Beranda / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / 119. Keraguan Hati Juwita

Share

119. Keraguan Hati Juwita

Penulis: Butiran_Debu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-03 17:45:45

Pasangan suami istri itu kini duduk bersebelahan di tepi ranjang. Hendra menatap Juwita yang terdiam tanpa bicara, mencari sesuatu di wajah murung istrinya. Hendra menebak-nebak, apa sebenarnya yang terjadi pada istrinya, sampai Juwita terlihat menyedihkan seperti ini.

Apakah karena kedatangan mantan suaminya, yang tiba-tiba mengajak rujuk? Mungkin Juwi dilema, antara ingin kembali pada laki-laki itu, dan mungkin akan melepaskan hubungan pernikahan mereka. Di dalam hatinya, Hendra tidak rela memikirkan itu, dia tidak mampu melepaskan Juwita ke tangan laki-laki lain.

Bagaimana pun, Hendra sudah sangat nyaman dengan wanita ini. Bukan karena fasilitas yang dia dapatkan dari Juwita, tapi sifat lembut Juwi yang sebelumnya tidak dia dapatkan dari Lilis, sudah mengikat hatinya untuk Juwita. Tapi, apakah Juwi merasakan hal yang sama?

Dia tak ubahnya sebuah debu yang menempel pada perhiasan mahal. Hendra tidak mungkin mampu menyaingi Arman yang setara dengan Juwita. Dia menjadi pesimis dan me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
milanwakhu 23
update lg dong kk ... penasaran ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami yang Tak Diinginkan   120. Kamu Tetap Suamiku!

    Hidup miskin bukan hal baru bagi Hendra. Dia sudah terbiasa hidup dengan berbagai kesulitan, bekerja tanpa kenal waktu demi gaji yang tidak seberapa. Hendra bahkan tidak pernah berpikir hidupnya akan menjadi seperti yang sekarang, saat menikah dengan Lilis. Namun, pertanyaan yang barusan Juwi ucapkan tidak bisa membuat Hendra tetap tenang. Itu terlalu mengejutkan sampai membuat Hendra termenung seketika. "Maksudnya... kamu akan kehilangan segalanya, jika bersama dengan aku?" tanya Hendra, pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak perlu diperjelas lagi. Wajah Juwita menunduk, matanya menatap lantai keramik di bawah mereka sebelum kembali dia tatap Hendra. Hanya anggukan ringan yang bisa Juwi tunjukkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Kamu tidak harus bertahan, Wi. Kamu... tau apa pilihan yang tepat bagimu." Hendra meremas kedua tangannya untuk menahan ledakan emosi di dalam dada. Dia tidak siap berpisah dengan wanita itu, tapi... apa yang bisa Hendra lakukan? Dia hanya laki-laki

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Suami yang Tak Diinginkan   121. Dia Memiliki Anak dan Istri

    "Wi, kamu mau ke mana?"Hendra berusaha menahan Juwita yang akan keluar dari rumah, tapi perempuan itu berkeras tidak mengindahkan perkatannya. Hendra menjadi kalang kabut saat melihat Juwi akan menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Hendak ke mana pula istrinya malam-malam begini? Setelah mengatakan Hendra akan tetap menjadi suaminya, Juwi segera mengambil kunci mobil dan bergegas keluar dari kamar. Tak ada sepatah kata pun yang dikatakan oleh perempuan itu, bahkan ketika Hendra terus menahan lengannya."Juwita, kita memang lagi ada masalah, tapi kamu nggak seharusnya meninggalkan rumah begini," kata Hendra lagi, menahan pintu mobil yang berusaha Juwi buka."Lepasin, Hen, aku harus pergi.""Tapi ke mana? Ini udah malam, Wi, jangan pergi dari rumah malam-malam begini!" Hendra mulai tidak sabar melihat betapa keras kepalanya istrinya itu, yang terus berusaha menyingkirkan tangannya.Juwita menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar. Kepalanya terasa sakit, dia tidak bisa menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Suami yang Tak Diinginkan   122. Menghabisi Hendra!

    "Laki-laki tidak tahu diri itu... kita tidak bisa membiarkannya lebih mempengaruhi Juwita lagi!" sentak Armaja, dengan wajah penuh amarah dan mata yang terbelalak. "Arman, kamu harus segera rujuk dengan Juwita, sebelum dia lebih tidak sadarkan diri lagi!""Tidak ada yang akan rujuk di sini!" Juwita berbicara dari dekat pintu yang sedikit terbuka, membuat semua orang mengalihkan mata menatapnya. Armaja menatap putrinya yang entah sudah sejak kapan berada di tempat itu. Arman segera berdiri menghampiri Juwita, mencoba membuat senyum ramah. Tapi hanya Juwita yang tahu senyum itu adalah sebuah ancaman secara diam."Juwita, kamu datang?" sapa Arman, apakah dia lupa baru saja menjelekkan Hendra di depan kedua orang tua Juwita? Dalam sekejap dia sudah bersikap manis, seakan tidak terjadi apa-apa.Juwi menepis tangan Arman yang akan menyentuh lengannya dan berjalan menuju set sofa. Kemudian dia duduk tepat di depan papanya."Aku tidak akan rujuk dengan Arman, Pa. Hendra adalah suamiku, akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-05
  • Suami yang Tak Diinginkan   123. Bukan Pewaris Keluarga!

    Hendra membanting pintu mobilnya, rasa kecewa memenuhi hatinya sekarang. Sudah entah berapa tempat yang dia datangi sejak tadi untuk mencari keberadaan Juwita yang kabur dari rumah, tapi ini sampai sudah hampir pukul sebelas malam, lelaki itu tidak kunjung bertemu dengan istrinya. Hendra merasa sangat putus asa menatap pintu rumah mewah di depannya, berpikir sejenak sebelum menekan bell di sisi pintu. Dan tak lama, seorang wanita paruh baya datang membukakan pintu untuknya.Masih orang yang sama yang dia temui tempo hari. Asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mertuanya. Wanita paruh baya itu tampak sedikit terkejut melihat beradaan Hendra."Bapak ini..." kata wanita itu tertahan, kemudian keluar dari dalam rumah dan menutup pintunya kembali."Saya suaminya Ibu Juwita. Kemarin saya datang ke sini dan ketemu bibi, masih ingat kan?" ucap Hendra berharap wanita di depannya mengingat pertemuan mereka berapa hari yang lalu. Tentu saja wanita itu mengingatnya, dia mengangguk mengiyakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-11
  • Suami yang Tak Diinginkan   124. Aku Masih Bisa Menafkahinya!

    Juwita merinding mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya. Tapi dia tidak ingin berpisah dengan Hendra. Dia masih berdiri mematung karena tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Jika Juwi tidak lagi menjadi pewaris keluarga ini, lalu bagaimana dia akan menjalani hidup? Dan Hendra… mungkin akan meninggalkannya Ketika tidak memiliki apa pun.“Bagaimana, Juwi? Kamu siap meninggalkan semua yang kamu miliki sekarang?” tanya Arman, memanasi suasana. Tentu saja dia sangat senang mendengar ancaman dari Armaja. Ini adalah kesempatan yang sangat dia impikan.Juwita yang paham akan liciknya pikiran Arman, menatap mantan suaminya dengan tatapan tajam. Bagaikan ujung tombak yang siap untuk menembus mata Arman sampai ke belakang kepalanya.“Ini kan yang kamu inginkan? Kamu sangat berharap bisa mendapatkan harta orang tuaku, karena itu kamu meminta rujuk.”“Apa?” Tergelak, Arman maju dua Langkah dan berdiri sangat dekat pada Juwi. “Keluargaku kaya, kamu tahu itu sejak dulu. Aku hanya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   125. Kau Iblis yang Menghancurkanku!

    Suasana di dalam rumah itu semakin tegang dan memanas. Armaja sangat marah sampai dadanya ikut naik turun oleh kemarahan yang sudah di ubun-ubun.“Berani sekali kamu masuk ke rumah ini. Gara-gara kamu putri tercintaku jadi pembangkang. Memangnya kamu bisa menafkahinya menggunakan apa? Hidup kamu saja menumpang kepada putriku!” bentak Armaja. Hendra menyunggingkan senyuman kepada ayah mertuanya. Walau pun dia ini miskin, tapi sebagai seorang suami dia masih mampu untuk bekerja dan memberikan nafkah untuk istrinya.“Saya ini laki-laki, harga diri laki-laki adalah bekerja. Siapa bilang saya hanya menumpang saja pada putri Anda, Ayah Mertua. Aku ini masih kuat untuk bekerja, dan selalu membantunya,” ucap Hendra.“Bekerja apa? Bekerja menjadi gigolo dan merampas uang Juwita? Kau itu hanya berlindung di balik nama Juwi. Aku bahkan ragu, di kantor mungkin kamu hanya membuat masalah dalam pekerjaannya,” sindir Arman. Dia sangat setia menuangkan minyak pada kobaran api kemarahan Armaja, a

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   126. Aku Mencintaimu

    Mama Juwita memegang kepalanya karena pusing dengan masalah yang menyangkut putrinya. Kenapa putrinya bisa keras kepala seperti ini. Apakah benar lelaki miskin itu menggunakan pelet untuk menjerat Juwita. Tidak mungkin juga Juwita bisa secinta buta itu kepada lelaki miskin yang tidak mungkin bisa membahagiakannya.“Pa, apakah kita harus pergi ke dukun untuk memisahkan Juwita dan pria miskin itu?” tanya mama Juwita.“Apakah kamu sudah gila. Kenapa bisa membawa dukun di jaman yang serba modern ini,” jawab Armaja yang kesal mendengar pernyataan istrinya. Perkataan Juwi masih terus mengganggu pikirannya.“Aku tidak gila. Siapa tahu Juwita memang sudah dipelet oleh lelaki miskin itu. Tidak ada salahnya mencoba bukan?” tanya mama Juwita lagi.Armaja bukannya senang, dia justru mengomeli istrinya yang tidak masuk akal. Mana ada dukun yang benar di dunia modern ini. yang ada mereka adalah penipu yang hanya ingin mengeruk uang orang yang datang kepadanya.“Kamu jangan menjadi bodoh hanya karen

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13
  • Suami yang Tak Diinginkan   127. Alasanku Membelimu.

    Saat itu pun Juwi melebarkan kedua matanya. Apakah kata yang baru dia dengar itu sungguh benar adanya? Ataukah mungkin… Hendra mengatakan itu untuk menutupi kebohongannya?“Aku nggak tau sejak kapan. Tapi aku yakin, aku sudah jatuh cinta sama kamu, Wi. Aku ingin kita bersama selamanya, aku nggak mau kamu pergi ke tangan lelaki mana pun. Asal kamu tahu, melihat Arman datang ke kantor siang itu, dadaku terasa terbakar dan sangat ingin membunuhnya!” ucap Hendra terus terang, memang seperti itu lah yang dia rasakan.Antara tidak percaya dan Bahagia, Juwi melingkarkan tangannya di leher Hendra dan berkata, “Aku sudah lama menunggu kamu mengucapkan kalimat itu. Hen, kamu nggak bohong kan?”Hendra menggeleng pelan. “Aku nggak bohong. Aku mencintaimu dan ingin bersama selamanya denganmu. Tapi… apa kamu mampu hidup miskin dengan aku? Juwi, kamu tau aku bukan laki-laki kaya, kamu tau aku hanya pekerja pabrik sebelum kamu mengubah hidupku. Tapi, dengan kenyataan yang sekarang terjadi, apa mungk

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-13

Bab terbaru

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status