Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 150. Berantem di Mall

Share

Bab 150. Berantem di Mall

last update Huling Na-update: 2025-02-02 00:03:31

Tiba-tiba saja malamnya, Adelio mengajakku suatu tempat. Aku juga tidak tau apa, namun saat sampai aku tidak bisa berkata-kata lagi.

Aku diajak ke mall, suasana di sana cukup tenang belum lagi orang berlalu lalang.

"Mau beli apa?" tanyaku ke Adelio yang mengusap hidungnya.

"Nggak tau," jawab Adelio seadanya.

Seketika aku menganga tidak percaya, jadi kita ngapain ke sini kalo nggak tau mau beli apa-apa.

Aku berdecak kesal sambil menaboknya. "Aaa, padahal lagi rebahan loh Adelio."

Adelio meringis, tapi membuatku aneh adalah ada Zara menghampiri kami.

Sungguh aku tidak sengaja, argh bagaimana ini. Aku sedang tidak ingin melihatnya.

"Sayang, kamu di sini?" kata Zara bergelayut manja di tangan Adelio.

Merasa jijik, aku menarik Zara untuk menjauh dari Adelio. Bukannya mengerti maksudku, Zara mendorongku hingga terduduk.

"Apaan sih lo?!" kesalku kini berdiri kembali membersihkan diri yang kotor.

"Lo sebenarnya lebih cocok di duduk di bawah kayak pengemis," kata Zara mulutnya begitu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 151. Penggoda Sialan

    Tak terasa ulangan kenaikan kelas akan dilakukan hari ini, selama itu aku mengajak Adelio belajar bersama. Kini Adelio dengan seragam yang rapi tidak seperti biasanya yang bajunya dikeluarkan belum lagi rambut berantakan. "Gue kek anak culun," celetuk Adelio menyisir rambutnya di dalam mobil. Aku terkekeh pelan, mencubit pipinya gemas. Siapa yang tidak gemas dengan tingkahnya? Padahal Adelio sangat tampan seperti ini. "Lo bagusan gini, rapi enak diliat tau," sahutku penuh mata berbinar. Adelio menoleh kearahku kaget, siapa yang tidak kaget. Tatapanku saja seperti ingin memakannya. "Kenapa?" tanyaku panik, ya karena Adelio sedikit mundur. Ketakutan karena apa dia? Aku kan tidak memarahi atau memakannya. "Nyeremin, lo natap gue dalem banget kayak mau makan gue," kata Adelio namun dibagian akhir kata suaranya berbisik. Aku langsung tertawa terbahak mendengarnya, aku sambil mengusap hidung dan menggelengkan kepala. "Enak aja! Gue nggak nyeremin ya, anak seimut ini dikatain mau m

    Huling Na-update : 2025-02-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 152. Panik

    Aku mendorong Gracia hingga mundur beberapa langkah, Gracia yang tidak terima menatap tajam diriku. "Maksud lo apaan dorong gue?" ucap Gracia bersedekap dada. Siapa juga yang nerima ada pelakor di hubungan kami, ingin rasanya meremas mulut jeleknya itu. "Pake nanya lagi, lo ngapain juga deketin pacar gue," balasku berhadapan dengan Gracia. Sementara Adelio yang masih duduk tidak berkutik, pastinya Adelio jadi tempat bukti permusuhanku dengan orang-orang. Gracia terkekeh kecil. "Lo baru pacar belum Istrinya, jadi bebas dong kalo gue mau sama Adelio," kata Gracia mendorong bahuku. Berani banget Gracia! Belum tau aja dia sama aku nih, aku yang tidak terima langsung menamparnya tanpa aba-aba. Gracia meringis memegang pipi kiri yang merah, aku tersenyum miring. "Ingat ya, gue nggak akan biarin siapapun deketin Adelio termasuk lo bedak tebal," ejekku menoleh ke Adelio. Kepalan tangan Gracia terlihat jelas saat aku perhatikan, bukan itu saja Gracia sepertinya ingin menerkamku hidup-

    Huling Na-update : 2025-02-05
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 153. Ganjen Sekali ya Bun

    Aku mengingat kejadian makan siang tadi ingin tertawa, bagaimana tidak. Ternyata Adelio itu sedang salah tingkah, kirain kenapa. Di malam yang dingin, aku dan Adelio berada di kamarku untuk belajar bersama. Aku sangat tidak percaya kalo Adelio kali ini malah menjahiliku. "Adelio, lo jangan ngeselin deh," kataku meliriknya yang kini mencolek daguku. Adelio tersenyum lebar. "Ngeselin Adelio namanya," balas Adelio mencolek kembali. Masih aku pandang dengan wajah datar, hingga aku menarik rambutnya penuh kekesalan. "Nih ya, lo sumpah nggak ada gitu berhenti!" geramku kepada Adelio yang meringis kesakitan. "Berhenti, sakit banget rambut gue," seru Adelio menganga tidak percaya. Ihh, mampus makanya jangan ngeselin. Orang lagi belajar juga di ganggu, maksudnya apa ya Kak. "Lo lucu soalnya kalo lagi marah," celetuk Adelio tiba-tiba menoleh kebelakang. Aku terdiam menatapnya tajam, astaga dia ini. Jadi itu alasannya? Tapikan ini lagi belajar! Please ya Adelio, sebelum aku bikin botak

    Huling Na-update : 2025-02-06
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 154. Cemburu

    Pulang sekolah, Adelio sadari tadi diam saja. Bahkan saat di kelas sekalipun, ihh kan aku jadinya takut. Apalagi saat Adelio menatap tajam ke Jeon, ini pasti karena pagi tadi. Apa Adelio cemburu? "Hem, Adelio lo kenapa sih diem aja?" tanyaku duduk di sebelahnya, kami sekarang berada di mobil. Adelio menoleh. "Gue cuma masih kesel aja sama Jeon," balas Adelio seadanya. Mana nggak ada senyum lagi! Kan aku jadinya mengira Adelio marah denganku. Aku hanya menganggukkan kepala tidak ingin menambah pembahasan, dan sedikit ngeri sih kalo Adelio begini. "Jangan diem aja dong, gue takut jadinya," kataku jujur kepadanya. Mobil telah berjalan, Adelio yang fokus menoleh sekilas ke arahku. Hoho, apa semenyeramkan ini Adelio karena perihal Jeon? "Gue kan nggak marah sama lo," balas Adelio tersenyum kecil. Aku cukup lega karena dirinya sekarang menarik bibir berbentuk bulan sabit, andaikan tadi beh senyum saja tidak mau "Tetap aja gue yang ngerasain, mana seharian gue dicu

    Huling Na-update : 2025-02-07
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 155. Nasib Sial

    Aku pergi sendiri dengan mobil ke sekolah, awalnya Adelio tidak terima. Namun, aku ngambek jika tidak diizinkan sehingga Adelio pasrah, dan mengalah. Di lorong tanpa sengaja aku melihat Gracia bersedekap dada berdiri di depan kelas, aku abaikan Gracia itu.Hal yang diriku ingin mengamuk karena Gracia sengaja memajukan kakinya sehingga aku tersungkur. Aku mendengus, berdiri berhadapan dengan Gracia. "Sengajakan lo?""Hah, lo nuduh gue?" tanya Gracia tidak terima. Dengan kepalan tangan, gigi menggeletuk rasanya ingin menampol orang gila ini. "Dahlah, males gue sama lo. Kalah saingkan, makanya lo nyari masalah terus sama gue," tanggapku membuat Gracia melotot. Apa dia tidak terima? Sehingga seperti itu? Heh, Gracia memang penggoda. Ihh, aku saja jijik dengannya. Apalah dia ini, banyak cowok tampan tapi malah merebut punya orang lain. "Ngapain juga kalah saing sama lo, gue cantik kok," kata Gracia begitu percaya diri. Mendengar itu, aku memperhatikan wajahnya. Seketika aku tertawa

    Huling Na-update : 2025-02-08
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 156. Masalah Beruntun

    "Maksudnya apa Om?" tanya Adelio menarikku kebelakang. Senyum miring tertampil di bibirnya. "Kamukan sudah melukai Zara? Sekarang dia berada di rumah sakit," tuduh Om tua sambil mengepalkan tangan. Eh, sejak kapan please. Aku saja selalu bersama Adelio, kapan melukai Zara murahan itu? Sampai orang tua ini menuduh Adelio. "Astaga Om, aku mana pernah melukai dia. Nggak pengen soalnya, kan aku udah ada ini," kata Adelio menoleh ke arahku sebentar. Aku tersenyum kecil, saat Adelio memberitahu kalo aku adalah pacarnya. "Alasan aja kamu! Apa saya laporkan aja kamu ke kepala sekolah," kata Om tua mendekat menarik kerah Adelio. Hal gilanya, Om tua itu mengangkat dengan mudah tubuh Adelio. Aku menganga tidak percaya, setua ini tenaganya masih oke. "Jangan sembarangan ya, aku juga nggak akan ngelakuin itu karena Zara bukan siapa-siapa," papar Adelio masih berusaha sabar. Aku menggeleng, ya untuk apa bertengkar dengan orang tua? Dia tidak akan mendengarkan. Daripada mak

    Huling Na-update : 2025-02-09
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 157. Menyembunyikan Suatu Hal

    Aku tertawa mengingat kejadian pulang sekolah, sekarang aku berada di rumah memainkan ponsel. Cuma sedikit kaget di mana dalam grup, jika Gita dan Vivian ingin berkunjung ke rumah. Asli ya, aku langsung deg-degan karena mereka sudah berada di rumah orang tuaku. "Adelio, cepetan!" teriakku menggedor pintu kamar. Pintu tersebut buka, terlihat Adelio mengusap mata sepertinya baru bangun tidur. Aku tanpa berkata, menarik tangannya. Adelio terkaget-kaget dari rautnya, ingin tertawa tapi situasi sekarang lagi tidak bagus. "Kenapa lo?" tanya Adelio menarik tanganku sesaat. "Jangan banyak tanya deh, gue gini juga mau cepat ke rumah orang tua gue. Ada Gita sama Vivian di sana," ungkapku membuat Adelio sebaliknya menarikku. Eh, kok malah aku yang ditarik-tarik. Sepertinya Adelio menyadari ketar-ketir diriku. "Ayok, cuss kita harus cepat ke rumah Papa Mama," seru Adelio mendorongku ke dalam mobil. Kasar banget sih, dasar emang ya. Apa karena ingin cepat sehingga begini jadinya. Adelio

    Huling Na-update : 2025-02-11
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 158. Siapa cowok itu

    Saat pertanyaan Vivian terlontar, aku meneguk ludah. Untungnya aku bisa menjawab semua dengan enteng. Setelah menghadapi masalah besar, mereka berdua akhirnya pulang di jam 7 malam."Gue nggak sanggup asli," keluhku ke Adelio yang duduk di ruang santai. Adelio terkekeh mengelus puncak kepalaku. "Lo pasti ketar-ketir ye kan.""Pake nanya lagi, gue beneran takut tadi," kesalku menabok lengan Adelio. Bayangkan pertanyaan Vivian itu sangat mematikan belum lagi waktu di kamar, ada satu foto ketinggalan di meja belajar. Untungnya aku bisa menyembunyikan tepat waktu, aduh ini Tuhan lagi baik sama aku sih. "Asal mereka nggak taukan? Kita bisa berhasil," seru Adelio tersenyum manis. Alah, itu juga karena aku banyak alasan. Coba Adelio ikut kasih alasan? Mungkin sudah ketauan karena jawaban kami pasti berbeda. "Iya serah lo aja deh," balasku malas. "Ehem, lagi ngapain nih peluk-peluk," sindir seseorang dengan suara nge-bas. Aku yang menyadari orang tersebut cepat bertegak, menoleh kebe

    Huling Na-update : 2025-02-12

Pinakabagong kabanata

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 172. Akhir yang Bahagia

    Akhirnya tidak ada gangguan ketiga manusia itu, malam ini kami rencananya ingin makan bakso di tempat langganan. Di mana waktu itu ada banci, semoga sekarang nggak ada. Takutnya Adelio risih dengannya. "Baksonya satu Mang!" seru Adelio dengan mengangkat tangannya berbentuk V. Mamang bakso itu hanya mengangguk, aku sangat senang berada di sini. Walaupun capek siang tadi, kan malamnya bisa berduaan kembali. Dalam suasana malam yang dingin dengan bintang bertaburan. "Baksonya enak?" tanya Adelio mendongak menatapku. Aku mengangguk dengan senyum manis. "Enak banget! Juaranya bakso ini mah.""Iya atuh Neng! Palinh enak bakso saya pastinya," sahut Mamang bakso itu dengan senang. Aku dan Adelio hanya terkekeh kecil, tapi memang seenak itu. Apalagi aku jarang ke sini, jadinya sangat rindu ya. "Kalo gitu gratisin kita dong, kan udah dipuji," goda Adelio ke Mamang bakso. Seketika gelengan Mamang bakso terlihat, aku hanya terkekeh. Orang jualan kok minta gratisan dasar Adelio. "Nggak u

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 171. Telinga Memerah

    Perjalanan kali ini tidak ada halangan sama sekali dari tiga orang gila itu, bahkan ini di bandara dijemput oleh keluarga kami. Aku merasa senang, mereka semua berada sini termasuk Jean. Walau hanya beberapa hari, setidaknya lebih baik cepat pulang daripada semua akan terbongkar seiring waktu. "Kalian ini!" kesal Jean menabok Adelio. Sementara hidungku ditariknya, ihh kenapa dia ini. Sok jadi Kakak pula yang jahil idih. "Sakit dodol," balas Adelio menatap sinis Jean hanya terkekeh. "Elah men gitu doang mah nggak sakit," kata Jean cengengesan. Pada akhirnya, Adelio membalasnya lebih kuat. Di mana kami menertawakan Jean terkena getahnya. "Gue pelan loh, lo balasnya kayak mau bunuh gue," kesal Jean menjauhi Adelio memilih mendekati Mama Cahaya. "Makanya, lo jadi Abang tuh waras dikit. Gue baru pulang nyari perkara lo," sahutku menatapnya sinis. Tidak merasa bersalah, Jean hanya tersenyum lebar. Dih apaan banget nih orang, untung gue sabar ya. Sementara Bunda Delyna memberi kode

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 170. Pulang

    Malamnya aku merenung, apa besok pulang saja? Daripada mereka bertiga mengira melakukan hal lebih dari ini. Bagaimanapun, Zara dan Gracia mengetahui. Jika kami memesan satu ruang, walau satu kamar aku pasti sedikit menjauh tidurnya dari Adelio. "Setuju nggak, kalo kita pulang aja besok?" tanyaku ke Adelio yang sedang makan dengan tenang. Yap, setelah seharian mengobrol dan tidur. Kami tidak kemana-mana lagi, karena mengetahui ketiga manusia itu akan merusuh. Adelio mendongak dan tatapan kami bertemu. "Gue ngikut aja," balas Adelio tersenyum. Aku menghela napas panjang mengingat beberapa hari ini bukannya bahagia. Tapi banyak hal yang tidak diduga aku rasakan, belum lagi Ghifari bisa-bisanya menghampiriku ke Bali. "Yaudah, gue mau besok pulang. Nggak betah di sini," balasku kembali memakan udang goreng tepung. Enak banget asli, kayak masakan Mamaku hehe. Jadi rindu mereka apalagi Jean huhu. Setelah selesai makan, kami ke ruang santai untuk menonton televisi. Sebenarnya sangat

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 169. Berdua denganmu

    Pada akhirnya kami berada di pantai, menikmati hari berdua. Namun, itu tidak berjalan semestinya. Karena gangguan dari ketiga gila itu masih berlanjut, inipun aku ditarik Ghifari untuk pergi berdua."Gue bakal ngajak lo ke tempat yang indah di sini," paksa Ghifari dengan wajah memelas. Aku melirik Adelio yang kini dipegang dua orang sekaligus, siapa lagi kalo Zara dan Gracia. Mereka ini, astaga! Aku dan Adelio ingin berlibur saja susah, pasti ada masalah datang. "Lepasin nggak! Gue nggak mau Ghifari," kataku mengamuk di depan banyak orang melintas. "Ini lagi kalian berdua, apa nggak sadar? Gue tuh mau berdua sama Ranesya," ucap Adelio terdengar dingin. Aku menatap Adelio menarik paksa tangannya sampai jeratan dari dua manusia itu terlepas. Adelio mendekatiku berusaha melepaskan aku dari Ghifari yang tidak mau mengalah. "Seharusnya lo jangan deketin Ranesya, dia bakal jadi milik gue." Ghifari berkata percaya diri. Aku tertawa karena menyadari, jika Ghifari terlalu berlebihan.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 168. Couple Pink Strawberry

    Aku menguak sangat lebar merasakan kehangatan luar biasa, saat aku membuka mata terdapat Adelio terlelap. Aku tersenyum lembut mengelus pipinya, mataku melotot karena menyadari kami tidur bersama. "Eh? Kok bisa sih," gumamku memperhatikan sekitar. Menyadari jika kami berada di kamarku, kejadian malam tadi hanya dikejar Adelio dan saling bercanda. Oh ya! Tidak sengaja tertidur berdua. Huh, syukurlah kukira kami melakukan hal berlebihan. "Duh, jangan bangun ya," kataku melepaskan diri dari Adelio perlahan. Aku berdiri menatap wajah Adelio yang begitu menawan, apa tidak salah Tuhan memberikan Adelio kepadaku?Bahkan, banyak dari cewek-cewek mengejarnya. Walaupun tingkah nakalnya membuat guru kesal, tapi dia adalah suami terbaik untukku. "Masak apa ya?" gumamku menuju dapur. Apa aku masak nasi goreng saja ya? Pasti enak banget, tapikan nggak ada peralatannya. Huh! Yasudahlah, aku memilih menonton tv di mana suara teleponku begitu nyaring di kamar. "Ganggu banget, ini jam 7 loh,"

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 167. Salah Bicara

    Khusus hari ini, aku tidak ingin keluar karena takut bermasalah lagi dengan kedua makhluk gila itu. Membayangkan saja kejadian kemarin membuatku naik darah, huh! Apa aku buang saja ke lubang buaya sehingga tidak ingin merebut Adelio. "Lo kenapa sih remas remote itu kuat banget?" tanya Adelio menatapku bingung. Aku menggigit bibir bawah, saat melihatnya. Ya gimana lagi, aku masih sangat kesal tau!"Gapapa kok," jawabku seadanya dengan senyuman kecil. Kami berada di ruang santai menonton sebuah film romantis, adegannya begitu manis membuatku melayang. Tapi sesaat membayangkan tadi, moodku hancur seketika. Untungnya Adelio menyuapiku seperti sekarang. "Suka nggak?" tanya Adelio memberikanmu sebuah susu kotak. Aww, pagi-pagi sekali Adelio membawakan beberapa makanan entah dari mana. Aku yang baru bangun melihat Adelio tersenyum saat aku membuka mata, romantis bukan? "Ngelamun lagi?" kata Adelio membuatku tersadar. Aku hanya tersenyum kecil, memakan beberapa cemilan di atas meja.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 166. Kacau

    Malam harinya, aku dan Adelio ingin pergi kencan berdua. Namun, hal tidak diduga terjadi. Di mana Zara dan Gracia, berada di tempat yang sama dengan kami. Jujur aku kadang bingung, mereka ada di mana-mana. "Kenapa Ranesya?" tanya Adelio melihatku. Aku mendengus menatap lulus, di mana Adelio mengikuti mataku. "Loh, kenapa mereka ada di sini ya?" balas Adelio begitu bingung. Pake nanya lagi, ya aku juga nggak tau loh. Mereka seolah tau, kami akan pergi kemana sampai ke restoran ini sekalipun. Berusaha mengabaikan keduanya, aku menarik Adelio ke dalam. Duduk di meja yang cukup jauh dari Zara dan Gracia. "Bentar, kita pesan dulu," kata Adelio mengangkat tangan seketika pelayan datang menghampiri kami. Sebuah buku menu, aku memilih beberapa dan sebaliknya dilakukan hal sama dengan Adelio. Pelayan itu pergi, hanya kami berdua di sini yang lain sibuk dengan urusan mereka. "Gimana rasanya liburan sekarang? Seru nggak?" tanya Adelio menatapku begitu dalam. Aku mendongak memperhatika

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 165. Curiga

    Berusaha melupakan Zara dan Gracia, kami lebih memilih kepantai kembali berjemur di sana. Siapa sangka, orang yang tidak aku harapkan mendekati kami mana bajunya kurang bahan. "Adelio, lo makin ganteng aja," kata Gracia melirik tubuh Adelio tanpa baju. Dih, aku menaikkan satu alis merasa aneh dengan pemandangan di mana wajah Gracia memerah. Jijik sekali, apalagi tidak lepas matanya ke Adelio. Heh! Jangan gitu please, aku sangat cemburu sialan. "Gue emang ganteng, sekarang lo berdua pergi sana," usir Adelio menurunkan kacamata lalu menaikkan kembali. "Lo berdua mau jadi lonte atau apa? Bahannya terlalu kurang, mau godain siapa?" hina Adelio tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Aku menahan tawa, siapa mengira. Jika Adelio akan berkata begitu tanpa peduli perasaan Zara maupun Gracia. "Buat godain lo," sahut Zara mendekati Adelio. Jujur menjijikan sekali, mereka tanpa malu tersenyum amat manis dan menggoda. Iuhh, untung aku berusaha kalem ya. "Najis tau nggak!" umpat Adelio mene

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status