Home / Romansa / Suami Warisan / 51 - Batu Bertuah

Share

51 - Batu Bertuah

Author: Serafina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

SUAMI WARISAN

51 – Batu Bertuah

Tak terasa sudah mendekati hari Rabu, hari keramat bagi Rengganis dan Narendra. Batas waktu di mana Rengganis memberikan kesempatan pada Narendra untuk membuktikan kesaktiannya.

Pada hari Selasa, Rengganis sudah mencapai berat badan yang diinginkannya. Dia tersenyum puas saat mematut-matut dirinya di depan cermin.

Ketelanjangan tak lagi merisaukannya. Dia sudah cukup percaya diri dengan bentuk tubuhnya, lemaknya sudah dibakar habis oleh kegiatan yang menguras keringat.

Mungkin ini alasan kenapa para model pede aja pose telanjang atau pakai baju seksi. Mereka kelihatan luar biasa, mereka nyaman dengan tubuh mereka dan percaya diri …. Pikir Rengganis, dia mengangkat segumpal rambutnya, membawanya naik ke atas kepalanya hingga dia bisa memeriksa lehernya yang jenjang.

No more double chin! Oh, My God, this is miracle!

Dia beralih pada pahanya yang lebih ramping,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
kemajuan, minimal gak telanjang wkwkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Warisan   52 - Hadiah Perpisahan

    SUAMI WARISAN 52 – Hadiah Perpisahan Tengah malam, Rengganis berbaring telentang memandang langit-langit kamar. Matanya nyalang menerawang, tidak seperti biasanya dia gugup luar biasa. Tiga gaun cantik tergantung di depan lemarinya, sudah rapi terbungkus dengan plastik laundry. Tiga gaun yang menjadi masterpiece-nya. Namun Rengganis masih merasa ada yang kurang, ada sesuatu yang tidak berada di tempatnya tetapi dia tidak bisa menemukan apa itu. Saking paniknya, dia hanya bisa menatap langit-langit kamarnya hingga matanya terpejam. Subuh-subuh, Rengganis terbangun dengan kaget. Kokok ayam jago yang nangkring di jendela kamarnya membuat jantungnya hampir saja copot. Hah! Jam berapa ini?! Rengganis buru-buru lari ke kamar mandi. Secepat kilat dia mandi dan berpakaian. Begitu pintu kamarnya terbuka, Narendra dan Ipah berdiri menunggunya dengan senyuman di wajah mereka. “Ah, kalian ….” Rengga

  • Suami Warisan   53 - Penampilan Baru

    SUAMI WARISAN53 – Penampilan Baru“RENGGANIS, IS THAT YOU?!”Suara Sarah bernada satu oktaf lebih tinggi dari pada gemuruh percakapan di ruang meeting siang itu. Rengganis menoleh dan melihat sang Boss datang menghampiri dengan mata terbeliak. Ketukan heels yang khas terdengar di lantai granit. Setengah berlari, si empunya rumah mode terkenal itu menyeruak kerumunan.Sarah tidak bisa mempercayai penglihatannya, Rengganis, perempuan paling gemuk yang pernah dikenalnya kini lenyap digantikan oleh sosok perempuan cantik dan langsing.“Hai, Bos. Apa kabar?” tanya Rengganis menyunggingkan senyum manisnya.Sarah serasa ditonjok begitu melihat lesung pipi menawan yang pertama kali di lihatnya. Dia mengerjapkan matanya, berharap ini semua hanya mimpi.“Wait, berapa lama kita enggak ketemu?” tanyanya sambil menghitung dalam hati. Rasanya belum lama dia meminta Rengganis cuti aga

  • Suami Warisan   54 - Semesta Berkonspirasi

    SUAMI WARISAN54 – Semesta BerkonspirasiSuasana malam di rumah terasa sepi.Ketidak-hadiran Rengganis sangat terasa. Ipah dan Narendra kini jatuh kembali pada kebiasaan lama mereka.Ipah makan malam sendirian di dapur sementara Narendra memilih untuk duduk di teras belakang. Di tangannya ada sebatang kayu yang diserutnya hati-hati. Dia tidak tau hendak membuat apa, yang jelas Narendra membutuhkan kegiatan untuk mengusir sepi.Ini malam pertama Rengganis kembali ke Jakarta namun Narendra sudah merindukannya.“Tuan! Tuan!” Ipah datang tergopoh-gopoh sambil mengacungkan sesuatu di tangannya.Narendra menoleh, dia menaruh pisau kecilnya dan bertanya, “Ada apa, Pah?”“Tuan, ini telepon dari Nyonya!” Ipah menyodorkan sebuah ponsel lipat kecil yang sudah ketinggalan zaman.“Rengganis?” tanya Narendra kaget.Ipah mengangguk.Ponsel b

  • Suami Warisan   55 - Jakarta Fashion Show

    SUAMI WARISAN 55 – Jakarta Fashion Show Hari-hari berlalu tanpa telepon dari Rengganis lagi. Narendra berusaha tidak mempermasalahkannya. Dia berusaha meyakinkan dirinya kalau Rengganis sedang sangat sibuk, sampai-sampai tidak punya waktu untuk menelepon walau pun sekadar bertanya kabar. Namun, tanpa sepengetahuan Rengganis, Narendra sering berkunjung ke rumahnya di tengah malam. Lelaki itu berteleportasi ke kamar Rengganis untuk melihat perempuan itu tidur. Sering kali Narendra memergoki Rengganis tidur di ruang tamu atau tertidur di meja kerjanya. Narendra tidak memindahkannya atau menyelimutinya, karena tidak ingin Rengganis kaget dan berpikir yang macam-macam. Dia hanya datang untuk melihat, memastikan istrinya baik-baik saja, kemudian menghilang. Jika saja Rengganis tau, pastinya Narendra sudah diteriakinya ‘MALING…!’ Narendra menatap layar TV tanpa selera. Sebelah tangannya sibuk memencet-mencet tombol remo

  • Suami Warisan   56 - Pendatang Baru

    SUAMI WARISAN56 – Pendatang BaruSepanjang sejarah Jakarta Fashion Show belum pernah ada model yang mampu mengguncangkan panggung catwalk. Namun, malam itu, Narendra mengukir sejarah di atas panggung JFS untuk pertama kalinya.Sosok lelaki tinggi bertubuh tegap berwajah tampan dengan sorot mata tajam itu berhasil mengambil hati banyak orang; lelaki dan perempuan. Mereka terpesona dengan cara jalan Narendra yang kelihatan penuh percaya diri. Seakan dia sudah banyak kali berjalan di panggung yang disiram cahaya terang lampu sorot dan jepretan blitz kamera.Teriakan dan tepuk tangan mengiringi setiap langkah yang diambil Narendra. Dia mengikuti model yang berjalan di depannya, ‘Pandangan lurus ke depan, bahu tegak, jangan senyum.’Pikiran-pikiran para lelaki yang lalu-lalang di sekitarnya membuat Narendra cukup percaya diri berdiri dan berjalan di atas panggung itu. Dia juga mengikuti pose standar yang

  • Suami Warisan   57 - Tanda Jodoh

    SUAMI WARISAN57 – Tanda JodohMalam itu, Narendra mengecap rasanya ketenaran.Setelah mengukir janji manis bersama dengan Rengganis, Narendra kembali bersemangat untuk menjalani satu sesi tambahan di atas panggung runway pertamanya.Di bawah siraman cahaya lampu sorot, Narendra merasakan euforia yang belum pernah dirasakannya, riuhnya tepuk tangan dan suitan orang-orang yang ditujukan untuknya memekakkan telinga, dentuman jantungnya lebih keras dari pada biasanya.Ah, ini yang namanya tenar, pikir Narendra sambil mengedarkan pandangannya. Wajah-wajah dengan ekspresi kagum tertuju padanya. Bayangan dirinya memantul dari pupil mata mereka, para penonton dan penikmat fashion yang terpesona dengan kehadirannya.Lima menit ketenaran itu membangkitkan adrenalin dalam dirinya. Narendra kembali ke belakang panggung dan disambut lagi oleh tepuk tangan para kru.Kali ini, ada wajah Rengganis di antara mereka. Naren

  • Suami Warisan   58 - Nakal dan Binal

    SUAMI WARISAN58 – Nakal dan Binal“Uuuuhhh, yes, Baby. Ahh …. Yesh …. Emh …. Yeah ….”Desahan binal terdengar dari balik pintu saat Mahesa hendak masuk ke dalam kamar mandi VIP. Tangannya yang nangkring di atas kenop pintu sontak lepas, seakan dia baru saja tersengat listrik.Mahesa mendekatkan telinganya ke daun pintu dan mendengarkan aktivitas seksual di dalam sana.Dasar jalang …. Bisa-bisanya di saat seperti ini malah ngeseks. Mahesa tidak habis pikir dengan kelakuan Sarah yang ternyata tidak berubah.Waktu baru saja merayap menuju tengah malam. Pesta semakin tidak terkendali, dan ternyata Sarah juga tidak bisa mengendalikan libidonya.Tadinya Mahesa ingin segera pergi dari sana, namun kandung kemihnya hampir meledak ditahan sejak tadi. Tidak mungkin dia turun dan pergi ke toilet umum pria yang pastinya ramai. Dia paling anti mengantri.

  • Suami Warisan   59 - Mabuk dan Ceroboh

    SUAMI WARISAN59 – Mabuk dan Ceroboh“Di mana Rika?” Mahesa bertanya begitu dia kembali ke meja, Rengganis duduk sendirian di sana.“Tadi pergi ngecek backstage, kenapa?” Rengganis menaruh ponselnya kembali ke tasnya dan menoleh pada Mahesa yang mengambil duduk di sampingnya.“Dia harus pergi ke toilet pria untuk jemput Sarah.” Mahesa mengambil gelas minumannya dan meneguk sedikit alkohol yang tersisa di sana.“Maksudnya? Ngapain Bos di toilet pria?”“She’s drunk and reckless.”(Dia mabuk dan ceroboh.)Alis Rengganis terangkat, walau dia tidak mengerti apa maksud Mahesa, lebih baik dia mencari tau saja sendiri.“Aku aja yang cek.” Dia hendak berdiri, namun tangan Mahesa menahannya, “Jangan, enggak usah. Kamu di sini aja …. Sama aku.”Rengganis tersipu, dia mengulum senyumn

Latest chapter

  • Suami Warisan   SEKUEL SUAMI WARISAN

    KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha

  • Suami Warisan   175 - Sailendra [TAMAT]

    SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha

  • Suami Warisan   174 - Lembaran Baru

    SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan

  • Suami Warisan   173 - Terputus Kutukan

    SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan

  • Suami Warisan   172 - Perpisahan dan Kebenaran

    SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya

  • Suami Warisan   171 - Binasa

    SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.

  • Suami Warisan   170 - Hiduplah, Berbahagialah

    SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld

  • Suami Warisan   169 - Kelahiran

    SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis

  • Suami Warisan   168 - Satu Menit Saja

    SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada

DMCA.com Protection Status