Share

Rencana Baru

Penulis: Sisi Ryri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kau sudah bertemu dengannya?"

"Dia yang menghalangiku jadi CEO di perusahaan Pak Hartono," jelas Bram dengan kesal.

"Aku rasa selama ada pria itu, kau tak akan pernah bisa jadi CEO, Bram!"

"Astaga!"

"Dia sangat membencimu, bahkan yang melaporkan kita ke polisi itu dia,"

"Apa maunya?"

"Memangnya orang jahat harus punya alasan untuk jahat?"

Bram menggelengkan kepalanya, dia tak habis pikir dengan perlakuan Dory padanya yang sebenarnya sempat sangat baik padanya di awal perkenalan mereka.

"Sudah! Kamu makan saja," Kholil menepuk bahu temannya untuk menurunkan marahnya. "Kau bisa kok kembali ke dunia musik tanpa harus mengambil perusahaan itu.

"Tapi amanah Ayah. Dia ingin aku jadi CEO!" tegas Bram yang paham betul alasan pemilihannya sebagai CEO oleh ayah mertuanya.

"Aku paham niatmu. Tapi kalau itu justru membuatmu dalam bahaya, kan lebih baik tak kau lanjutkan!"

Bram memasang wajah tak setuju. Tentu bukan begitu keinginan Hartono padanya. Dia harus bersikukuh dan terus berjuang sekuat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Siapa Pria Tua Itu?

    “Siapa dia?” bisik Bram semakin penasaran pada sosok yang tersenyum tipis kepadanya.“Dia pengacara yang akan membantu kita mengukuhkan kau di posisi CEO,” ucap Widi penuh penekanan. “Kau baik-baiklah padanya karena dia adalah kartu mati untuk Dory,”Mendengar perkataan sang istri tentu senyum Bram segera melebar, dia tak menyangka istri yang selama ini hanya dia jadikan istri rahasia ternyata punya ide brilian untuk melawan saudaranya, Dory yang begitu angkuh padanya.“Pak Bram! Senang bertemu denganmu!” Pria tua itu lalu menjabat tangan Bram lalu melangkah menuju kursi untuk duduk bersandar di sana.Kholil yang duduk di samping pria tua ini lalu tersenyum sambil mendekatkan wajahnya. “Kita punya manuver apa hari ini, Pak Tua!”“Kholil! Kau tau lah aku siapa. Aku tak mau main gegabah. Santai saja, jangan sampai musuh kita tau apa rencana kita!”“Kau juga mengenalnya?” tanya Bram pada mantan manajer grup band D’Klok itu.“Iya, dia itu Pak Warsa! Yang bantu kita buat perjanjian kerja s

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Mengenal Lawan Dan Kawan

    “Jadi kapan kita mulai?” tanya Widi tak sabar.“Besok! Sekarang kau siapkan dulu saja dia. Kenalkan dia pada semua orang bermuka dua di kantor angkuh itu dan katakan padanya kalau tak semua orang yang tersenyum di hadapannya juga tersenyum di belakangnya,”Widi dan Kholil terkekeh mendengar pesan dari Pak Warsa itu, mereka memang tau meski Bram adalah orang yang terlihat galak di depannya namun di aslinya gitaris kenamaan ini adalah pria yang melankolis dan tak bisa melihat keburukan manusia yang disembunyikan pemilik tubuhnya.Setelah berbincang lama, Bram dan Widi lalu pamit pada dua teman mereka yang lain. Mereka harus pulang untuk menjenguk putri Widi yang belum sempat diberi nama oleh ayah kandungnya ini.Mereka lalu menuju rumah Widi di kawasan elit kota Bandung tempat bayi cantik itu berada dan setiba di rumah Dwi, ibunda Widi menyambut mereka dengan wajah yang ceria.“Bram!” serunya lalu menarik lembut tangan menantunya. “Apa kabar? Ayo masuk!”“Ibu!” Widi nampak kaget dengan

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Siapa Yang Meracun Kucing Itu?

    “Kenapa Ibu sejahat itu padamu?” lirih Widi lalu menarik tangan suaminya bergegas pergi dari ruang makan. “Kalau begitu, kita pergi saja!”“Widi!” panggil Ibu yang tiba-tiba berdiri di antara pintu. “Kalian mau kemana?”“Ibu berniat jahat pada Bram, kan?”“Aku?!” Dwi menatap menantunya itu dengan tatapan sayu. “Dia ayah dari anakmu, mana mungkin aku sejahat itu, Nak?”“Lihat itu!” tunjuk Widi dengan penuh kemarahan pada kucing yang lemas dekat tempat sampah.“Astaga, kucingku kenapa?”“Dia menelan racun yang kau tambahkan di batagor itu!”“Aku?” Dwi memasang wajah kesal pada putrinya yang begitu yakin akan perkataan kejinya. “Mana mungkin aku sejahat itu, Nak!”Widi tak menjawab pertanyaan ibunya, dia tau wanita ini tak mungkin mengaku jika dia terus mendesaknya. Wanita cantik itu lalu menatap Bram kemudian menarik kembali tangannya melewati tubuhDwi yang masih berdiri menghadang mereka.“Kau mau kemana? Aku belum selesai bicara!” teriak Dwi lalu menarik bahu menantunya. “Kau juga, B

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Niat Kembali Ke Kampus

    “Siap!” seru Bram yang semakin bersemangat saja dengan ide kembalinya dia ke kampus.Ide ini kemudian dikatakan Bram sepulangnya dia ke rumah Enin, wanita paruh baya itu terlihat begitu bahagia ketika keinginan itu diutarakan oleh cucunya yang sangat dia sayangi.“Kau pantas mempertahankan Widi! Dia itu anak yang baik,” tutur Enin sambil terus mengelus lembut kepala Bram.Mendengar pujian itu tentu Bram jadi senang, dia tak menyangka jika neneknya bisa suka pada Widi padahal sebelumnya dia sering kesal karena sikap manja istri kayanya.“Kalau kau kembali ke kampus, kau harus siap dengan semua cemoohan teman-temanmu, ya!”Bram menarik senyumnya ketika petuah itu terlontar dari neneknya. Dia kembali teringat pada ketakutannya dulu. “Iya!”“Jangan patah semangat! Ingat, Enin akan selalu mendukungmu. Widi juga pasti akan sepemikiran dengan Enin.”Helaan nafas terlepas dari tubuh Bram, dia lalu tersenyum tipis di hadapan neneknya lalu meletakkan kepalanya di pangkuan wanita paruh baya ini.

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Pak Warsa Tau Siapa Yang Menabraknya

    “Kenapa, Bram?” tanya Enin begitu wajah Bram berubah cemas.“Pak Warsa, pengacara yang akan membantuku kembali ke perusahaan ayah Widi kecelakaan!” Tangan Bram segera mematikan ponselnya lalu berdiri. “Aku harus cepat!”“Dia dimana sekarang?”“Di rumah sakit. Ini Widi sedang WA alamat rumah sakitnya,”Bram segera masuk kamar mandi untuk berganti baju kemudian keluar dengan setelan baju rapi dan rambut yang sudah dia sisir.“Rapi sekali,” puji Enin yang tak pernah melihat cucunya serapi ini.“Aku harus terlihat rapi di depan keluarga istriku agar mereka tak memandangku sebagai mantan napi narkoba,”Enin yang mendengar alasan cucunya terkekeh karena sebelumnya Bram tak pernah memperdulikan pandangan orang tentang dirinya.“Kenapa Enin tertawa?”“Lucu aja” jawabnya ringan.Bram yang tak mau buang-buang waktu kemudian melangkah ke halaman dan menemukan sebuah motor matic terparkir di sana. “Nin!” panggil Bram sambil menunjuk ke motor hitam itu. “Ini punya siapa?”“Oh! Itu punya ibumu. Dia

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Berusaha Melindungi Dwi

    “Jadi kau mengijinkan aku tak kembali ke perusahaan ayahmu?” “Bukan begitu ceritanya!” tegas Widi yang segera menarik tangan suaminya menuju sebuah kantin kecil tak jauh dari tempat mereka berada.“Kita kemana?”“Ikuti aku saja,” pinta Widi lalu duduk di kursi kayu di pojok kantin lalu meminta Bram duduk dekatnya.Bram tak menolak, dia mengikuti permintaan Widi dan mulai mendengarkan rencana baru dari istrinya.Widi terus meyakinkan jika ibunya seperti itu karena Dory dan dia berharap suaminya mau menjauhkan sepupu itu tanpa kekerasan.“Tapi bagaimana caranya?” tanya Bram mencoba mengerti maksud dari rencana sang istri.“Itu yang belum aku ketahui,”Bram menghela nafas sambil menyandarkan punggungnya ke tembok kantin. “Tak akan mudah menyingkirkan dia dari ibumu karena dia tau ibumu akan memudahkan rencana jahatnya,”Hah!Widi nampak kesal karena tak menemukan jawaban yang dia harapkan. “Jangan kesal dulu, nanti kita tanya Kholil!”Dagu Widi segera menopang ke tangannya lalu wajah c

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Hukum Tak Bisa Ditawar

    "Bram! Kenapa kau diam saja?" tanya Widi yang kesal dengan sikap Bram padanya."Tapi ibumu bersalah!" tegas Bram yang tau dia tak mungkin main-main soal hukum dengan Pak Warsa. "Kau harus rela ibumu dihukum kalau ternyata dia,""Cukup!" teriak Widi sambil mendorong suaminya. "Kalau sampai dia dihukum, aku tak akan mau kembali padamu!""Eh!" Bram meraih tangan Widi yang membalikkan badannya dengan cepat dari hadapannya. "Jangan begitu, Widi!" "Tidak! Aku tak akan rela jika kau memenjarakan ibuku," ucap Widi sambil terisak. "Aku baru saja kehilangan ayahku, sekarang kalian akan memenjarakan ibuku!""Sayang," Bram memeluk tubuh Widi yang mulai menangis sejadinya, dia tau wanita ini sangat lemah untuk urusannya dengan keluarga kaya yang selalu menopang hidupnya. "Aku akan melindungimu, tapi kalau ternyata kau,""Diam!" Widi meronta meminta Bram melepas pelukannya. "Jangan sentuh aku!" Widi berlari meninggalkan Bram dan Kholil berdua di sana."Ih, kenapa dia jadi seperti itu?" Kholil meli

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Merubah Prasangka

    "Jadi aku harus bagaimana?""Kau harus optimis, berbaik sangka atas apa yang akan kau hadapi kelak. Percayalah. Kalau kau sudah terbiasa maka kau akan punya hidup yang lebih berarti!" jelas Kholil dengan penuh penekanan.Bram sebenarnya tak sepenuhnya mengerti akan apa yang dikatakan oleh Kholil, tapi dia tetap mengangguk sebagai tanda dia menghargai nasehat dari pria tinggi besar ini. Dia kemudian melangkah pulang kerumah Enin sambil terus memikirkan tulisan yang ada di wallpaper ponselnya.Wajahnya yang terus menunduk membuat Enin penasaran. Wanita paruh baya itu lalu mendekati Bram yang memang semenjak pulang dari RSKO selalu saja merenung sendirian di malam hari.Tangan wanita paruh baya itu lalu meraba bahu Bram sebelum mulai bertanya akan kegalauan hatinya."Kau sudah makan?""Sudah," jawab Bram lirih. "Tadi makan sama Kholil sambil ngobrol.""Ngobrol apa?""Soal prasangka umat. Ku tak begitu paham tentang itu, tapi aku rasa dia benar.""Prasangka umat? Apa yang Ujang maksud?"

Bab terbaru

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Menunggu Waktu Membalas Dendam

    "Iya, benar! Aku juga dengar kabar itu!" kesal Widi lalu memejamkan mata. "Aku lelah dengan keadaan ini!""Kalau begitu apa yang akan kau lakukan?" tanya Enin pada istri cucunya itu."Tapi kita tak bisa mengalahkan mereka saat ini. Kita terlalu lemah!" ucap Widi yang sadar jika ini tak bisa dia pecahkan sendiri."Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Enin sekali lagi."Aku dan suamiku akan pergi untuk sementara dan kembali saat kami sudah cukup kuat melawan mereka.""Jadi kau mau pergi?" Enin tersentak mendengar rencana Widi. Sungguh dia tak menyangka jika dia akan berpisah dengan Bram sekali lagi padahal dia masih sangat ingin bersama sang cucu yang malang."Benar!" Bram membulatkan tekatnya. "Kita tak bisa mengalahkan mereka saat ini. Kita harus menghilang sementara dan kembali saat kita sudah kuat!""Tapi kau akan kemana?" Enin semakin sedih saja mendengar percakapan keduanya. "Nin, pahamilah. Bram tak cukup cerdas untuk membangun bisnis ayahku. Kami harus sekolah lagi dengan tek

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Pergi Untuk Kembali

    Hari yang disiapkan Raka akhirnya tiba. Hari ini dia tiba di rumah Enin untuk menyusul Bram yang sudah begitu tampan dengan jaket kulit hitam dan koper dorongnya.Dengan setia Widi menggendong putrinya mengikuti langkah Bram yang begitu sumringah hari ini."Kalian jadi pergi?" tanya Enin yang sesekali menghapus air matanya. "Aku harap kalian tak lama," tambahnya."Nin, ini tak akan lama. Hanya sekolah singkat dan aku harap belum setahun kami sudah kembali," terang Raka tegas namun cukup menenangkan hati Enin."Baiklah, kami akan segera pergi! Aku rasa semakin cepat kita pergi semakin cepat juga kita kembali," ucap Bram sembari meraih tangan Enin dan menciumnya pelan."Jang, hati-hati di jalan. Enin selalu mendoakanmu semoga apa yang kau usahakan menjadi mudah dan lancar,""Aamiin!" seru semuanya lalu mulai berjalan meninggalkan rumah wanita paruh baya itu.Bram tak menoleh kebelakang, ada hati yang terlalu rapuh untuk kembali berpisah dengan sang nenek yang begitu menyayanginya."Kena

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Raka Dengan Dendamnya

    "Kalian yang akan membantuku membalas semua dendamku?" tanya Raka dengan senyumannya yang miring."Iya, kami akan membantumu!" tegas Warsa membuat mata Bram menyipit. "Kami?" tanya suami Widi itu lirih."Siapa anak muda ini? Aku tidak kenal?" tanya Raka dengan raut wajah meledek."Dia ini suaminya Widi," jawab Warsa lalu menepuk bahu Bram yang begitu kaku di depan pria tua yang akan membuatnya jadi orang yang akan ditakuti mertuanya."Kau yakin dia siap menghadapi keluarga Widi?" Raka masih tak percaya."Aku yakin dia bisa. Setelah semua kejahatan Dory dan Dwi tak mungkin dia tak bangkit untuk menunjukkan pada keluarga kaya itu akan keperkasaannya,"Raka tak cepat percaya, dia terus memandangi wajah Bram dengan seksama. Pria paruh baya itu seperti menemukan seberkas cahaya harapan di sana namun masih tertutup banyak keraguan yang diciptakan oleh Bram sendiri."Apa yang kau lihat, Tuan?" tanya Kholil yang ternyata sudah kenal pada sepupu mantan bosnya."Aku rasa dia memang perkasa, ta

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Tuduhan Tak Berdasar

    "Itu tidak mungkin!" kesal Bram lalu berbalik badan menghindari Dwi yang menatapnya tajam seakan bersiap untuk menyantapnya."Tenang," bisik Kholil yang segera mendekati temannya itu. "Kau jangan terpancing. Kita harus tenang menghadapi,""Oh!" desar Bram memahami maksud perkataan temannya itu. "Kau benar!""Apa yang benar?!" pekik Dwi lalu menarik tangan menantunya itu dengan kasar. "Kau mau laporkan aku ke polisi, kan?""Iya!" jawab Bram lalu tersenyum meledek. "Menantu macam apa kau ini?! Lihat saja kau, kalau sampai aku kena masalah kau yang akan aku hancurkan!"Mendengar ancaman itu Bram tak bergeming. Toh bukan dia yang melaporkan mertuanya itu ke polisi dan bukan dia juga yang memulai perseteruan ini.Lama dia terdiam hingga mertuanya itu pergi meninggalkan ruangan tempat mereka berada. Bram terus memutar otaknya mencari tau siapa gerangan yang melaporkan mertuanya itu ke polisi dan tentunya karena dia juga harus menjaga perasaan istrinya yang kini juga adalah ibu dari anaknya

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Kurir Itu Mata-Mata?

    "Kamu!" teriak Bram sambil melangkah keluar dari bilik toiletnya dengan sangat marah. "Sudah kuduga kau memang orang jahat!""Ka--mu!" tunjuk pria itu lalu melirik ke arah temannya yang juga terkejut saat tau Bram ada di dalam toilet SPBU itu."Mau mengelak kau?!" kesal Bram lalu meraih tangan kurir itu bersiap untuk menghajarnya."Pak, dengar dulu,""Aduh kita ketahuan!" teriak rekan kurir itu bersiap untuk mengambil langkah seribu."Kau mau kemana?!" pekik Bram lalu menarik tangan kurir yang satunya dan...Hab!Sekali gerak saja kedua pria jahat itu berhasil dibekuk."Mau kemana kalian?!" kekeh Bram merasa menang lalu menarik ke duanya menuju mobilnya."Eh! Kita mau dibawa kemana ini?!""Diam! Kalian sudah tertangkap basah. Tak bisa lagi kalian mengelak!" teriak Bram lalu memasukkan keduanya yang tak bisa berkutik lagi ke dalam mobilnya.Brak!Bram membanting pintu dengan marah lalu mulai mengendalikan mobilnya menuju kantor. "Kau tau rasa sekarang. Aku akan laporkan kalian berdua k

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Hentikan Orang Jahat Itu

    "Hey! Kau!" teriak Bram sambil menunjuk ke pria mencurigakan yang wajahnya begitu kaget saat menyadari cucu Enin sudah semakin dekat dengan dirinya. "Jangan lari kau!" teriak Bram semakin lantang membuat beberapa orang yang ada di dekatnya terperanjat."Eh! Kenapa kau?" tanya pria asing itu dengan lantang."Kau kan orang yang mengawasi kami sejak tadi?! Kau pasti mau jahat pada nenekku?" teriak Bram bersiap mengirimkan bogem mentah ke mata kanan pria asing itu."Ih! Kamu salah orang!" teriak pria itu sambil mencoba menangkis tangan Bram yang sudah terlanjur melesat."Bram!" teriak Enin yang kebetulan keluar dari rumahnya. "Ada apa, Jang?""Ini, Nin! Orang ini mencurigakan, sejak tadi dia mengawasi kita dari sini. Aku yakin dia bersekongkol dengan orang-orang jahat itu!""Eh! Jangan asal tuduh, ya. Aku ini kurir, aku sedang berteduh sambil mencari alamat dari barang-barang yang sedang aku kirimkan!" kelipnya sambil menunjuk ke arah motor bebek berwarna hitam yang nampak penuh dengan pa

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Enin Jadi Korban

    "Tapi Enin gak apa-apa, kan?" tanya Widi sembari membersihkan baju Enin yang jadi basah karena kejadian mengejutkan itu."Enin baik!" ucap wanita paruh baya itu lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya. "Enin rasa Enin harus mulai hati-hati kalau keluar. Jangan sampai kejadian lagi aja,""Astaga!" Bram yang wajahnya masih merah padam lalu duduk di samping Enin yang nafasnya masih terengah. "Kalau sampai aku tau siapa pelakunya, akan kuhabisi dia!" "Jangan, Jang!" tegas Enin dengan wajah tuanya yang begitu bijaksana. "Kita tak boleh melawan keburukan dengan keburukan. Kita harus sadar dan mawas diri saja. Nanti biar Allah yang balas!""Bram!" terdengar seorang pria berteriak dari luar rumah lalu mendorong pintu dengan sekuat tenaga. Kepala Bram segera menoleh ke arah pintu dan mendapati Kholil begitu ketakutan entah karena apa."Kau lihat itu tadi!" ucapnya dengan lembut namun tegas karena tau putri dari temannya sedang tertidur pulas di pangkuan ayahnya."Siapa?" tanya Widi dengan waj

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Romi Yang Malang

    "Kenapa kau mengancamku?" kesal Romi yang sebenarnya enggan berdebat dengan Widi yang berada beberapa langkah dibelakangnya."Aku bisa buktikan kalau kau tidak bersalah?" Widi semakin meninggikan nada bicaranya.Romi mengepalkan tangannya menatap keponakannya itu dengan marah tapi tak berani bergeming karena dia tau kalau sampai dia salah bertindak di depan Warsa maupun Bram, itu akan sangat merugikan dirinya. "Terserah kau mau percaya atau tidak, yang pasti aku tak ikut campur dalam penangkapan ibumu, Widi!" tegas Romi melanjutkan langkahnya.Pria paruh baya itu tak menoleh lagi ke belakang, dia terus berjalan mendekati lift sebelum dadanya terasa sakit hingga dia tak sanggup lagi berdiri. "Ah!" rintihnya dengan mata yang perlahan mulai berkaca-kaca."To--long!" erangnya."Paman!" teriak Widi sembari berlari mendekati pria yang menyebalkan ini. "Bram, panggil ambulance!" "Baik!" tanpa banyak berkata-kata Bram segera mendekati telepon di atas meja dan mulai menghubungi rumah sakit te

  • Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap   Ancaman Widi

    "Kita lihat saja apakah dia takut akan ancamanmu atau tidak?" tambah Bram yang dijawab istrinya dengan terkekeh."Sulit sekali kau percaya kalau dia itu takut ancamanku, sih?"Bram tersenyum simpul, dia tahu istrinya ini sangat bisa diandalkan namun egonya yang besar untuk menolak anggapan ini membuatnya terus saja menolaknya.Setelah pertemuan Bram dengan Byan hari ini hati gitaris kenamaan itu mulai tenang. Dia semakin tau jika dia akan bisa seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya hingga mereka tak mungkin dianggap remeh lagi oleh keluarga Widi yang selama ini begitu sinis padanya.Sore menjelang dan ini saatnya Bram bertemu dengan Warsa untuk menceritakan semua yang terjadi hari ini."Sungguh dia ketakutan karena ancaman Widi?" Warsa melebarkan senyumannya seketika."Hahahaha! Seperti itulah adanya!" ucap Widi penuh rasa bangga."Iya, aku rasa kita memang harus sering mengancam mereka agar tak selalu saja mengganggu,""Warsa!" panggil Romi yang memasuki ruangan pengacara ke

DMCA.com Protection Status