Beranda / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 136. Kecupan dari Suamiku

Share

Bab 136. Kecupan dari Suamiku

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-16 23:10:16

"Haha, nggak bakal ada Adelio," kata Ghifari mengejekku.

Tatapannya sangat mengerikan, tubuhku menegang dengan hawa panas dingin.

Padahal ruangan begitu dingin, hanya aku merasakan hal berbeda. Apalagi Ghifari makin mendekat.

"Gue udah lama ingin dapatin lo." Ghifari berkata sambil menarik tanganku.

Gilanya, dia menarik hanya untuk memelukku. Jujur, ini hal menyiksa bagiku.

Rasa takut mendalam di mana Ghifari mengelus helai rambutku secara perlahan.

"Apa gue harus lakuin sesuatu, biar lo jadi sepenuh milik gue, Ranesya?" Ghifari mengecup puncak kepalaku.

Tidak menjawab, aku mendorong dadanya untuk menjauh tapi ditahan oleh Ghifari.

"Lo mau kemana, lo nggak ada niatan sama gue aja?" tanya Ghifari memelas.

Aku melonggarkan pelukan, mendongak menatapnya intens.

"Nggak, soalnya Adelio itu cowok gue dan orang spesial gue punya," jawabku begitu menusuk.

Tiba-tiba saja pipiku di tekan hingga seperti ikan buntal, Ghifari seolah tidak terima apa yang aku katakan.

"Spesial kata lo,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 137. Siapa Pengirim Suratnya?

    Aku melangkah di lorong sekolah, karena pagi sekali Adelio sudah rajin membangunkan aku. Hanya tidak aku sangka, terdapat ketiga cabe-cabean di depanku. Tidak lain Tasya, Trisya dan Zara. "Minggir bisa nggak?" hardikku menatap ketiganya malas. Bukannya mikir, tidak ada akalnya mereka menghadang diriku. Lebih gilanya Zara masih sanggup berjalan? Sudah tidak waras Zara itu, aku berdecak mendorong Trisya. Apa mereka tidak mengerti aku sedang malas bertengkar. "Berani banget lo!" kesal Tasya menarik tanganku. Aku tidak bisa bergerak kemana-mana, aku menoleh kebelakang. Bahkan Zara masih bisa tersenyum, apa dia tidak merasa bersalah? "Iyalah, lo juga bukan siapa-siapa di sini jangan ngatur gue," kataku menarik paksa tanganku dari cengkalnya. "Takut ya lo sama kita?" kata Trisya tiba-tiba tersenyum miring. Aku melihat senyum itu, ingin ngamuk rasanya. Siapa yang takut dengannya? Aku bisa lawan mereka sekaligus. "Kenapa mata lo, mau keluar ya?" ejek Zara tertawa ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Tidak akan Terpisahkan

    Rayyen mendekat dengan senyum mengembang, tanpa peduli adanya Adelio. Heh, kok dia tidak berpikir ya?! Apa Rayyen tidak tau aku memiliki pacar, aduh bagaimana ini. Pasti Adelio berpikir aku berselingkuh. "Dengan siapa cantik?" tanya Rayyen sudah berada di samping meja. Aku menoleh dengan tatapan datar, apa yang Rayyen mau sampai sengaja memanggilku sayang di depan Adelio. "Gue pacarnya," jawab Adelio berdiri. Dapat aku perhatikan lirikan mata mereka sama-sama sinis, seakan menembus jantung. Aku tidak percaya ini akan terjadi, apalagi pengirim surat cap berdarah itu, aku tidak tau siapa orangnya. "Pacar doang, belum jadi suami. Bisalah rebut Ranesya dari lo." Rayyen berkata begitu percaya diri. Seketika aku menahan tawa mendengarnya, andai dia tau jika aku sudah menikah. Apakah Rayyen masih ingin berkata seperti itu? Kalo masih, berarti Rayyen sudah gila. "Ada keberanian apa lo, bilang kayak gitu di depan gue?" kata Adelio menyuruhku bergeser dengan kode tangannya. Kini mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 139. Ketemu Setan

    Aku berjalan perlahan memperhatikan setiap rak ciki, maupun berbagai jenis makanan di Alfamart. Awalnya Adelio ingin ikut, tapi aku melarangnya. Soalnya aku ingin sendiri memilih barang, males banget kalo Adelio dilirik genit sama cewek. "Dih, kalo gue inget itu pengen tak colok matanya," gerutuku memilih beberapa ciki yang aku suka. Sampai ada cokelat ingin aku ambil, ternyata diribut lebih dulu oleh orang lain. "Balikin nggak, gue duluan mau yang itu— "Aku berhenti melanjutkan perkataan, karena kali ini aku ingin kabur saja. Siapa yang bisa mengira, jika ketemu orang yang tidak aku sukai di sini. "Mau cokelat ini?" tanya Rayyen tersenyum mengembang. Tidak menjawab, aku langsung memutarkan tubuh. Namun, tanganku ditarik olehnya. "Mau kemana?" Aku menoleh melihat tatapannya begitu dalam untukku, aduh bagaimana ini? Aku kan tidak bersama Adelio sekarang. Sungguh, aku menyesali tidak mengajaknya tadi. "Gue mau pulang, ambil aja sono cokelatnya," kataku melepaskan diri dari ce

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 140. Lari Pagi bersama Ayang

    Hari minggu yang ditunggu-tunggu, aku sedang lari pagi bersama Adelio. Kami menikmati keindahan yang tidak ada duanya. Hanya tidak ada angin, tidak ada hujan, kami bertemu Gita dan Vivian ternyata berada di taman yang sama dengan kami. "Mereka samperin kita," kata Adelio melirikku dari samping. Aku hanya mengangguk, ya gimana lagi toh. Gilanya Gita langsung memelukku begitu erat. "Maafin Kakak gue ya?" kata Gita merasa bersalah dari raut wajah. Aku hanya berdeham mengingat perilaku bejat Ghifari, gila banget asli. Dia begitu kepadaku loh. Siapa sih yang terima diperlakukan tidak layak, apalagi di rumah sakit untungnya aku mengajak Adelio. Kalo tidak, bagaimana nasibku?"Lo masih marah?" Gita bertanya penuh harap. "Masih, cuma sama Ghifari doang, sama lo nggak kok," jawabku tersenyum membalas pelukannya. Adelio bersedekap dada dengan decakan kesal, apa dia tidak suka aku begini?Aku menatapnya berada di depanku, pasti dia kesal dengan para perempuan seperti kami. "Kenapa lo?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 141. Membuat Cake bersama Mertua

    Kini aku diajak Adelio ke rumah keluarganya, karena perintah Bunda Delyna. Ada apa di sana sehingga aku harus ikut juga. "Sayang, kamu datang juga akhirnya. Bunda kangen sama kamu," kata Bunda Delyna memelukku erat. Aku terkekeh membalas pelukannya. "Aku juga kangen Bunda."Sementara Adelio disamping, aku sempat meliriknya yang sekedap dada dengan mata menyipit dan bibir cemberut. "Anaknya dilupain nih?" sindir Adelio, di mana Bunda Delyna menoleh ke Adelio. Aku melepaskan pelukan, memperhatikan keduanya yang terlihat sangat mirip. Wajah ganteng Adelio mirip dengan Bunda Delyna, dan benar saja memang plek-ketiplek 100% Bunda Delyna. "Emang kamu anak siapa?" Bunda Delyna bertanya dengan tatapan malas. Jujur ini sangat lucu, bahkan Bunda Delyna berani memarahi Adelio di depanku."Udah ada mantu, anaknya dilupain dih," kata Adelio memandangi wajah Bunda Delyna. "Iri ya, nggak bisa kayak Istri kamu? Soalnya Ranesya juga perhatian dan nggak sebandel kamu," papar Bunda Delyna menari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 142. Main Belakang

    Pagi sekali, berita menghebohkan datang dari Tasya di mana merebut suami orang. Aduh, aku sampai tidak habis pikir. Ternyata Zara dan Tasya sama saja, apa jangan-jangan Trisya juga begitu?"Gila tuh sampai viral beritanya, Tasya juga sekarang lagi di rumah Pak RT kalo kata anak kelas 10 dekat rumahnya," seru Gita menatap aku dan Vivian. Bahkan, Vivian mengangguk setuju dan di sini aku hanya bisa heran. Jika soal gosip mereka ada saja pembahasannya. "Di Toktok juga kan? Masa Tasya selingkuh di depan Istri sahnya tau," timpal Vivian seakan mulutnya berbusa. Aku juga melihatnya seperti itu, belum lagi lawannya Gita. Sudah sangat tidak bisa dipisahkan ini. "Astaga, gue sih malu ya," sahut Gita menggeleng kepala tidak percaya. Saat kami sedang merumpi, datangnya Zara merangkul tasnya itu. "Aduh, temennya kena masalah kok nggak bantuin sih?" sindir Gita melirik Zara menoleh ke arah kami. "Kenapa emangnya? Lo kok ngurusin hidup orang," sahut Zara mendekat berkacak pinggang. Gita ter

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 143. Dikejar Orang Gila

    Adelio menatap begitu dalam hingga akhirnya, Adelio menutup mulut Zara dengan senyum miring. "Jangan gila lo, gue nggak akan balikan sama cewek murahan kayak lo." Adelio mendorong Zara menjauh, aku tidak percaya. Aku kira Adelio akan menerima dengan senang hati, ternyata Adelio hanya mempermalukan Zara saja. Adelio langsung menoleh ke arahku, apa dia sadar ada diriku dari tadi? "Nyariin gue ya?" tanya Adelio mendekat, merangkul diriku. Aku hanya mengangguk kaku, tidak ingin mengingat kejadian tadi. Asli, aku sudah ingin mencekik Adelio maupun Zara tadi. "Jangan dipikirin, gue nggak akan nerima Zara. Dia hanyalah masa lalu," papar Adelio melirik Zara yang terdiam. "Kamu nggak inget masa di mana kita sama-sama sayang?" tanya Zara berusaha membuat Adelio berbalik arah. Adelio hanya terkekeh pelan. "Dulu sama sekarang beda, gue dulu emang sayang lo, namun sekarang yang terakhir gue sayang cuma Ranesya." "Aku masih sayang kamu Adelio," teriak Zara prustasi. Di sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 144. Cinta yang dipaksakan

    Siswi kelas 10 terdiam apalagi perkataan Adelio begitu menyelekit mengatai mereka orang gila. Aku ingin tertawa keras, ekspresi mereka seperti malu sendiri. Apa ini namanya terlalu berlebihan sehingga orang lain ketakutan. "Pak, aku mau ke kelas aja kalo gini," kata Adelio ke Pak Hendra yang mengangguk. Adelio langsung menarik tanganku, di mana aku menoleh kebelakang dan menjulurkan ke semua siswi kelas 10. "Gue dong tanpa mengejar udah dapetin Adelio," ledekku seketika wajah mereka pada masam. Asli aku ingin tertawa, mengingat aku harus menjaga image. Jadi aku hanya bisa terkekeh kecil. Kami meninggalkan lapangan, melewati lorong hanya kali ini cukup sial. Kenapa harus bertemu Rayyen?"Ran, sama gue aja sih entar lo bahagia," kata Rayyen menyenderkan diri di dinding. Aku melirik bersama Adelio, kami berhenti di depannya. Adelio melepaskan genggaman tangannya dariku. "Sadar diri, lo nggak selevel sama gue," kata Adelio menatap tajam Rayyen. Di sana juga sepi, tidak ada orang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 171. Telinga Memerah

    Perjalanan kali ini tidak ada halangan sama sekali dari tiga orang gila itu, bahkan ini di bandara dijemput oleh keluarga kami. Aku merasa senang, mereka semua berada sini termasuk Jean. Walau hanya beberapa hari, setidaknya lebih baik cepat pulang daripada semua akan terbongkar seiring waktu. "Kalian ini!" kesal Jean menabok Adelio. Sementara hidungku ditariknya, ihh kenapa dia ini. Sok jadi Kakak pula yang jahil idih. "Sakit dodol," balas Adelio menatap sinis Jean hanya terkekeh. "Elah men gitu doang mah nggak sakit," kata Jean cengengesan. Pada akhirnya, Adelio membalasnya lebih kuat. Di mana kami menertawakan Jean terkena getahnya. "Gue pelan loh, lo balasnya kayak mau bunuh gue," kesal Jean menjauhi Adelio memilih mendekati Mama Cahaya. "Makanya, lo jadi Abang tuh waras dikit. Gue baru pulang nyari perkara lo," sahutku menatapnya sinis. Tidak merasa bersalah, Jean hanya tersenyum lebar. Dih apaan banget nih orang, untung gue sabar ya. Sementara Bunda Delyna memberi kode

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 170. Pulang

    Malamnya aku merenung, apa besok pulang saja? Daripada mereka bertiga mengira melakukan hal lebih dari ini. Bagaimanapun, Zara dan Gracia mengetahui. Jika kami memesan satu ruang, walau satu kamar aku pasti sedikit menjauh tidurnya dari Adelio. "Setuju nggak, kalo kita pulang aja besok?" tanyaku ke Adelio yang sedang makan dengan tenang. Yap, setelah seharian mengobrol dan tidur. Kami tidak kemana-mana lagi, karena mengetahui ketiga manusia itu akan merusuh. Adelio mendongak dan tatapan kami bertemu. "Gue ngikut aja," balas Adelio tersenyum. Aku menghela napas panjang mengingat beberapa hari ini bukannya bahagia. Tapi banyak hal yang tidak diduga aku rasakan, belum lagi Ghifari bisa-bisanya menghampiriku ke Bali. "Yaudah, gue mau besok pulang. Nggak betah di sini," balasku kembali memakan udang goreng tepung. Enak banget asli, kayak masakan Mamaku hehe. Jadi rindu mereka apalagi Jean huhu. Setelah selesai makan, kami ke ruang santai untuk menonton televisi. Sebenarnya sangat

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 169. Berdua denganmu

    Pada akhirnya kami berada di pantai, menikmati hari berdua. Namun, itu tidak berjalan semestinya. Karena gangguan dari ketiga gila itu masih berlanjut, inipun aku ditarik Ghifari untuk pergi berdua."Gue bakal ngajak lo ke tempat yang indah di sini," paksa Ghifari dengan wajah memelas. Aku melirik Adelio yang kini dipegang dua orang sekaligus, siapa lagi kalo Zara dan Gracia. Mereka ini, astaga! Aku dan Adelio ingin berlibur saja susah, pasti ada masalah datang. "Lepasin nggak! Gue nggak mau Ghifari," kataku mengamuk di depan banyak orang melintas. "Ini lagi kalian berdua, apa nggak sadar? Gue tuh mau berdua sama Ranesya," ucap Adelio terdengar dingin. Aku menatap Adelio menarik paksa tangannya sampai jeratan dari dua manusia itu terlepas. Adelio mendekatiku berusaha melepaskan aku dari Ghifari yang tidak mau mengalah. "Seharusnya lo jangan deketin Ranesya, dia bakal jadi milik gue." Ghifari berkata percaya diri. Aku tertawa karena menyadari, jika Ghifari terlalu berlebihan.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 168. Couple Pink Strawberry

    Aku menguak sangat lebar merasakan kehangatan luar biasa, saat aku membuka mata terdapat Adelio terlelap. Aku tersenyum lembut mengelus pipinya, mataku melotot karena menyadari kami tidur bersama. "Eh? Kok bisa sih," gumamku memperhatikan sekitar. Menyadari jika kami berada di kamarku, kejadian malam tadi hanya dikejar Adelio dan saling bercanda. Oh ya! Tidak sengaja tertidur berdua. Huh, syukurlah kukira kami melakukan hal berlebihan. "Duh, jangan bangun ya," kataku melepaskan diri dari Adelio perlahan. Aku berdiri menatap wajah Adelio yang begitu menawan, apa tidak salah Tuhan memberikan Adelio kepadaku?Bahkan, banyak dari cewek-cewek mengejarnya. Walaupun tingkah nakalnya membuat guru kesal, tapi dia adalah suami terbaik untukku. "Masak apa ya?" gumamku menuju dapur. Apa aku masak nasi goreng saja ya? Pasti enak banget, tapikan nggak ada peralatannya. Huh! Yasudahlah, aku memilih menonton tv di mana suara teleponku begitu nyaring di kamar. "Ganggu banget, ini jam 7 loh,"

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 167. Salah Bicara

    Khusus hari ini, aku tidak ingin keluar karena takut bermasalah lagi dengan kedua makhluk gila itu. Membayangkan saja kejadian kemarin membuatku naik darah, huh! Apa aku buang saja ke lubang buaya sehingga tidak ingin merebut Adelio. "Lo kenapa sih remas remote itu kuat banget?" tanya Adelio menatapku bingung. Aku menggigit bibir bawah, saat melihatnya. Ya gimana lagi, aku masih sangat kesal tau!"Gapapa kok," jawabku seadanya dengan senyuman kecil. Kami berada di ruang santai menonton sebuah film romantis, adegannya begitu manis membuatku melayang. Tapi sesaat membayangkan tadi, moodku hancur seketika. Untungnya Adelio menyuapiku seperti sekarang. "Suka nggak?" tanya Adelio memberikanmu sebuah susu kotak. Aww, pagi-pagi sekali Adelio membawakan beberapa makanan entah dari mana. Aku yang baru bangun melihat Adelio tersenyum saat aku membuka mata, romantis bukan? "Ngelamun lagi?" kata Adelio membuatku tersadar. Aku hanya tersenyum kecil, memakan beberapa cemilan di atas meja.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 166. Kacau

    Malam harinya, aku dan Adelio ingin pergi kencan berdua. Namun, hal tidak diduga terjadi. Di mana Zara dan Gracia, berada di tempat yang sama dengan kami. Jujur aku kadang bingung, mereka ada di mana-mana. "Kenapa Ranesya?" tanya Adelio melihatku. Aku mendengus menatap lulus, di mana Adelio mengikuti mataku. "Loh, kenapa mereka ada di sini ya?" balas Adelio begitu bingung. Pake nanya lagi, ya aku juga nggak tau loh. Mereka seolah tau, kami akan pergi kemana sampai ke restoran ini sekalipun. Berusaha mengabaikan keduanya, aku menarik Adelio ke dalam. Duduk di meja yang cukup jauh dari Zara dan Gracia. "Bentar, kita pesan dulu," kata Adelio mengangkat tangan seketika pelayan datang menghampiri kami. Sebuah buku menu, aku memilih beberapa dan sebaliknya dilakukan hal sama dengan Adelio. Pelayan itu pergi, hanya kami berdua di sini yang lain sibuk dengan urusan mereka. "Gimana rasanya liburan sekarang? Seru nggak?" tanya Adelio menatapku begitu dalam. Aku mendongak memperhatika

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 165. Curiga

    Berusaha melupakan Zara dan Gracia, kami lebih memilih kepantai kembali berjemur di sana. Siapa sangka, orang yang tidak aku harapkan mendekati kami mana bajunya kurang bahan. "Adelio, lo makin ganteng aja," kata Gracia melirik tubuh Adelio tanpa baju. Dih, aku menaikkan satu alis merasa aneh dengan pemandangan di mana wajah Gracia memerah. Jijik sekali, apalagi tidak lepas matanya ke Adelio. Heh! Jangan gitu please, aku sangat cemburu sialan. "Gue emang ganteng, sekarang lo berdua pergi sana," usir Adelio menurunkan kacamata lalu menaikkan kembali. "Lo berdua mau jadi lonte atau apa? Bahannya terlalu kurang, mau godain siapa?" hina Adelio tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Aku menahan tawa, siapa mengira. Jika Adelio akan berkata begitu tanpa peduli perasaan Zara maupun Gracia. "Buat godain lo," sahut Zara mendekati Adelio. Jujur menjijikan sekali, mereka tanpa malu tersenyum amat manis dan menggoda. Iuhh, untung aku berusaha kalem ya. "Najis tau nggak!" umpat Adelio mene

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 163. Bermain di Pantai

    Sore yang cerah, cocok banget jalan-jalan di pantai. Aku dengan tergesa-gesa menarik tangan Adelio untuk cepat. "Ayolah, lo jangan lama sih!" kesalku mendengus. Adelio menggeleng kepala, saat aku menoleh. Apa dia ikutan kesal denganku? Kan aku hanya tidak ingin ketinggalan ke pantai. "Pelan-pelan aja, pantainya gak berjalan itu," peringat Adelio menahan tawa. Idih, dikira lucu gitu? Aku melepaskan tangan Adelio, bersedekap dada di depannya. Bibir yang merucut kedepan seperti bebek. "Lo kok ketawa? Nggak ada yang lucu tau," hardikku menghentakkan kaki. "Dahlah, nggak jadi aja."Aku berusaha memutarkan badan untuk balik ke kamar, namun tanganku ditahan olehnya. "Mau kemana?" tanya Adelio menatapku lekat. "Gue mau ke kamar aja, lo ngeselin soalnya," kataku mengalihkan pandangan ke tempat lain. Terdengar suara kekehannya. "Gue bercanda doang, ayo kita pergi," ajak Adelio menarikku untuk ke pantai. Tidak menolak, aku hanya mengikuti langkah kakinya turun dari lift. Aku tidak ada

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status