Home / Pernikahan / Suami yang Tak Diinginkan / 25. Tidur Dengan Aktor.

Share

25. Tidur Dengan Aktor.

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2022-04-13 19:19:09

Lilis terbangun dengan tubuhnya yang sakit di mana-mana. Memutar tubuhnya ke samping, dia temukan seorang lelaki yang tidak dia kenal sedang terlelap di sebelahnya. Lilis yang belum sepenuhnya sadar lantas bangkit buru-buru.

"Ar...!" pekik Lilis. Dia sadari dirinya tidak mengenakan satu helai pakaian pun. Tangannya berusaha menarik selimut untuk menutupi bagian dada yang terekspos. "A-apa ini? Ke-kenapa aku begini?" tanya Lilis kelabakan sendiri.

Lelaki yang tidur di sebelahnya juga bangun dan menggosok matanya. "Kenapa, Sayang? Kamu udah teriak masih pagi begini."

"Sa-sayang?" Bibir Lilis berucap terbata.

Kala itu pun dia teringat tentang tadi malam, di mana dia bertabrakan dengan seorang lelaki di dalam diskotik dan berakhir bersamanya.

Lelaki itu bernama Steve, Lilis mengingatnya. Steve menyuruh seseorang membawakan baju ganti untuk menukar baju Lilis yang basah. Lalu selanjutnya... mereka memutuskan minum bersama di atas mobil Steve.

Lil

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami yang Tak Diinginkan   26. Melihat Istri

    “Mau ke mana kamu?”Juwita tiba-tiba berdiri di ambang pintu ketika Hendra akan keluar dari kamarnya. Dia terkejut sebab sudah tiga hari tinggal di sana, tak sekali pun Juwita menampakkan diri. Apa mungkin perempuan itu sudah lelah bermain petak umpet?“Aku mau kunjungi Alan. Sejak berapa hari ini aku nggak bisa hubungi Lilis,” sahut Hendra jujur.“Kamu rindu istrimu?”Kenapa menanyakannya lagi? Juwita tahu jelas Hendra memiliki istri pertama yang masih sangat dia cintai. Lilis tidak bisa dihubungi sejak tiga hari, dan itu membuat Hendra tidak tenang. Apakah mungkin istrinya sakit, atau apa ada hal lain? Hendra harus memastikannya.“Nona Juwita tau sendiri aku memiliki istri. Tolong jangan membuat kita rumit,” sahut Hendra lagi. Bagaimana pun, dia tahu Juwita tidak senang setiap kali dia menyebut nama Lilis. Tapi, bukankah seharusnya wanita ini tahu resikonya jika menikah dengan Hendra? Juwita harus p

    Last Updated : 2022-04-16
  • Suami yang Tak Diinginkan   27. Siapa Laki-laki itu?

    "Yakin kamu turun di sini, Lis?""Iya, yakin kok, aku memang mau ke sana," sahut Lilis tanpa merasa ada yang ganjil. Dia masih bisa tersenyum meski wajah Steve kelihatannya bingung. "Kenapa sih? Memang salah ya aku turun di sini?""Ya nggak gitu, sih. Tapi kan ini toko mainan anak-anak, loh. Kamu mau beli manan anak?"Sampai Steve mengatakan pertanyaan itu, baru lah Lilis seperti tersadar dia sudah membuat kesalahan.'Ya ampun, Lilis... kamu ini kok ceroboh banget, sih! Steve belum tau kamu punya anak, kok malah ke tempat mainan anak-anak. Bodoh... bodoh!' Lilis mengumpat dirinya sendiri di dalam pikiran.Awalnya Lilis tidak memikirkan tentang itu. Dia hanya teringat pada Alan dan berpikir mungkin ibunya juga masih ada di apartemennya. Lilis tidak ingin mendengar pertanyaan cerewet dari sang ibu, karena itu dia berpikir membawakan Alan mainan saja. Dengan begitu dia akan punya alasan mengatakan pada sang ibu kehilangannya tiga hari ini

    Last Updated : 2022-04-17
  • Suami yang Tak Diinginkan   28. Janji Palsu.

    “Dia Steve, dia itu aktor. Uangnya banyak, punya rumah dan mobil mewah, dan yang pasti... dia seorang yang mapan. Aku merasa beruntung banget bisa kenal sama dia, Hen. Terus, dia juga akan bantu kenalin aku sama para sutradara. Pokoknya dia hebat banget!” Lilis memuji Setev sangat banyak, mulutnya terus berceloteh mengatakan tentang Steve yang seorang aktor terkenal. Wajahnya bersinar dan semangatnya penuh saat terus memuji laki-laki yang baru dia kenal itu. Perasaan bercampur aduk memenuhi dada Hendra, mendengar semua cerita dari istrinya. Mata yang berbinar itu jelas-jelas bahwa Lilis tengah memuja lelaki itu. Hendra merasa dirinya seperti orang bodoh mendengar semua perkataan Lili. “Ya ampun, Hen. Aku nggak nyangka loh, rejeki kita datang bertubi-tubi! Aku senang banget....” “Lis, apa-apaan sih kamu ini?” potong Hendra tidak senang. “Kamu kenal di mana sama dia? Kenapa bisa satu mobil dengan laki-laki itu, itu yang aku tanyakan.” “Kenapa, sih

    Last Updated : 2022-04-22
  • Suami yang Tak Diinginkan   29. Aku Bukan Pakaian Di Gantungan!

    Kepulangan Hendra pada Lilis sangat menyita pikiran Juwita. Dia tak bisa santai, pekerjaan pun banyak yang terbengkalai. Rasanya sudah sangat lama sejak Hendra pergi tadi, tapi belum juga kelihatan batang hidungnya sampai sekarang. “Ben, kalian sudah pulang?” Dia hubungi supir yang membawa Hendra. “Belum, Bu. Pak Hendra masih di atas, saya menunggu di parkiran apartemen Bu Lilis.” Ponselnya Juwita letakkan kasar, dia kesal mendengar laporan dari supirnya. “Ngapain, sih, lama-lama di sana?” Juwita bayangkan Hendra dan Lilis mungkin tengah bermesraan sekarang. Lilis yang menyebalkan, tamak dan berlaku sok kaya itu pasti tengah menikmati hidupnya yang enak. Kemudian Lilis pasti berkata dia sudah sukses menipu Juwita, hanya untuk mendapatkan uangnya. Atau mungkin keduanya justru saat ini tengah berpesta? Menikmati indahnya menjadi orang kaya dan bercinta di atas ranjang empuk. Hendra dan Lilis mungkin tengah menertawakan Juwita yang dengan

    Last Updated : 2022-04-22
  • Suami yang Tak Diinginkan   30. Malam Pertama

    Hendra sempat hanya diam mendengar Juwita mengomelinya. ‘Kenapa dengan Juwita?’ pikir Hendra, menatap baju kaus yang sekarang di tangan Juwita. Sampai Juwita berdiri sangat dekat, saat itu lah dia sadar apa yang Juwita inginkan. Kewajiban sebagai suami, pekerjaannya sebagai laki-laki yang sudah dibeli sudah saatnya Juwita menagih itu.“Aku istrimu, perlakukan aku layaknya istri.” Tangan Juwita gemetar menyentuh dada polos Hendra, dia terlihat gugup sampai tangan kirinya mencengkram kaus milik Hendra. Terlalu lama hidup dalam kesendirian membuat Juwita gugup saat berhadapan dengan lelaki.Juwita menunduk. Sebagai perempuan yang masuk ke dalam rumah tangga Hendra, terkadang dia merasa rendah diri. Tapi... Juwita tidak bisa mengelak bahwa dirinya menginginkan Hendra. Entah sejak kapan rasa itu datang, Juwita juga ingin diperhatikan oleh Hendra.“Lihat aku sebagai istri keduamu, bukan sebagai Lilis.”Paham maksud Juwi

    Last Updated : 2022-04-25
  • Suami yang Tak Diinginkan   31. Apa Pemintaan Juwi Kali ini?

    Saat Hendra terbangun di pagi hari, Juwita sudah duduk di sebelahnya. Wanita itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut panjang yang masih sangat basah. Wanginya sangat manis membuat Hendra tertegun untuk beberapa saat.“Udah bangun?” Juwi menyapa dengan seulas senyum di bibirnya. “Kamu mau mandi dulu atau langsung sarapan ke bawah?”“Maaf aku terlambat bangun.” Hendra mengangkat punggungnya meninggalkan kasur empuk itu. Dia raih handuk yang disodorkan oleh Juwita, lantas melingkarkannya di pinggang.“Aku mandi dulu aja. Maaf.”Kenapa selalu meminta maaf? Padahal Juwi tidak mempermasalahkannya mau mandi duluan atau sarapan, itu tidak jadi masalah.Keperian Hendra ke kamar mandi menyisakan senyum di bibir Juwita. Percintaan mereka tadi malam memberi rasa hangat di dalam batinnya, hingga ingin Juwi tersenyum setiap saat. Sentuhan lembutnya, perlakuan Hendra yang mengecup keningnya sebelum d

    Last Updated : 2022-04-25
  • Suami yang Tak Diinginkan   32. Kamu Nggak Mampu Cari Suami!

    "Dikasih kerjaan bagus, bukannya senang malah nolak."Sangat kesal Juwi pada Hendra pagi tadi. Dia sudah berniat baik memberi pekerjaan yang lebih layak, tapi Hendra masih saja berkeras akan kembali ke pabrik. Entah dia tidak bisa melihat niat baik Juwi, atau Hendra masih ingin menjaga jarak darinya. Entah lah. Hanya Hendra yang tahu apa isi kepalanya.Ketika pulang dari kantor, sengaja Juwi tidak langsung kembali ke rumah. Dia masih malas bertemu Hendra, lebih baik ke studio zumba bertemu teman-temannya. Lagian, sejak menikah Juwita tak pernah melatih otot tubuhnya lagi."Jeng Juwi!" sapa Vanny, berlari mendatangi Juwita dan memeluknya. "Aduh, apa kabar? Sejak nikah kamu nggak pernah datang. Aku pikir udah lupa studio....""Namanya juga pengantin baru, Jeng Van. Kayak nggak paham aja. Lagi mesra-mesranya dong itu...." Teman lainnya turut menggoda Juwita yang hanya tersenyum simpul.Lilis juga datang hari ini. Dia baru saja keluar dari

    Last Updated : 2022-04-26
  • Suami yang Tak Diinginkan   33. Juwita yang Harus Minta Maaf!

    Hampir saja studio zumba itu menjadi ring perkelahian Juwi dan Lilis, jika Vanny tidak segera menghengtikan mereka. Pelatih senam pun terpaksa menghentikan berjalannya zumba sebab semua orang sudah menjadi rusuh. Lilis yang paling besar suaranya, seperti preman pasar yang tersenggol gerobak."Udah lah, Lis... ngapain sih ribut-ribut mulu? Malu tau nggak, sih?" Vanny mengingatkan Lilis untuk tidak terus mengoceh."Ngapain aku harus malu? Dia sendiri kan yang cari gara-gara. Orang cuma kena sedikit udah melotot ngancem-ngancem!" Lilis menyela ucapan Vanny.Kenapa jadi Juwita yang dituduh mengancam? Dia sendiri yang berkata akan membeberkan siapa suami Juwita agar mempermalukannya di sana. Juwita geram melihat perempuan yang tidak sadar diri itu."Ya udah, deh saling maafan aja. Nggak baik musuhan dalam satu kelompok. Selama ini kita adem-adem aja, bisa-bisanya kalian jadi ribut perkara kecil doang.""Dia dong yang minta maaf sama aku! Jangan mentang-

    Last Updated : 2022-04-26

Latest chapter

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status