Evelyn menarik napasnya dalam-dalam berusaha untuk mengurangi ketegangan yang telah membekukan seluruh tubuhnya, dadanya mendadak pengap kesulitan bernapas.Waktu telah berlalu, sejak lulus sekolah menengah atas, Evelyn tidak pernah lagi bertemu dengan Milia. Dengan beasiswa yang telah Milia curi, dia bisa pergi keluar negeri untuk melanjutkan kuliah di sekolah bergengsi di Imperial College London.Evelyn sempat berpikir, jika dengan tidak melihat wajahnya lagi setelah sekian lama, kebencian yang mengendap didalam dadanya akan mereda.Dugaan Evelyn salah, tenyata kebencian dan amarah Evelyn terhadap Milia masih utuh.Milia telah mengukir sejarah kelam yang berkepanjangan dalam hidup Evelyn. Milia tidak hanya telah mencuri dua hal penting dalam hidupnya, dia juga telah memfitnah Evelyn hingga membuatnya dikucilkan dengan cara yang cukup menyakitkan.Sesungguhnya, setiap kali mengingat kejadian kelam yang telah Milia torehkan dalam hidupnya, Evelyn selalu ingin balas dendam dengan balas
Milia terdiam membisu, lidahnya mendadak kelu tidak sanggup membuka suara ataupun melakukan sesuatu setelah menjadi bahan tontotan Evelyn, musuh yang seharusnya tidak melihat celah kekurangannya.Bibir Evelyn berkerut menahan tawa tidak sopannya menyaksikan lelaki tua bertampang seperti bekantan, dengan percaya dirinya merangkul mesra Milia, menunjukan sebuah hubungan khusus yang bisa langsung disadari tanpa perlu penjelasan.Apa itu lelaki yang Milia sebut sempurna beberapa saat yang lalu? Seorang lelaki yang akan menikahnya?Daripada penasaran, bukankah lebih baik Evelyn mencari tahu secara langsung sekaligus mempermalukan Milia?Sekuat tenaga Evelyn mempertahan ekspresi diwajahnya, menahan tawanya menjadi sebuah senyuman ramah begitu saling bertatap dengan Alex. “Hallo. Saya Evelyn, teman masa kecil Milia, Anda kekasihnya?” tanya Evelyn seraya mengulurkan tangannya menujukan keramahan yang hanya untuk mempermalukan Milia.Milia menelan salivanya dengan kesulitan, kepanikan semak
“Saya ingin berbicara dengan Alfred.”Suara dehaman terdengar, keramahan yang sempat terdengar beberapa saat lalu berubah menjadi kehati-hatian dari lelaki dibalik telepon. “Saya akan mencoba menyambungkannya, namun jika tuan muda menolak panggilan, saya harap Anda bisa memahaminya.”Dengan sabar Noah menunggu, menantikan temannya untuk menerima panggilan.Lama Noah menunggu, memperhatikan jarum jam yang bergerak menyusuri setiap titik-titik menit diantara angka. “Ada apa?” suara dingin yang begitu familiar terdengar dibalik telepon.Noah terperanjat dengan senyuman penuh kelegaan, akhirnya dia dapat mendengar suara temannya. “Alfred, kau memiliki waktu luang hari ini? Aku ingin berbicara denganmu, ini penting,” ucap Noah penuh semangat.“Aku sibuk, kita bertemu tahun depan saja,” jawab Alfred terdengar semakin dingin.Noah terbelalak terkejut sekaligus tidak mengerti dengan kata-kata yang terlontar dari sahabatnya itu. Sepertinya ada banyak penting hal yang telah Noah lewatkan, t
Mengapa Noah mengatakan jika tidak akan menikah sebelum menjadi CEO, padahal pada saat itu dia telah menjadi suami Evelyn? Mengapa Noah merahasiakan pernikahannya dari sahabat terdekatnya? Mustahil Noah tidak mengakui isterinya didepan sahabatnya sendiri! Apakah memang dulu Noah sejahat itu pada Evelyn? Atau justru ada alasan lain yang sebenarnya yang telah terjadi?Noah menelan salivanya dengan kesulitan, tangannya yang lemah gemetar, terkepal menggenggam segumpal kekhawatiran yang bertumpuk didada.Noah mengatur napasnya beberapa saat, mengumpulkan keberanian untuk kembali bertanya, “Alfred, apa kau mengenal Evelyn isteriku?” Alfred melihat potret photo di dinding sekali lagi, melihat dengan seksama wajah Evelyn sangat asing untuknya. “Aku tidak mengenalinya.”“Kau pernah bertemu dengannya saat kita masih sekolah menengah atas, kau pernah meminta maaf kepada Eve karena tidak sengaja menabrakkan rc airplane padanya,” jawab Noah mengingatkan.Suara decihan langsung terdengar dari
Derap langkah kaki anak-anak yang berlarian terdengar di lantai ubin, tawa bahagia mereka terdengar di lorong, membicarakan kue-kue lezat yang baru berdatangan dan akan mereka santap nanti malam.Malam ini, panti asuhan sedang membuat pesta untuk merayakan ulang tahun peminpin panti, sekaligus untuk merayakan Evelyn yang akan segera mendapatkan keluarga baru dan besok dia akan pergi dijemput, tinggal di rumah barunya.Evelyn adalah salah satu anak panti yang paling dewasa didalam panti asuhan, dia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan orang tua angkat.Tidak ada data siapa orang tuanya dan asal usulnya membuat beberapa orang ragu untuk mengangkatnya, orang-orang kelas menengah ke atas sangat percaya bahwa gen dari orang tua akan menurun kepada anak.Mereka khawatir Evelyn memiliki sifat jahat dari orang tua kandungnya dan dimasa depan dia akan membawa kerugain dan mempermalukan mereka.Karena alasan menyedihkan itu, Evelyn selalu berusaha menjadi anak yang baik dan
Gemercing dari lonceng dream catcher terdengar kala angin berhembus masuk, lampu-lampu menerangi sekeliling panti asuhan tidak seperti malam-malam sebelumnya. Semua orang sedang bersuka cinta menantikan kedatangan orang yang selalu menjadi sponsor utama panti asuhan.Evelyn yang menyadari jika ini malam terakhirnya tinggal, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia begitu bersemangat membantu siapapun yang ada disekitarnya.Matahari sore sudah tenggelam sepenuhnya, menyisakan warna kebiruan di langit berbintang.“Daniel! Aku mencarimu sejak tadi, rupanya kau disini,” panggil Evelyn diantara suara tawa manisnya, memanggil seorang anak laki-laki yang tengah duduk sendirian di depan jendela karena lelah.Daniel, dia panti asuhan lain yang diungsikan karena panti asuhan sebelumnya kebakaran, Evelyn yang sebaya dengannya menjadi teman terdekatnya.“Eve,” sapa Daniel tersenyum dengan mata berbinar, melihat penampilan Evelyn dari ujung kaki hingga kepala yang terlihat cantik meski mengenakan gaun bek
“Apa kota ini tidak cocok untuk usaha baru keluargamu? Sudah beberapa kali Juan berada disini, tampaknya dia tidak menemukan satupun tempat yang cocok untuk dijadikan peternakan kuda,” tanya Chirstina.Maori tertawa renyah mendengar pertanyaan sahabatnya. “Itu sudah tidak masalah lagi untuk Juan. Juan tidak begitu kecewa, meski kami tidak menemukan tempat peternakan kuda yang cocok, secara tidak terduga justru dia menemukan anak yang sudah membuatnya jatuh cinta.”Christina ikut tertawa menyetujui pernyataan sahabatnya itu. Sudah hampir lima belas tahun Juan dan Maori menikah, Maori tidak dapat memberikan anak pada suaminya karena dulu dia pernah melakukan operasi pengangkatan rahimnya akibat kanker.Juan sempat ingin mengadopsi anak, namun dia menahan diri demi menghargai Maori yang belum bisa berdamai dengan kenyataan. Juan tidak ingin Maori berkecil hati dan berpikir bahwa rumah tangga mereka belum sempurna jika tidak ada anak.Setelah Maori berdamai dengan keadaannya dan memahami
Evelyn bergerak mundur, semakin bersembunyi dikegelapan yang memisahkan dirinya dari keramaian yang berlangsung, melihat reaksi Maori yang cukup marah, Evelyn malu dan tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf secara langsung kepadanya sekarang.Apa yang harus Evelyn lakukan sekarang? Semua orang dewasa meragukan dirinya dan memandangnya sebagai anak yang tidak tahu rasa terima kasih.Satu-satunya orang yang bisa memperbaiki kesalah pahaman ini semuanya hanyalah Milia.Tapi Milia..Evelyn meringis tidak kuasa menahan tangisannya, meremas kuat dadanya yang sakit.Disini, ditempat ini Evelyn sendirian menanggung rasa bersalah yang teramat dalam kepada semua orang. Sementara Milia, dia berada dikeramaian tengar tertawa riang tidak sedikitpun menunjukan rasa bersalah setelah berbohong kepada Evelyn.Lebih menyakitkannya lagi, kini Milia memamerkan gaun dan sepatu yang dia pakai didepan semua orang, mengarang cerita bahwa Evelyn telah memberikannya pada Milia. Tanpa ragu Milia memperpan
Sudah lebih dari lima belas menit Noah menunggu, tidak ada tanda-tanda Evelyn akan segera kembali. Noah tidak menduga jika percakapan antara Evelyn dan ibunya akan jauh lebih lama dari apa yang diperkirakan.Apakah mungkin, telah terjadi suatu hal buruk dan pembicaraan tidak berjalan sesuai dengan apa yang harapkan? Noah menurunkan jendela mobilnya, dia memutuskan untuk menunggu lima menit lagi dan jika Evelyn belum kembali, maka Noah akan masuk menyusul masuk untuk memastikan keadaan.Getaran handpone terdengar disaku, Noah melihatnya sekilas sekadar membaca pesan singkat dari Paul bahwa dia telah selesai menyiapkan semua yang Noah perintahkan.Tubuh Noah menegak seketika begitu melihat sosok ibunya keluar dari restaurant seorang diri sambil mengusut matanya dengan sapu tangan.Noah segera keluar dari mobil, namun belum sempat dia memanggil ibunya. Sarah telah dipersilahkan masuk oleh sopirnya, dan mobil yang ditumpangi Sarah bergerak cepat meninggalkan area parkiran restaurant.Dil
Evelyn terpaku kaget mendengar permintaan maaf yang kembali terucap dari mulut Sarah. Seorang wanita yang selama ini begitu membencinya dan selalu merendahkan statusnya sebagai seorang janda yatim piatu.Satu tahun lebih Evelyn mengenal Noah, dan selama itu pula Sarah membencinya seakan tidak ada satu kebaikan pun yang pantas Evelyn miliki.Apakah kini Evelyn senang Sarah tiba-tiba meminta maaf padanya? Dibandingkan senang, justru Evelyn bingung, mengapa setelah sekian lama, kini tiba-tiba Sarah meminta maaf kepadanya? Apa karena pengaruh keluarga Evelyn yang mau tidak mau harus Sarah akui bahwa kini mereka sederajat.Ataukah mungkin Sarah melakukannya semata-mata hanya untuk menjaga keharmonisan hubungannya dengan NoahTangan Evelyn terkepal dibawah meja, memandangi wajah sendu Sarah yang banyak tertunduk tidak tidak seangkuh biasanya. Dapat Evelyn lihat kantung matanya yang membengkak menandakan bahwa dia tidak kurang beristirahat.“Apa yang membuat Anda bersedia meminta maaf kep
Milia duduk meringkuk di sudut ruangan bersama puluhan wanita lainnya, terkurung dalam sel sempit dengan berbagai orang criminal lainnya yang terlibat dalam kasus hukum. Wajahya yang babak belur masih menyisakan bekas luka meski telah berlangsung berhari-hari. Ada cekungan yang dalam di wajahnya, rambutnya terlihat kusut terikat sembarangan tanpa disisir. Milia yang selalu tampil cantik sempurna, setiap saat merawat diri, kini keadaannya nyaris tidak kenali. Baru satu malam Milia dikurung di balik jeruji besi. Begitu keadaannya sedikit membaik, pulang dari rumah sakit kedua tangan dan kakinya diborgol dan langsung digelandang ke tempat penahanan. Tidak ada waktu untuk dirinya berisirahat dan mendapatkan sedikit ketenangan. Sejak kematian Alex, setiap malam Milia selalu menangis terbayang-bayang kenangan mengerikan yang telah terjadi. Setiap kali terbayang kejadian itu, Milia sering kali menangis histeris berpikir bahwa saat ini dia telah terjebak dalam dunia mimpi. Milia m
Langit sore memantulkan cahaya yang cerah dan hangat. Edgar duduk diantara Noah dan Evelyn yang mengantarnya, anak itu memeluk erat lengan Evelyn menyalurkan kegelisahan yang kembali datang menjelang keberangkatannya yang akan pulang diantar oleh Agatha.Edgar tidak tahu apakah perpisahan ini harus dia tangisi atau justru harus dia rayakan dengan penuh rasa syukur.Edgar sedih karena harus berpisah dengan orang-orang terkasihnya, disisi lain dia begitu bahagia karena perpisahan ini akan menjadi mulai proses pengadopsiannya. Mimpinya, do’anya, Tuhan telah menjawabnya dan memberikan jauh-jauh lebih besar dari apa yang Edgar minta.Ditengah kegelisahan Edgar, Diam-diam Evelyn dan Noah saling memandang dan melempar senyuman hangat. Mungkin perpisahan sementara ini sedikit akan sedikit menyedihkan, namun mereka sangat yakin akan ada sesuatu yang luar biasa menanti.Noah mengusap bahu Edgar beberapa kali. “Nanti saat kau kembali, akan ada kamar baru untukmu. Kau mau kamar cat warna apa?” t
Hari ini, hari keberangkatan Edgar setelah beberapa hari lamanya tinggal.Kebahagiaan yang sempat hadir harus kembali Evelyn lepas utuk sementara waktu, mengikhlaskan Edgar dibawa oleh yayasan yang akan melindunginya sebelum sebelum Evelyn dan Noah berhasil mendapatkan surat putusan pengadilan bahwa Edgar menjadi anak adopsinya.Cukup berat melepaskan Edgar pergi, kehadiran anak itu sudah mewarnai hari-hari rumah tangga Evelyn bersama Noah. Melukiskan banyak kenangan indah yang sempat Evelyn mimpikan di masa kecilnya.Evelyn bahagia, begitupun dengan Noah yang selama beberapa hari terakhir ini telah berperan baik sebagai seorang ayah untuk Edgar.Perpisahan sementara ini mungkin akan sedikit menyakitkanEvelyn yakin, saat ini Edgarpun merasakan kesedihan yang sama. Sepanjang pagi ini anak itu terlihat gelisah dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Evelyn terbangun dari lamunan kecilnya begitu mendengar suara klakson, samar keningnya mengerut melihat mobil Noah yang sudah berada di
Noah terhenyak kaget mendengar permintaan maaf yang tidak pernah dia bayangkan akan tercetus dari mulut ibunya yang selama ini selalu merasa benar sendiri dengan segala pandangan hidupnya.Apa yang telah membuat Sarah akhirnya meminta maaf? Apa dia sudah mulai menyadari kesalahannya? Atau mungkin Sarah berpura-pura?Tapi Sarah bukanlah seseorang yang suka berpura-pura dihadapan Noah, dia selalu blak-blakan karena itu juga mereka sering kali berdebat.Melihat keraguan Noah, Sarah menggenggam tanganya dengan senyuman sedih bercampur malu. Sarah mengerti jika Noah tidak percaya dengan kesungguhannya yang meminta maaf, Sarah sudah terlalu sering membuat kesalahan dan mengecewakan Noah.Dengan suara bergetar Sarah berkata, “Ibu telah salah Noah, maaf atas semua kesalahan yang sudah ibu lakukan padamu dan Eve selama ini. Ibu berjanji, ibu tidak akan pernah melakukan kesalahan yang sama lagi, tidak akan pernah lagi mengganggu ketentraman rumah tangggamu lagi, tidak akan pernah berbicara bur
“Nyonya Sarah sudah tidak masuk kerja sejak empat hari yang lalu,” ucap sang assistant, menjawab pertanyaan Noah yang mempertanyakan keberadaan ibunya karena sudah lama tidak terlihat.Pantas saja, selama empat hari ini Noah tidak bertemu dengan ibunya, biasanya Sarah sering datang berkunjung ke ruangan kerja Noah meski itu hanya sekadar mengajak makan bersama dan meminta bantuan.“Apa Ibu pergi liburan?” tanya Noah lagi.“Sepertinya tidak Pak. Semua pekerjaan nyonya Sarah saya kirim ke rumah, dan pagi harinya, sopir nyonya Sarah datang mengantar, itu artinya nyonya Sarah ada di kediamannya.”"Terima kasih informasinya," ucap Noah sebelum pergi meninggalkan keberadaan ruangan Sarah.Sejak di malam pesta keluarga Evelyn, Noah tidak pernah mencoba menghubungi Sarah.Noah berpikir bahwa ibunya perlu waktu untuk merenungkan diri tanpa perlu lagi diingatkan akan setiap kekeliruannya.Pesta di malam itu mungkin secara tidak langsung telah mempermalukan Sarah. Namun, Noah tidak pernah mengkh
Suara sirine ambulance dan mobil kepolisian terdengar dijalanan, beberapa pengendara memilih menepi memberikan ruang untuk mobil-mobil itu bergerak menuju rumah sakit.Dalam keadaan lemah dan babak belur hingga darah yang masih menodai pakaiannya, Milia duduk meratap diantara dua polisi yang menjaganya.Milia tidak dapat menjawab ketika ditanya pihak kepolisian yang meminta keterangan darinya. Milia terguncang dengan apa yang telah terjadi, tindakannya melukai Alex adalah sesuatu yang spontan sehingga Milia tidak pernah menyangka bahwa malam ini akan berakhir menjadi malam yang berdarah.Dalam keadaan kedua tangan yang terborgol, kini Milia akan dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan jahitan di beberapa bagian tubunya yang terluka yang terluka parah, sementara Alex harus dilakukan autopsy setelah dinyatakan meninggal.Milia menengok keluar jendela, air matanya berjatuh membasahi pipi.Semuanya masih terasa seperti mimpi bagi Milia, segalanya terjadi begitu cepat setelah satu jam dia
"Dokter tinggal disini?" tanya Edgar sambil melangkah terpincang-pincang menggenggam tangan Evelyn yang menuntunnya masuk.Selepas pesta, Evelyn memutuskan untuk membawa Edgar agar bisa menginap sebelum anak itu kembali ke dibawa ke panti asuhan. "Aku berharap suatu hari nanti, kau juga akan tinggal disini," jawab Evelyn.Edgar tersenyum sungkan, sudah terlalu banyak kebaikan yang dia terima dari Evelyn, cukup dengan diberi kesempatan melihat dan bertemu Evelyn kembali, Edgar sudah sangat merasa bersyukur.Sempat Edgar berpikir, bahwa selamanya dia akan ada di tanah gersang, berselimut debu panas akibat peperangan, menanti giliran seperti anak-anak lainnya yang menyerah setelah melalui berbagai kejadian menyakitkan, atau pergi menjadi budak korban perjual belian anak.Tidak pernah sedikitpun Edgar akan membayangkan bahwa dia akan di tempat indah ini.Menyaksikan setitik surga yang dimimpikan semua anak-anak korban perang seperti dirinya, Sebuah kota yang damai tanpa ledakan artileri