Beranda / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / 113. Kita Rujuk Sekarang?

Share

113. Kita Rujuk Sekarang?

Penulis: Butiran_Debu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-10 04:22:25

Di lantai bawah, Hendra baru tiba setelah melewati perjalanan macet yang sangat lama. Dua tungkai lelaki itu berlari menuju lift yang akan membawanya ke lantai di mana ruang kerja Juwi berada. Resepsionis dan beberapa karyawan yang melihatnya pun tampak tegang wajah mereka.

Ketika lift itu tertutup, orang-orang menjadi riuh.

"Pak Arman ada di atas, gimana ini?"

"Mampus! Pasti ada perang setelah ini."

"Gimana nasib Bu Juwi kalo Pak Hendra sampai melihat yang tidak-tidak?"

Semua mereka saling bertanya, sebab sudah tahu sifat Arman yang sangat kasar. Para karyawan lama yang sempat melihat sifat buruk Arman, takut jika mungkin Juwita sudah diperlakukan tidak senonoh.

Ketika lift terbuka, Hendra berlari menuju ruang kerja Juwi. Telinganya masih mendengar suara bising di dalam ruang kerja, buru-buru dia mendorong pintu itu dan saat itu pun mata Hendra menyalang lebar.

Di dapan sana, bisa Hendra lihat bagaimana Juwita dihimpit tubuh kekar seorang lelaki, dan istrinya tampak sangat kesulitan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Manatin
kpan up thor
goodnovel comment avatar
Manatin
??.........
goodnovel comment avatar
Manatin
penasaran nih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami yang Tak Diinginkan   114. Cukup!

    Suasana masih terasa tegang oleh kalimat yang diucapkan Arman. Hendra dan Juwita saling menatap, tidak yakin mereka atas perkataan laki-laki yang tidak waras itu. Sedangkan Arman masih saja terkekeh melihat keduanya yang tampak kebingungan."Sepertinya kalian sangat terkejut?" Lagi, Arman berbicara. Kemudian dari bangkit dari duduknya dan menggerdik bahu pertanda acuh. "Gimana, Juwita?""Nggak mungkin!" sambar Juwita, dia tidak percaya dengan omong kosong Arman."Itu terserah kamu mau percaya atau tidak. Kamu bisa tanya sendiri pada papa kamu, apakah aku yang berbohong." Giginya yang rapi Arman pamerkan seperti tidak merasa bersalah. "Baiklah, karena aku sudah menjelaskan kedatanganku ke sini, aku pergi dulu. Jangan lupa berikan kabar baik padaku segera."Seperti tak ada rasa bersalah dia pergi meninggalkan Juwita dan Hendra, yang masih sama-sama merasa tegang.Juwita merasa bersalah, tentu saja. Dia sudah meminta Hendra datang ke sana untuk menolongnya dari perbuatan tidak senonoh Ar

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   115. Rujuk atau Melarat!

    Jam makan siang Hendra lewati tanpa Juwita. Biasanya mereka selalu bersama, bahkan ketika Hendra harus mengurus pekerjaan di tempat lain, keduanya selalu menyempatkan diri bertemu. Tapi kali ini, Hendra duduk di sebuah meja dengan berbagai jenis menu, tanpa ditemani oleh istrinya.Pikirannya sangat hancur. Hendra tidak bisa mengesampingkan perkataan Arman, bahwa papa Juwita sendiri lah yang meminta lelaki itu datang. Keberadaan Hendra sepertinya tidak akan pernah diterima oleh mereka.Apa yang salah? Apakah karena Hendra hanya seorang laki-laki yang berasal dari keluarga miskin? Padahal, dia sedang berusaha menunujukkan bahwa dirinya bisa lebih baik."Pembuktian?" Hendra bergumam sendiri. Sendok di tangannya dia letakkan begitu saja, pusing dia memikirkan semua ini. "Orang seperti mereka lebih mendahulukan apa yang sudah kau capai, bukan apa yang hendak kau capai."Tak menutupi kenyataan memang, bahwa semua keluarga kaya akan melihat apa yang sudah dihasilkan seseorang. Sementara Hen

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   116. Masalah Besar

    Pekerjaan sudah selesai dan Hendra bisa bernapas dengan lega. Semua berjalan lancar, Juwi pasti senang mendengar kabar itu nanti. Hendra pulang ke rumah dengan senyum di bibirnya, melupakan fakta masalah yang tengah dia hadapi dengan Juwita.Ketika dia tiba di rumah, Hendra tidak menemukan Juwita. Hanya ada Alan yang tengah bermain ditemani baby sitter."Ratih, ibu belum pulang?" tanya Hendra, seperti pertanyaan bodoh memang, sebab dia sudah melihat tak ada Juwi di dalam kamar."Belum, Pak. Ibu belum pulang dari kantor."Ada rasa tak rela mendengarnya. Juwita adalah istri yang selalu memberi kabar jika dia tidak bisa pulang dengan cepat. Hendra menjadi teringat akan Arman yang siang tadi mengganggu istrinya."Jangan-jangan dia..." kata Hendra menggantung, lantas bersiap akan berbalik. Saat itu pun, Alan memanggilnya."Papa!"Hendra lupa dia belum menyapa putranya sejak tadi. Karena itu, Hendra terpaksa mengurunkan niatnya. Dia datangi Alan di tempatnya lantas mengecup kening anak itu.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   117. Suami Dapat Beli, Jangan Bangga!

    Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan Juwita masih termenung menatap gelas minumnya di atas meja. Tidak sedikit pun minuman itu berkurang, es yang mengembun dari gelasnya pun sudah membasahi meja sejak tadi. Tak sedikit pun hati Juwita tergerak untuk menyentuhnya.Semua kata-kata Armaja masih membekas di kepala Juwi, membuatnya tidak bergairah melakukan apa pun. Sejak kembali dari rumah orang tuanya, Juwi membawa mobilnya tanpa tujuan yang berkahir ke studio zumba. Bukan bergabung dengan teman-temannya, Juwi hanya duduk seorang diri di kafe studio itu."Hei, kenapa merenung?"Sebuah tangan menyentuh pundak Juwi, yang lantas membuat wanita itu berbalik menatap ke belakang. Ada Venny yang tersenyum padanya."Kaget banget kayaknya, lagi mikirin apa sih serius begitu?"Juwita menarik napas panjang, dia memaksa bibirnya tersenyum. "Nggak kok, urusan kantor aja." Tidak mungkin Juwi bercerita pada Venny."Ya elah... udah ada suami yang bantu di kantor juga masih aja pusing sendir

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-01
  • Suami yang Tak Diinginkan   118. Nasib Kita Tidak Jauh Berbeda.

    Raut wajah Juwi yang tadinya tampak tenang, berubah seketika. Dia marah, betul-betul marah sampai hanya ekspresi datar lah yang mampu dia tunjukkan. Kata-kata Lilis yang menyebutnya dapat suami beli, sudah sangat keterlaluan. Belum lagi bisa dia redam kemarahan yang dia bawa dari Arman dan papanya, perempuan ini datang-datang sudah mengusik saja. Juwi mengepal kedua tangannya di atas paha, sedang dadanya mulai naik turun. Dia marah, sangat marah. Venny yang ikut menyaksikan ekspresi Juwi mulai khawatir pada Lilis. Tapi itu tidak berlaku bagi Lilis, yang justru masih tersenyum merendahkan."Coba ulangi omongan kamu," ucap Juwita, ingin melihat sejauh apa Lilis berani merendahkannya."Juwi, Lis, udah stop. Ini di publik, seseorang bisa aja dengar kalian." Vanny mencoba memberi peringatan, takut rahasia kedua temannya akan terdengar publik."Suami dapat beli!" Tapi Lilis seakan tidak peduli, dia memang berniat mempermalukan Juwita. Biar saja semua orang dengar. "Kenapa? Ada yang salah d

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Suami yang Tak Diinginkan   119. Keraguan Hati Juwita

    Pasangan suami istri itu kini duduk bersebelahan di tepi ranjang. Hendra menatap Juwita yang terdiam tanpa bicara, mencari sesuatu di wajah murung istrinya. Hendra menebak-nebak, apa sebenarnya yang terjadi pada istrinya, sampai Juwita terlihat menyedihkan seperti ini.Apakah karena kedatangan mantan suaminya, yang tiba-tiba mengajak rujuk? Mungkin Juwi dilema, antara ingin kembali pada laki-laki itu, dan mungkin akan melepaskan hubungan pernikahan mereka. Di dalam hatinya, Hendra tidak rela memikirkan itu, dia tidak mampu melepaskan Juwita ke tangan laki-laki lain. Bagaimana pun, Hendra sudah sangat nyaman dengan wanita ini. Bukan karena fasilitas yang dia dapatkan dari Juwita, tapi sifat lembut Juwi yang sebelumnya tidak dia dapatkan dari Lilis, sudah mengikat hatinya untuk Juwita. Tapi, apakah Juwi merasakan hal yang sama?Dia tak ubahnya sebuah debu yang menempel pada perhiasan mahal. Hendra tidak mungkin mampu menyaingi Arman yang setara dengan Juwita. Dia menjadi pesimis dan me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-03
  • Suami yang Tak Diinginkan   120. Kamu Tetap Suamiku!

    Hidup miskin bukan hal baru bagi Hendra. Dia sudah terbiasa hidup dengan berbagai kesulitan, bekerja tanpa kenal waktu demi gaji yang tidak seberapa. Hendra bahkan tidak pernah berpikir hidupnya akan menjadi seperti yang sekarang, saat menikah dengan Lilis. Namun, pertanyaan yang barusan Juwi ucapkan tidak bisa membuat Hendra tetap tenang. Itu terlalu mengejutkan sampai membuat Hendra termenung seketika. "Maksudnya... kamu akan kehilangan segalanya, jika bersama dengan aku?" tanya Hendra, pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak perlu diperjelas lagi. Wajah Juwita menunduk, matanya menatap lantai keramik di bawah mereka sebelum kembali dia tatap Hendra. Hanya anggukan ringan yang bisa Juwi tunjukkan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. "Kamu tidak harus bertahan, Wi. Kamu... tau apa pilihan yang tepat bagimu." Hendra meremas kedua tangannya untuk menahan ledakan emosi di dalam dada. Dia tidak siap berpisah dengan wanita itu, tapi... apa yang bisa Hendra lakukan? Dia hanya laki-laki

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04
  • Suami yang Tak Diinginkan   121. Dia Memiliki Anak dan Istri

    "Wi, kamu mau ke mana?"Hendra berusaha menahan Juwita yang akan keluar dari rumah, tapi perempuan itu berkeras tidak mengindahkan perkatannya. Hendra menjadi kalang kabut saat melihat Juwi akan menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Hendak ke mana pula istrinya malam-malam begini? Setelah mengatakan Hendra akan tetap menjadi suaminya, Juwi segera mengambil kunci mobil dan bergegas keluar dari kamar. Tak ada sepatah kata pun yang dikatakan oleh perempuan itu, bahkan ketika Hendra terus menahan lengannya."Juwita, kita memang lagi ada masalah, tapi kamu nggak seharusnya meninggalkan rumah begini," kata Hendra lagi, menahan pintu mobil yang berusaha Juwi buka."Lepasin, Hen, aku harus pergi.""Tapi ke mana? Ini udah malam, Wi, jangan pergi dari rumah malam-malam begini!" Hendra mulai tidak sabar melihat betapa keras kepalanya istrinya itu, yang terus berusaha menyingkirkan tangannya.Juwita menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar. Kepalanya terasa sakit, dia tidak bisa menga

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-04

Bab terbaru

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status