"Adit mamah titip Rafif ya, nanti kalo bangun bikinin susu aja pasti anteng," kataku mendekat ke Adit yang sedang mebereskan buku-buku di kamar barunya. "Siap Mah, serahkan sama Adit," jawab Adit segera. Aku segera ke kamar ambil tas dan langsung berangkat. Ketika sampai di pagar rumah ternyata mbak Niar ada di depan. "Mau kemana Mbak Sari?" tanya mbak Niar dari depan rumahnya. "Mau ke pasar, belanja buat nasi bungkus besok, kami ikuti saran mas Halim Mbak," ucapku setengah berteriak. "Oh bagus itu niat baik harus disegerakan, eh Rafif mana?" tanya mbak Niar sambil berjalan mendekat ke arahku. "Sedang tidur Mbak, ada Adit di dalam," ucapku sambil menunjuk arah rumah. "Pinter Adit jagain adiknya?" tanya mbak Niar. "Insha Allah bisa Mbak udah biasa," jawabku. "Ooh ya udah nanti aku liat ke rumah barangkali Adit butuh bantuan," ucap mbak Niar dengan mengulas senyum. "Ya Mbak makasih ya,kami berangkat dulu keburu ujan," ucapku sambil naik ke motor. Sepulang dari pasar
Esoknya Aku masak dengan jumlah yang diminta mas Bagas. "Gas istrimu bisa gak antar makan siang ke hotel Mawar, di sana ada pertemuan bos bos kita, masakan istrimu sedep Gas," kata pak Anto mandor di proyek ini."Daripada cari di tempat lain yang belum jelas rasanya,kalau kamu mau mending pesen ke kamu saja sekalian," ucap pak Anto sambil mulutnya penuh makanan. "Untuk kapan pak? nanti saya cerita dulu sama istri, kira-kira sanggup gak kalau pagi masak siang masak juga," jawabku sopan. "Buat besok,gak banyak kok Gas cuma 20 orang saja, tapi nanti jangan di bungkus pake kertas gini ya," ucap pak Anto sambil menenteng kertas bekas bungkus nasinya yang sudah habis. "Pake boks nasi biar kesannya lebih menarik meskipun yang lebih penting isinya tapi tampilan juga kan perlu," kata pak Anto memberi masukan. "Gak papa Gas trima aja kesempatan buat promosi, nanti biar Niar aku suruh bantuin istri kamu yang penting jangan lupa komisinya," ucap mas Halim sambil tertawa. "Ya nanti saya bi
Sehabis maghrib mbak Niar datang. "Assalamualaikum.. " ucap mbak Niar dan mas Halim dari depan. "Wa'alaikumsalam.." ucapku sambil membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. "Aku dengar dari mas Halim katanya kalian dapat orderan baru yah," kata mbak Niar sambil mendekat ke arah mas Bagas. Mbak Niar dan mas Halim langsung ikut duduk di lantai untuk membantu mas Bagas mengerjakan boks yang akan di pakai besok. "Waduh kalau gini keluar uang banyak aku, harus bayar 2 asisten sekaligus," ucap mas Bagas dengan gelak tawanya. Di sambut gelak tawa juga oleh mas Halim, sedang mbak Niar hanya tersenyum menyaksikan tawa kedua laki-laki di depannya. "Mbak Niar ngopi juga gak, atau mau teh aja?" tawarku pada mbak Niar. "Teh aja mbak,, jangan banyak-banyak ya gulanya sudah tua aku, harus jaga kadar gula," ucapnya sambil nyengir. "Ngakunya udah tua kok panggil aku mbak si, panggil nama aja ngapa, aku juga gak nyaman di panggil mbak," ucapku manyun. "Yakan baru kenal gak enak lan
Setelah mas Bagas berangkat Aku langsung menyiapkan untuk masak pesanan ke 2,aku gak mau mengecewakan atasan mas Bagas. Aku juga mau cari pelanggan sebanyak-banyaknya. "Assalamu'alaikum.. Sari nih buat Rafif," mbak Niar datang dengan membawa puding coklat. Mbak Niar langsung masuk karena memang pintu depan tidak di kunci, mbak Niar sudah biasa saja masuk ke sini gak perlu basa basi. "Wa’alaikumsalam... Apaan nih Mbak pake bawa-bawa ginian," ucapku sambil menerima puding dari mbak Niar. "Makasih banget ini lho, tamu kok bawa suguhan sendiri ini gimana, bikin gak enak aja mbak Niar nih," ucapku tulus. "Ini buat Rafif kok, kemarin anak-anak minta puding coklat, aku buat aja banyak sekalian,Rafif juga mungkin akan suka," kata mbak Niar. "Ya pasti suka banget, puding, coklat lagi, mantap," ucapku sambil mengacungkan jempol. "Ya udah sekarang aku bantuin apa nih Sar?" tanya mbak Niar sambil ngambil pisau dan talenan. " Nah itu udah tau, tinggal potong-potong perbumbuan saja, sudah d
Ketika kami di lobi mereka sedang berada di depan meja resepsionis,setelah itu mereka lanjutkan berjalan sepertinya menuju kamar. Aku dan mbak Niar masih diam diam mengikuti.Ketika di lorong mereka bukan cuma bergandengan tangan tapi berciuman. "Astagfirullah apa ini?" ucapku sambil memundurkan langkah hampir saja oleng. Mbak Niar langsung mengaktifkan kameranya mode vidio.Setelah mereka masuk kamar kamipun putar arah.Kakiku lemas hampir gak bisa jalan sangkin shoknya menyaksikan pemandangan horor di depan mata."Mereka siapa Sar?" tanya mbak Niar penasaran. "Yang laki-laki namanya Bayu dia suami adiknya mas Bagas yang perempuan namanya Sinta istri adiknya mas Bagas," jawabku masih shok."Kamu lelet banget liat begitu diam aja, untung aku cepet-cepet rekam kegiatan mereka," ucap mbak Niar sambil menggandeng tanganku yang sudah panas dingin. "Aku gak kepikiran Mbak, aku shok banget, gak nyangka aku Mbak," jawabku masih linglung. "Gimana bisa mereka selingkuh, sama sodara lagi,
"Gas,proyeknya sudah hampir selesai paling juga gak sampai sebulan selesai," ucap mas Halim ketika makan siang. "Selesai gimana Mas, kan belum rampung ini bangungan," tanyaku bingung. "Tapi proyeknya di bubarkan gak tau kenapa, Pak Anto yang bilang kemarin, makanya sekarang beliau gak datang, lagi ngurusi berkas-berkas katanya," kata mas Halim sambil menghabiskan minumnya. "Duh, sayang sekali ya,aku berharap banyak di sini Mas, pendapatanku kan dari sini," ucapku lesu. "Makanya aku crita sekarang biar kamu bisa persiapan sebelum benar-benar berhenti." ucap mas Halim. "Mas sendiri rencananya mau kerja apa nanti?" tanyaku. "Aku mau pulang kampung, Bapaknya Niar sudah sepuh, sering sakit-sakitan, sudah lama mereka meminta kami untuk pulang kampung dan mengurus ternaknya," ucap mas Halim. "Tapi aku menundanya karena ingin pulang sekedar bawa apa gitu,buat orang tua, tapi nyatanya boro-boro bawa apa, bisa makan dan biaya sekolah lancar saja sudah Alhamdulillah," lanjutnya seraya men
"Sudah hampir magrib kok baru pulang Mas, ada lembur?" tanyaku sambil menyuguhkan kopi. "Nggak, tadi sebelum pulang ada ngobrol dulu sama pak Anto," jawab mas Bagas datar. "Mas mandi dulu Dek udah maghrib juga," ucap mas Bagas sambil berlalu ke kamar mandi. "Ya," jawabku singkat. "Dek, besok gak usah bikin nasi bungkus dulu ya, " kata mas Bagas seusai sholat maghrib. " Kenapa Mas?" tanyaku bingung. "Besok Mas gak ke proyek lagi," jawab mas Bagas. "Kenapa Mas?" tanyaku khawatir. "Barusan pak Anto telepon, mulai besok Mas kerja di toko bahan bangunan milik bos Lee, karena pengerjaan proyek akan dihentikan dalam waktu dekat," terang mas Bagas. "Gak tau juga alasan pastinya apa, yang jelas mas sudah dicarikan kerjaan gantinya sama Pak Anto," lanjutnya. "Ooh Pak Anto baik banget Mas sampai nyariin kerjaan lain buat gantinya," ucapku lega. "Iya pak Anto memang baik, kebetulan pemilik toko bahan bangunan ini bos Lee namanya, kenal baik sama pak Anto," jawab mas Bagas. "Mas Halim
"Mas Bagas istrinya dateng nih nyariin," panggil mbak intan kasir toko ini. "Iya Mbak saya datang," jawabku setengah berteriak. "Ada masalah apa sampai Sari datang ke sini," batinku. "Dek ada apa, kok sampai nyusul ke sini?" tanyaku khawatir sambil berjalan mendekat. "Ini Mas adek bawain makan siang,” ucap Sari semangat sambil menunjukan rantangnya. “Adek bawa banyak nih barangkali teman-teman Mas juga ada yang berkenan nyobain masakanku," ucap Sari sambil menyodorkan rantang besar. “Adek kok bisa sampai sini, tau alamatnya dari siapa?” tanyaku khawatir. “Tadi mbak Niar yang tanyain ke mas Halim,” jawab Sari sambil menyunggingkan senyum. "Dek, di sini sudah di siapin makan siang dari bos," ucapku masih mematung.“Ooo gitu,trus gimana ini Mas, jadi mubadzir dong ini,” ucap Sari kecewa. “Kamu si mau bawa makanan gak ngabari Mas dulu,” ucapku sambil menggandeng Sari ke pinggiran toko. “Soalnya sudah terlanjur belanja banyak kemarin, adek gak tau kalau hari ini Mas pindah kerja,