yang baru saja mendengar teriakan kencang dari sahabatnya itu.
"Kamu ngelamun, aku panggil dari tadi juga." Amel merengut kesal.
"Eh, maaf deh Mel, hehe."
"Buruan cerita, kamu kenapa sih akhir-akhir ini sibuk banget, suka melamun juga," tanya Amel.
Kinara melihat jam tangannya, masih ada waktu 1,5 jam sebelum dia masuk kantor. Arjuna juga sudah pergi dari kampus ini sekitar 2 jam yang lalu. Kinara bahkan masih syok dengan kenyataan bahwa Arjuna juga mahasiswa S2 di kampus ini.
Kinara membuka matanya lalu mendudukkan tubuhnya perlahan. Dia mengerjapkan mata berkali-kali sebelum sadar kalau ini bukan kamarnya. Kinara melihat sekitar dan ingat kalau ia berada di ruang Arjuna dan ketiduran. "Astaga, jam berapa ini?" Kinara mengecek jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 16.30 itu artinya karyawan sudah meninggalkan kantor. Kinara mencari Arjuna dan Argan tapi tidak ada di ruangan itu, kemungkinan masih rapat atau pekerjaan lainnya. Kinara tiba-tiba teringat tadi pagi saat Arjuna mendadak menghentikan mobilnya karena melihat seseorang, kemudian dia hubungkan dengan wanita yang Arjuna sebut malam itu dan disebut Laura juga. Apa orang yang sama? Siapa? Mumpung Arjuna keluar, Kinara menuju meja Arjuna dan mencari sesuatu di sana. Siapa tahu ad
"Laura!" Kinara dan Laura menoleh, mereka melihat Lisa sudah berdiri di dekat pintu dengan tatapan tidak sukanya pada Kinara. Kedatangan Lisa membuat Laura tidak bisa melanjutkan perkataannya, sehingga Kinara tidak mendapat informasi lebih dari wanita itu. "Ngapain kamu ngobrol sama dia?" ucap Lisa sambil menunjuk pada Kinara. "Hanya menyapa calon istri Arjuna, Lis. Siapa tahu dia sadar lalu mengundurkan diri dari pernikahan itu," ejek Laura. Kinara menghela napas berat, sekali lagi dia harus bersikap tenang, tidak terbawa emosi dan tetap ramah. "Maaf, aku tidak akan membatalkan pernikahan ini," jawab Kinara mantap.
Kinara tidak menyangka kalau malam ini dia berakhir di kamar milik Arjuna. Setelah Safira meminta Kinara untuk menginap, akhirnya Kinara setuju dan harus tidur sekamar dengan Arjuna. Meskipun Arjuna berjanji untuk tidak berbuat macam-macam pada Kinara, namun masih ada kekhawatiran di wajah Kinara.Kinara melihat Arjuna keluar dari kamar mandi dengan baju lengkap yang pas sekali di tubuhnya. Kinara berharap bisa tidur selama Arjuna di dalam kamar mandi, namun matanya justru enggan tertutup."Kenapa, huh?" Arjuna dari tadi memperhatikan Kinara yang juga memperhatikannya.Kinara menggeleng kemudian menarik selimut dan memposisikan tubuhnya agar tidur dengan nyaman. Kinara memejamkan mata mencari kedamaian namun segera terusik dengan selimut yang tiba-tiba tertarik ke bawa
Kinara bangun lebih awal karena hari ini ada kuliah pagi. Dia bergegas mandi, berganti baju, sarapan dan berpamitan kepada orang tua Arjuna. Bukan hanya Kinara, Arjuna juga melakukan hal yang sama karena dia harus bertemu dosen pembimbing untuk membahas skripsinya yang tertunda.Selama di perjalanan menuju kampus, Kinara terus memikirkan tentang calon kakak iparnya yang tiba-tiba berubah setelah menikah. Apa karena pengaruh Lisa? Atau ada hal lain? Tiba-tiba Kinara ingat perkataan Lisa kemarin di toilet. Lisa pasti sangat membencinya setelah itu, mengingat percakapan mereka kemarin berakhir tidak baik."Jun?""Hm.""Kak Lisa itu, kamu tahu kan, sejak awal bertemu, dia sudah tidak suka denganku. Dan… kemarin a
Kinara segera pulang dari kampus setelah kuliahnya berakhir. Arjuna melarang Kinara untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai office girl. Dia boleh datang ke kantor hanya untuk menemani Arjuna, tidak untuk bekerja. Mendapat perhatian lebih dari Arjuna membuat Kinara memiliki perasaan yang berbeda pada laki-laki itu. Mungkin Kinara memang sudah jatuh hati pada Arjuna dan sebisa mungkin dia menolak mengakuinya. Arjuna tidak mungkin memiliki perasaan yang sama dengan Kinara karena selama ini dia hanya main-main saja.Perkataan Amel tadi siang masih terngiang-ngiang di telinga Kinara. Ingin rasanya dia bertanya langsung pada Arjuna, siapa wanita yang bersamanya tadi siang. Namun, Kinara tidak punya cukup nyali untuk bertanya. Kinara mondar-mandir di kontrakannya, entah kenapa hatinya gelisah. Untuk menenangkan pi
Arjuna mengelus pipi kanannya yang terasa perih akibat tamparan dari Kinara. Arjuna menatap malas pada Kinara yang sejak tadi ingin tertawa. Rasanya ingin dia terkam tubuh mungil Kinara saat itu juga. Baru kali ini Arjuna mendapat tamparan dua kali dari wanita yang sama."Sakit?" tanya Kinara."Menurutmu?""Salah sendiri, kamu gak sopan menyentuhnya … itu … aku kan reflek jadi nampar kamu."Kinara malu mengatakannya. Dia memang reflek menampar Arjuna saat dia menyentuh bukit kembarnya."Bukannya enak?""Diam, Juna! Aku malu. Jangan bahas itu lagi!"
Setelah bertemu Agatha, Kinara mengajak Arjuna untuk berkunjung ke panti asuhan menemui ibu Diana. Ini pertama kalinya Arjuna berkunjung ke panti asuhan.Setelah sampai di panti asuhan, Kinara langsung menuju ruang ibu Diana beristirahat. Kinara begitu bahagia bisa mengobrol kembali dengan ibu Diana. Segala rasa Kinara curahkan pada wanita yang sudah dianggapnya ibu itu. Kinara juga meminta doa semoga pernikahannya nanti berjalan dengan lancar. Arjuna juga menemui ibu Diana dan meminta restu. Ada debaran dan rasa bahagia melihat Arjuna mengobrol dengan ibu Diana, Kinara merasa benar-benar dilamar oleh seorang laki-laki. Lamunan Kinara buyar seketika, tatkala dia menyadari bahwa semua ini hanya pura-pura.Setelah selesai mengobrol dengan ibu Diana, ibu Linda mengajak Kinara dan Arjuna untuk makan malam bersama anak panti. Suasana maka
Kinara sampai di kampus dan segera menemui Amel di kelas, sementara Arjuna ke kantor dulu baru ke kampus menemui dosen pembimbing. Pagi ini Kinara merasakan tubuhnya sedang tidak baik-baik saja, kepala pusing dan badannya terasa lemas, padahal dia sudah sarapan tadi pagi di panti asuhan. Dia berusaha tidak memperdulikan keadaan tubuhnya, karena hari ini dia harus bertemu Arya untuk mengumpulkan tugas makalah dan meminta maaf karena sudah meninggalkannya di kafe kemarin siang."Kinara." Amel melambaikan tangannya kepada Kinara."Pagi, Mel," sapa Kinara."Tugas sudah selesai, 'kan?" tanya Amel."Sudah, habis kuliah bu Santi aku ke ruang pak Arya." Kinara tertunduk lesu, dia kembali merasa bersa
Kinara dan Arjuna sampai di rumah sakit untuk menjenguk Lisa. Keadaan Lisa membaik. Ibu dan Rama bisa bernapas lega karena setelah ini bisa dibawa pulang. Dua hari kemudian Lisa bisa di bawa pulang untuk mendapatkan perawatan di rumah. Setelah dari rumah sakit itu, Kinara memberitahu Arjuna tentang pesan yang menanyakan Kinara itu dan meminta Argan untuk menyelidikinya. Argan bertindak dengan cepat dan hari ini Kinara diajak oleh Arjuna menuju alamat seseorang yang mengirim pesan itu. Argan melacak alamat orang itu dan berhasil menemukannya. "Mas, benaran ini tidak apa-apa kita ke rumah orang itu? Beneran bukan orang jahat, 'kan?" tanya Kinara. "Bukan, Sayang. Argan sudah menyelidikinya, bukankah kamu ingin tahu siapa yang mengirim pesan itu? Kinara mengangguk. Dia sangat ingin tahu. Dia menatap suaminya yang sedang menyetir. Sepertinya, Arjuna sudah tahu dan belum memberitahukan pada Kinara. Setah menempuh perjalanan satu jam , akhirnya Kinara dan Arjuna sampai di sebuah rumah m
Tanpa aba-aba, Arjuna mendaratkan bibirnya di bibir Kinara dan melumatnya dengan rakus. Kinara harus menggunakan lipstik lagi setelah ciuman itu berakhir."Mas, udah! Kita harus berangkat ke kantor polisi," ucap Kinara sambil meremas kemeja Arjuna. Dia tidak peduli jika kemeja yang suaminya kenakan itu kusut kembali karena ulah tangannya.Bibir Arjuna masih bertahan di leher Kinara dan satu tangannya dia masukkan ke dalam blouse milik istrinya. Arjuna menaikkan penutup bukit kembar sang istri dan meremasnya pelan."Mas ... uhh," lenguh Kinara."Tambah gede banget, Sayang," ucap Arjuna sambil menggigit pelan daun telinga Kinara."Mas, Sudah dong, nanti kita terlambat, uhh ..."Arjuna seperti tidak mendengar perkataan dari Kinara. Bukannya berhenti, dia justru menarik blouse Kinara keatas hingga terekspos kedua bukit kembarnya yang menantang. "Mas, mau ap--uhh." Kinara mencengkeram rambut Arjuna karena kini bibirnya yang mulai aktif menyentuh dan memanjakan ujung kedua benda kenyal mi
Kinara hanya terkekeh melihat suaminya itu meninggalkan kamar. Menggemaskan! "Ah, capek sekali. Semoga kalian nggak apa-apa ya, Nak." Kinara mengusap perutnya sebentar, kemudian memposisikan tidurnya agar lebih nyaman."Juna dapat telurnya nggak ya? Rasanya nggak bisa tidur kalau nggak makan telur," gumam Kinara."Nggak apa-apa ya Nak, biarkan papa kalian berjuang dong. Pastinya papa akan melakukan apapun untuk kalian dan untuk mama." Kinara berusaha mengajak bicara anaknya yang masih berada di dalam perut.Kinara bosan menyalakan televisi sambil menunggu Arjuna pulang dan membawa telur. Kinara ingat dengan Lisa. Bagaimana keadaan kakak sepupunya itu? Dia harap Lisa baik-baik saja. Kinara mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan mengirim pesan pada ponsel Lisa. Ia mengatakan akan ke rumah sakit besok untuk menjenguknya setelah pulang dari kantor polisi.Setelah selesai menulis chat pada Lisa, Kinara mengambil remot televisi dan mengubah salurannya. Daripada dia bosan tidak mela
"Tapi, kenapa kamu menutupi tubuhmu dengan selimut? Dingin?" tanya Arjuna. "Nggak! Sebenarnya...."Kinara malu untuk bilang pada Arjuna. Hari ini dengan berani dia menggunakan Lingerie yang ada di dalam lemarinya. Dia tidak tahu kenapa berpikir untuk memakainya dan sekarang dia malu sendiri untuk mengatakan pada Arjuna.Duh, aku jadi malu. Aku harus bilang apa pada Juna, kenapa aku kepikiran memakainya sih? Batin Kinara."Itu ... Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Kinara dan berbalik. Kinara hendak berjalan namun tubuhnya dipegang oleh Arjuna. Kinara tidak bisa melangkah. Dia menunduk karena malu saat Arjuna membalikkan tubuhnya dan memegang dagu Kinara agar mendongak."Kenapa mendadak ingin ke kamar mandi, Hm?" tanya Arjuna dengan nada sensual membuat buku kuduk Kinara merinding."Itu ... Aku ... Mas!" teriak Kinara karena kini selimut yang menutup tubuhnya lolos dan melorot ke bawah.Kinara menunduk untuk melihat tubuhnya yang terbalut oleh Lingerie tipis berwarna merah. Dia malu
Kinara melihat ponselnya dan ada bunyi notifikasi chat dari seseorang yang membuat Kinara terkejut. "Jun...." "Ada apa?"Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna. Ada chat dari nomor yang tidak di kenal. Isi chat itu menanyakan apakah benar ini adalah nomor Kinara. Ia tidak tahu chat dari siapa itu, dan apakah teror itu belum berakhir? Seharusnya sudah berakhir karena Arya dan Handika sudah tertangkap. Kinara terkejut, karena ia masih trauma dengan sms nomer asing. Arjuna melihat isi chat dari ponsel Kinara. Ia mencatat nomer itu di ponselnya dan memberikannya kembali pada Kinara. "Seharusnya teror itu sudah berakhir, Kinar. Tapi, aku harus memastikan lagi, aku akan minta Argan untuk menyelidikinya. Sekarang kita makan dulu," ucap Arjuna sambil memegang tangan istrinya itu. Arjuna tahu Kinara cemas dengan chat itu dan ia harus menenangkannya. Kinara sedang hamil anaknya dan Arjuna tidak ingin istrinya itu cemas, banyak pikiran dan berpengaruh pada bayi mereka. "Jangan dipikirkan,
Setelah mengunjungi Lisa dan memastikan keadaannya baik-baik saja. Safira dan Rama menyuruh Arjuna dan Kinara pulang ke rumah. Sebenarnya Rama juga meminta Safira pulang dan istirahat, namun Safira bersikukuh untuk menemani Lisa di rumah sakit. Dia harus memastikan Lisa segera sembuh dan merawat anak menantunya itu."Kalian pulanglah. Pastikan Kinar istirahat dengan baik, Jun. Kinar sedang hamil dan ibu nggak mau kesehatannya menurun.""Baik, Bu. Ibu yakin nggak pulang?" tanya Arjuna."Ibu akan menjaga Lisa, lagipula ibu nggak apa-apa. Satu lagi, Kinar masih syok dengan kenyataan ini. Kamu harus bisa menenangkan pikirannya, Jun," pinta ibu."Baik, Bu."Kinara keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju Arjuna. Safira mendekat dan memeluk Kinara dengan hangat."Istirahat ya, Kinar. Jangan banyak pikiran, yang terjadi sudah terjadi. Sudah menjadi jalan bagi Arya untuk mendekam di penjara," ucap Ibu."Iya, Bu. Kinar berusaha melupakan kejadian hari ini dan menata hati untuk ikhlas meneri
"Menggelikan sekali. Lebih baik kalian mati semua!" teriak Arya.Arya mengarahkan pistolnya pada ketiga wanita di depannya. Namun, pistol itu dia arahkan tepat pada Safira terlebih dahulu. Arya sudah menutup mata dan hatinya dengan kebencian dan dendam. Dia tidak peduli dengan apapun yang ada disekitarnya, penjelasan dari Safira mental dan tidak bisa merubah keputusannya untuk menghabisi nyawa wanita itu. Bahkan kini, bukan hanya Safira, tapi Kinara dan juga Lisa ikut menjadi sasarannya.Kinara sekali lagi meminta Arya untuk menarik pistolnya dan memperbaiki semuanya, namun sekuat apapun Kinara meyakinkan Arya, laki-laki itu tidak bergeming sama sekali. Dia sudah larut dengan kebencian yang menggerogoti tubuhnya."Pak izinkan kami, terutama ibu kami untuk memperbaiki semuanya. Aku yakin dalam hati nuranimu masih ada sisi baik, Pak." Kinara berusaha memohon lagi pada Arya, dia harap Arya masih memiliki hati untuk membiarkan mereka hidup.Juna ku mohon, datanglah tepat waktu, aku gak m
Kinara tidak mengerti dengan situasi ini. Jadi, selama ini Arya memiliki dendam pada keluarga Atmaga, terutama pada Safira. Karena Safira lah, orang tuanya stres kemudian bunuh diri dan mamanya hingga sekarang masih dirawat di rumah sakit jiwa."Maaf, Nak Arya. Semua memang salahku. Aku dan papamu memang dulu saling mencintai, tapi sejak kami dijodohkan oleh keluarga masing-masing, aku sudah minta maaf ke papamu dan meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Aku meyakinkan papamu untuk menerima mamamu, begitu juga aku yang menerima papa Arjuna.""Tunggu dulu, Pak Arya. Tindakan ibu Safira benar. Dia ingin papamu kembali ke mamamu. Itu adalah tindakan yang benar," ucap Kinara."Memang, tapi, harusnya kamu tidak meninggalkannya begitu saja, bukan? Kamu bisa memberikan pengertian padanya! Laki-laki itu menyakiti mamaku seumur hidupnya dan hanya mencintaimu. Lalu, kenapa kalian harus bertemu lagi, hingga kamu meminta untuk lari bersama? Seharusnya kamu tidak memintanya bertemu, karena saat i
Perjalanan, Arya hanya diam sementara Kinara dan lainnya terus bercerita banyak hal. Kinara agak heran dengan Arya yang mendadak diam. Dia juga tidak melihat keramahan Arya seperti biasanya. Kinara ingin bertanya sesuatu namun segera dia urungkan. Kinara melihat jalan sekitar dan ini bukanlah jalan menuju rumah Atmaga. Ada yang aneh dan berbeda dengan Arya. Kinara yang awalnya ragu akhirnya berani untuk bertanya. Dia ingin bertanya namun Lisa berkata lebih dulu. "Loh, ini bukan jalan ke rumah kita, 'kan?" tanya Lisa. "Benar, loh nak Arya salah jalan," tegur Safira. "Pak Arya kita salah jalan, kita mau kemana pak?" tanya Kinara mulai khawatir dengan diamnya Arya sejak tadi. "Nak Arya, kita mau ke mana?" tanya Safira. Kinara semakin khawatir dengan perubahan sikap Arya. Dia khawatir kalau Arya berhubung dengan kasus teror yang menimpanya. "Pak!" "Kalian ikut saya," ucap Arya. "Maksudnya apa?" tanya Lisa. "Pak Arya, maksudnya ikut itu apa? Dan kemana? Sikap pak Arya aneh, tidak