“Hentikan omong kosongmu ini.” Tristan nyaris memekik, seandainya dia tidak cepat sadar kalau mereka masih di area pemakaman.“Bisakah kalian ikut aku ke tempat yang sepi? Ku rasa tidak pantas membicarakan hal ini di sini,” sahut detektif Don santai.Isabelle hampir jatuh mendengar nada blak-blakan yang diungkapkan detektif Don. Pria itu bahkan tidak menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan apa yang dia temukan. Dengan susah payah Isabelle menelan ludah dan menunjuk ke sebuah tempat –sebuah pondok kecil yang terletak di pinggir pemakaman.Tristan bisa merasakan ketakutan Isabelle ketika tangan gadis itu meremas tangannya dengan kuat. Bahkan, ujung kuku-kukunya sampai memutih tapi Isabelle hanya menunjukkan ekspresi datar di sana. Detektif Don duduk di depan mereka berdua dan Tristan benar-benar tidak menyukai reaksi detektif itu.“Bisakah kamu menunggu sampai setidaknya Isabelle meredakan sedikit rasa shocknya?”“Maaf, Tuan. Tapi aku pikir kabar ini tak bisa menunggu.”“Tapi...”“Tr
“Isabelle sudah tidur?” tanya David saat Tristan turun dan bergabung bersamanya di ruang minum.Tristan mengangguk. David menuang wine ke dalam gelas dan menyerahkannya pada Tristan. Tristan terlihat sama lelahnya dengan Isabelle, mungkin dia juga shock. Ini memang pukulan besar bagi mereka dan juga Revive Orion. Pergerakan saham Revive Orion ditutup dengan angka yang lemah, paling rendah sepanjang sejarah Revive Orion.Dengan cepat mereka menjadi pusat pemberitaan. Gambar wajah Isabelle muncul di layar, bersanding dengan foto Selome yang dibuat dengan gaya hitam putih. Kabar-kabar liar menguar, opini-opini tak berdasar berkembang bak jamur di musim penghujan.“Mereka mengatakan omong kosong,” kata David.Dia meraih remot televisi dan mematikannya. Ruangan itu kembali hening. Trsitan menatap gelas minumnya, mengaduknya pelan namun dia terus tidak menyesapnya. Tristan terus merasakan dadanya sakit melihat Isabelle terluka seperti itu.Mungkinkah dia sungguh-sungguh jatuh cinta pada Isa
“Tolong jangan!”Julia berjalan mengitari tempat tidur dan berakhir di dinding kamar dengan wajah memar. Seluruh tubuhnya lebam, bercak kebiruan itu terlukis mengerikan di sana. Dia terlihat menyedihkan. Dengan tubuh kurus itu, dipadukan dengan rambut yang berantakan, Julia lebih mirip dengan peminta-minta di luar sana.Tak akan ada yang mengakui kalau dia adalah seorang Julia Hawthorne, puteri pertama Tony Hawthorne.“Sudah berapa kali ku katakan, jangan masuk ke ruang kerjaku! Kenapa kamu bebal? Apakah kamu tidak mengerti bahasa manusia?” pekik Billy.Tatapan mata pria itu mengerikan bak seekor harimau yang mengintai mangsa di depannya. Julia meringkuk, dia memegang kepalanya dengan kedua tangan. Air matanya mengalir sangat deras, namun dia berusaha untuk tidak memekik kencang agar Ellie tidak terbangun.“Maafkan aku. Aku hanya berniat untuk membersihkannya!”“Tidak perlu!”Sebuah gucci berukuran 30 senti dibanting ke lantai, pecah dan hancur seketika. Julia menjerit, menutup wajah
Dia berdiri bersisian dengan bayang-bayang kegelapan. Kepulan asap dari cerutinya terlihat membubung di udara. Dia berdiri di dermaga, tempat yang sama ketika dia membawa tas Tony dan berkas-berkas tak berarti itu. Bulan sedang bersinar bulat, bayangan kemerahannya menari-nari di atas permukaan laut yang tenang.Tangannya mengepal. Ledakan itu disengaja, dia yang melakukannya. Tapi seharusnya bukan wanita dari departemen keuangan itu yang mati. Seharusnya Isabelle Hawthorne. Harusnya tubuh wanita itu yang meledak tanpa tersisa.Dia menyeringai. Dia membunuh orang yang tak bersalah, tapi, well, itu cukup bagus. Isabelle akan mengalami ketimpangan dengan hilangnya orang yang memahami keuangan perusahaan dengan mendetail seperti yang dilakukan Selome.Dia akan menyerah, senyum jahat itu kembali terbentuk. Dan kalau dia tidak menyerah, maka aku tak akan berhenti sampai kamu memutuskan sendiri untuk menyerahkan posisimu.*Isabelle turun dari kamar dengan setelan Dior yang dihadiahkan Juli
Ketika tiba di Revive Orion, Isabelle melihat tempat parkir yang biasa ditempatinya kini dicat warna warni. Isabelle tahu kalau bekas gosong sulutan api yang berkobar tak akan bisa hilang begitu saja. Itu sebabnya mereka mengecat parkiran bak taman kanak-kanak.Isabelle turun dan David sudah menyambutnya di lobi. Pria itu memeluk Isabelle dan mengusap punggungnya. “Selamat datang kembali, Belle.”“Jangan bilang parkiran itu adalah idemu,” kata Isabelle sambil melepas pelukannya.“Apa sangat terlihat?” David mengaruk kepalanya. “Aku hanya ingin membuatmu tetap nyaman di sini.”“Tapi warna warni...” Isabelle melihat lagi ke area parkir. “Well, memang menarik,” gumamnya lagi sambil menahan senyum.“Kalau begitu aku akan mengantarmu ke ruanganmu.”“Tidak perlu, Dave. Aku bisa sendiri.”“Ayolah. Aku juga sudah di sini, jadi tidak masalah.”David tidak ingin terjadi sesuatu lagi pada Isabelle. Detektif Don sudah memberitahu kemungkinan Isabelle sedang ditargetkan oleh seseorang. Ledakan itu
Detektif Don mengambil penerbangan yang paling murah menuju Florida. Satu-satunya keuntungan yang dia miliki sebagai detektif swasta adalah dia tidak memiliki pimpinan secara khusus. Jadi dia bisa melakukan apa pun sesuai rencananya tanpa harus sibuk melaporkan ini dan itu pada pimpinan seperti yang biasa dilakukan oleh para detektif yang bertugas di departemen kepolisian.Dia tiba malam hari dan langsung menginap di The Mission Inn, motel paling murah yang bisa dia dapat di Florida. Bangunannya berwarna putih dengan genteng merah sebagai atap dan aksen gaya Spanyol di bagian pintunya.Dia merebahkan tubuhnya. Besok, dia memiliki hari yang lebih panjang.Keesokan harinya, ketika detektif Don berjalan-jalan di garis pantai, dia melihat lima bocah laki-laki bercelana renang berlarian menuju air sambil menjerit-jerit. Mereka terlihat bahagia, saling berkejar-kejaran dan memercikkan air.Pada musim panas seperti ini, biasanya pantai akan dipadati oleh para pengunjung, baik itu penduduk as
Detektif Don mengira Charles Murphy adalah pria dewasa, tapi setelah bertemu, dia ternyata adalah seorang pemuda berusia awal dua puluhan. Ketika detektif Don mengunjungi rumah Charles, ibunya mengatakan pria itu sedang memandu peserta kamp musim panas di tepi pantai.Dia mengambil tempat teduh di sebuah restoran pinggir pantai dan tak mau berpanas-panasan. Dia akan menunggu Charles menyelesaikan tugasnya baru dia menemui pria itu. Dari tempatnya duduk, dia bisa melihat Charles berbicara dengan para peserta yang semuanya adalah anak-anak.Tanpa mengenakan atasan, tubuh atletis Charles terlihat menawan. Kulit kecokelatam karena dijemur matahari semakin berkilau di bawah cahaya matahari yang bersinar terik. Itu pekerjaan yang melelahkan, pikir detektif Don.Berada di bawah panas sinar matahari ditambah berurusan dengan anak-anak yang masih polos, itu pasti sangat berat.Sekitar satu jam menunggu, terlihat anak-anak sudah bubar dan melakukan kegiatan sendiri-sendiri. Para konselor berdir
Isabelle berpikir semuanya sudah baik-baik saja, namun tiba-tiba satu hari seorang pria berteriak-teriak di halaman parkir Revive Orion. Dia membawa banner bertuliskan “Revive Orion Adalah Penjahat!”. Para petugas keamanan tak mampu mengusirnya karena tiba-tiba saja reporter memenuhi parkiran dan menyorot teriakan pria itu.Sebagian stasiun televisi menyiarkan secara langsung kejadian itu dan membuat Isabelle mengepalkan tangan kuat-kuat. Apa yang dia inginkan? Kenapa para petugas keamanan itu tidak bisa menghentikannya?Teleponnya berdering, Isabelle buru-buru mengangkatnya. “Ya?”“Nona Isabelle, pria ini tak mau naik, Nona. Dia tidak mau masuk sebelum Anda turun sendiri menjemputnya,” kata petugas yang berjaga di lobi.Isabelle menghela nafasnya kuat-kuat. Jika dia tidak turun, maka masalah ini tidak akan selesai. Petugas sudah bertanya apa yang diinginkan pria itu, tapi seperti disumpal, dia tak mau mengatakan apa pun.Hanya kalau Isabelle bersedia menemuinya.Isabelle turun. Ditem
Ben menggosok matanya saat melihat nominal biaya pengobatan yang harus dikeluarkannya untuk Sora. Sora membutuhkan setidaknya dua jenis operasi untuk mneyelamatkan nyawanya dan Ben memang berniat untuk bertanggung jawab.Dia hanya tidak menyangka kalau ternyata biayanya akan sebanyak ini.Pria itu menyerahkan kartu kreditnya. Entah bagaimana caranya untuk membayar tagihan kartunya bulan depan, namun dia akan berusaha. Saat ini, menyelamatkan nyawa Sora jauh lebih penting. Dia masih bisa mencari pekerjaan lain di luar sana sementara Sora mungkin hanya memiliki kesempatan hidup kali ini saja.Dia menghela nafasnya dalam-dalam. Kepalanya berdenyut sakit. Dia berkendaraan untuk mencari sedikit celah untuk kasus minyak esensial yang merenggut nyawa istri dan anak dalam rahim istrinya. Dia tidak bisa mengandalkan orang-orang itu lagi walau mereka berjanji akan menegakkan keadilan untuknya.Nyatanya, setelah Revive Orion dinyatakan tidak bersalah, kasus itu langsung tenggelam. Tak ada stasiu
Judy membereskan barang-barang terakhirnya saat dia mendengar sebuah bunyi mencurigakan di luar apartemen. Dia seperti mendengar derap langkah dengan tempo tak biasa, seperti orang-orang yang tengah mengerubuti bangunan itu.Setelah Tristan memberitahunya soal kemungkinan persembunyiannya diketahui, Judy segera meminta orang-orangnya untuk memindahkan sejumlah komputer dan juga beberapa kardus berkas terlebih dahulu. Dan setelah barang-barang utama itu dipastikan selamat oleh Judy, baru dia menyusul.Namun siapa yang menyangka kalau ternyata langkahnya akan terlambat beberapa menit. Orang-orang ini sudah mengepung apartemen tempatnya dan Tristan melakukan pertemuan, Judy bisa melihat bayangan mereka dari celah bagian bawah pintu.Wanita itu mengambil pistolnya, menyematkannya ke belakang tubuh. Judy membuka jendela, menyelempangkan ranselnya dan segera turun melalui tingkap yang sedikit menjorok. Dia menempel tubuhnya ke dinding, menggeser kakinya selangkah demi selangkah hingga dia t
“Gagal!” kata Tristan lewat ponselnya.Dia mengurut keningnya pelan. Dia menghembuskan asap rokok ke udara saat dia berada dalam ruangan khusus untuk perokok. Jepang memang kota yang unik dan tegas. Jika di Amerika dia bisa merokok kapan saja dan dimana saja, di negara ini berbeda.Isabelle menunggu di luar. Gadis itu terlihat sedih karena kematian Tetsuka. Saat mengetahui kalau yang dibawa polisi adalah mayat Tetsuka, Isabelle menangis tak karu-karuan. Apalagi ketika istri Tetsuka meraung sambil meneriakkan nama puteri mereka, tangisan Isabelle makin tak terkendali.Bulan madu ini membawa bencana, pasti begitu pikir Isabelle.Tristan menunggu sampai akhirnya Judy bicara, lebih tepatnya meneriakinya. “Apa yang kamu lakukan selama di sana? Bukankah kamu bilang tujuanmu untuk mencaritahu rahasia Tony? Atau, kamu malah terlalu fokus menghabiskan waktumu dengan Isabelle?”“Judy, apakah kamu tahu bukan itu masalahnya?”“Lalu apa?” teriak Judy lagi.“Seseorang mengikuti kita, mengerti!” Tri
Mereka menghabiskan waktu mengunjungi beberapa tempat di Jepang. Seumur hidup, ini adalah perjalanan yang paling mengesankan bagi Isabelle. Bagaimana tidak, dia hanya membawa pakaian yang melekat dalam badannya, dan ketika mereka tiba, ternyata di dalam kamar hotel sudah tersedia setidaknya empat pasang gaun Yves Saint Laurent di atas tempat tidur.Ternyata, Tristan benar-benar sangat mempersiapkan bulan madu mereka. Hal itu membuat Isabelle merasa sangat dicintai oleh pria itu. Dia tidak akan melupakan hal ini seumur hidupnya.Keduanya berjalan menyusuri Shibuya, berpapasan dengan banyak pengunjung lainnya seperti mereka. Shibuya adalah kota yang hidup selama dua puluh empat jam. Banyak toko-toko branded di sini, salah satunya adalah toko Revive Orion yang dikunjungi oleh keduanya dengan sengaja.“Halo, Tuan Tristan. Senang melihat Anda kembali,” sapa sang manager, Shiba Tetsuka.Pria berusia lima puluhan itu membungkukkan tubuh pada Tristan dan Isabelle, dan keduanya melakukan hal y
“Aku ingin tahu apa yang paling kamu sukai.”Isabelle nyaris tertawa mendengar pertanyaan Tristan. Dia sedang santai di rumah sambil memandang matahari sore yang hendak turun sementara suaminya itu sedang melakukan kunjungan ke salah satu cabang perusahaan bersama David.“Kamu!” sahut Isabelle santai.“Aku tak perlu bertanya soal itu.” Tristan menyahut dengan percaya diri. “Aku tahu kamu sangat menyukaiku.”“Lalu apa?” Isabelle balik bertanya.“Brand fashion kesukaanmu, atau makanan. Apa pun. Pernikahan kita hampir dua bulan tapi aku ingat kalau aku belum pernah bertanya soal ini.”Isabelle menahan diri untuk berteriak karena terlalu senang. Gadis itu berdehem pelan, menyandarkan tubuhnya di sisi balkon rumah sambil tersenyum. Dia sangat mencintai Tristan. Demi apa pun, Isabelle sangat bergantung pada pria itu sekarang.“Well, aku tidak punya brand tertentu dalam hal fashion,” sahutnya. “Aku membeli merk apa pun kalau aku menyukai produknya. Jadi, aku tidak memiliki preferensi tertent
“Kamu ingin aku melakukan apa?” tanya Summer Vinch, gadis berusia 25 tahun, seorang hacker kenamaan yang identitasnya tersembunyi.Namun detektif Don menemukan dia ketika gadis itu membutuhkan bantuan lima tahun yang lalu. Dan sejak itu, keduanya dekat seperti seorang ayah dan puterinya. Summer meludahkan sisa permen karetnya, lalu menatap detektif Don lagi.“Kamu yakin?” Gadis itu mengangkat alis.“Aku tahu ini ilegal. Tapi, aku harus melakukannya.”Summer menimbang-nimbang. Baginya, ini pekerjaan yang mudah. Ketika jemarinya menari diantara huruf dan angka di keyboard komputernya, dia tidak akan kesulitan menemukan dunia lain di dalam layar itu. Semua yang tersembunyi dalam dunia nyata akan tersingkap. Semuanya, bahkan rahasia yang terburuk sekalipun.“Well, baiklah.” Summer memutar kursi menghadap ke layar komputer. “Apa yang ingin kamu ketahui?”“Semuanya. Tentang Billy Spark, Tristan Theodore, David Castel dan juga Julia Hawthorne. Aku ingin kamu menemukan semua sisi kehidupan te
Isabelle menyandarkan tubuhnya di pundak Tristan setelah seharian penuh disibukkan oleh Mellany. Dia menatap Tristan yang sibuk memeriksa sesuatu di laptop lalu dia menegakkan tubuh lagi. “Apa yang kamu lakukan?”“David memintaku untuk memeriksa beberapa cabang yang bermasalah dan aku meminta data dari mereka,” sahut Tristan tanpa menoleh. “Aku sedang melihat masalah apa yang mereka hadapi sebenarnya.”“Kamu sudah bisa menyimpulkannya?”Tristan terlihat menghela nafas, lalu menatap Isabelle. “Ada banyak eselon tinggi yang melakukan perintah tak manusiawi. Mereka banyak memeras Revive Orion dan juga staff yang bekerja di bawah mereka.”“Separah itu?”“Tenang saja.” Tristan menutup laptop dan menepuk pundak telapak tangan Isabelle. “Mereka tidak akan bisa menjatuhkan Revive Orion.”“Aku harap begitu,” gumam Isabelle lagi. “Omong-omong, sepupuku baru kembali dari Prancis. Dia bilang, dia ingin bertemu denganmu.”“Maksudmu Mellany?”Isabelle cukup terkejut karena ternyata Tristan mengenal
Taksi berhenti di wilayah Midtown West dan Ben langsung turun usai membayar ongkos taksi. Mellany menurunkan kopernya dengan susah payah dan menyusul Ben yang sudah berjalan cepat meninggalkannya.“Hei, tunggu aku!” teriak Mellany.Ben menoleh. Dia mengernyit melihat kelakuan Mellany yang membuatnya muak dan tidak tertarik sama sekali. “Apa yang sebenarnya kamu butuhkan?” tanya Ben dingin.“Sudah ku bilang aku tidak punya uang, jadi aku...”Mellany terjekut saat Ben melempar beberapa lembar dollar ke arahnya. Gadis itu membiarkan uang berserakan di jalan dengan wajah yang ditekuk. “Aku hanya ingin berkenalan denganmu. Kenapa tidak boleh?” katanya pelan.“Nona. Aku baru kehilangan anak dan istriku, jadi aku tidak memiliki tenaga untuk meladeni permainanmu. Jika kamu tidak punya uang, aku sudah memberikannya. Silahkan tinggalkan aku.”Mellany mematung. Dia sudah menikah dan ternyata baru saja kehilangan anak dan istrinya? Itu sebabnya dia terlihat sangat menderita? Mellany menatap Ben l
Mellany Blaire berjalan sambil bersungut-sungut. Digeretnya koper besarnya keluar dari restoran cepat saji karena staff di sana memarahinya. Bagaimana tidak, semua kartunya ditolak dan dia sama sekali tidak memiliki uang cash.Gadis itu menggerutu, menaungi wajahnya dari sengatan panas matahari. Sang ayah memintanya kembali pulang ke New York karena ingin menikahkan Mellany dengan salah satu pria, anak sahabatnya. Padahal, Mellany sudah merasa sangat nyaman berada di Prancis selama lima tahun terakhir.Tapi ancaman ayahnya membuat nyalinya ciut. Dan terbukti, begitu dia mendarat, hal pahit ini terjadi. Dia tidak memiliki akses apa pun bahkan hanya untuk sekedar makan burger seharga beberapa puluh dollar saja.“Dad, aku membencimu,” teriak Mellany saat ayahnya, Teddy Blaire menghubunginya.Terdengar tawa renyah ayahnya di seberang sana, lalu pria itu berkata, “Keluarga Blaire hanya memiliki kamu sebagai puteri satu-satunya. Aku sudah tua, Mel. Semua sepupumu sudah menikah dan hanya tin