SUAMI WARISAN
132 – Malam Pertama
“Honey, the tub’s ready…!”
Panggilan Mahesa dari kamar mandi bersamaan dengan selesainya Rengganis menghapus makeupnya. Dia tersenyum dan beranjak dari meja rias. Sekali lagi memeriksa penampilannya. Walaupun wajahnya sudah dibersihkan oleh MUA, Rengganis melakukan ‘deep cleansing’ untuk membersihkan residu makeup yang mungkin saja masih tersisa.
Sesuai dugaan, mereka baru bisa beristirahat dan masuk ke kamar setelah lewat tengah malam. Mahesa berinisiatif untuk mengisi bathtub untuk mereka mandi bersama sebelum melakukan malam pertama.
Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan seks, namun rasanya mendebarkan melakukan seks di malam pertama mereka setelah sah sebagai suami-istri.
“Ya, sebentar, Sayang…!” balas Rengganis, dia melepaskan bra dan celana dalamnya kemudian memakai baju handuk yang diikat asal-asalan, sengaja menampilkan
SUAMI WARISAN133 – Sarang CintaSetelah menghabiskan dua malam mengurung diri di dalam kamar bulan madu, akhirnya Mahesa dan Rengganis keluar dari sarang cinta mereka.Keluar untuk berpindah tempat; membuat sarang cinta yang baru.“Aku ke toilet dulu sebentar…” Mahesa melepaskan genggaman tangan mereka dan beranjak dari sofa lounge bandara tempat mereka menunggu jadwal keberangkatan menuju tujuan bulan madu mereka;Rengganis mengangguk, dia menunggu sembari memeriksa ponselnya. Ada banyak notifikasi; pesan ucapan selamat, mention dan tag dari tamu undangan yang memposting foto-foto dan video pernikahan mereka.Kebanyakan dari mereka mengucapkan selamat dan mengagumi pesta pernikahan Mahesa dan Rengganis.Pesan panjang dari WO yang mengucapkan selamat sekaligus terima kasih. Setelah resepsi yang sukses besar, mereka kebanjiran order.Rengganis membalas pesan-pesan yang masuk. Senyum tak bi
SUAMI WARISAN134 – Kerinduan dan Keinginan“Duuhh, Akang…! Gatel Eneng teh, buruan atuh dimasukin …. Ahhh… enak disitu, Kang… hayu, buruan…”“Udah mau keluar belum, Neng?”“Belom, Kang… masukin dulu, nanti Eneng cepet keluarnya.”“Ini udah cukup?”“Ahhh… ah… ahh… eng-enggak, Kang. Jangan pake jari aja. Itunya juga masukin atuh…”Tubuh Eneng menggeliat-geliat di atas tikar, matanya nanar memandang Narendra, memelas ingin permintaannya segera terpenuhi. Namun Narendra tidak mengindahkannya. Dia meremas buah dada Eneng yang terlepas dari branya, berharap dengan begitu Eneng bisa cepat keluar dan menciptakan energi baginya.“Argh… argh… argh, enak, Kang. Di situ. Iya… lagi, Kang… duh, enak banget. Enggak tahan…” rintih Eneng yang ribut.
SUAMI WARISAN135 – Fase Bulan MaduGreece is a muse.Yunani punya sihir yang mengundang inspirasi untuk berkreasi dengan cara yang tidak bisa dijabarkan dengan kata-kata.Setelah menikmati waktu di Athena, pasangan Rengganis dan Mahesa bertolak ke sebuah pulau romantis Crete. Ibu kotanya bernama Chania (juga disebut Hania), yang dibangun di atas area Minoan Kidonia, di ujung jurang antara semenanjung Akrotiri dan Onicha.“Sejarahnya setelah Arab dan Byzantium ditaklukkan oleh Venesia pada tahun 1252 dan diberikan kepada Turki pada tahun 1669, kemudian pulau ini di aneksasi ke seluruh Negara Yunani pada Desember 1913 di bawah pemerintahan Eleftherios Venizelos dan Raja Konstantinos ke-1. Kota Chania ini merupakan kota tua tempat pemukiman yang dibatasi oleh tembok Venesia yang mengelilinginya.”“Dari mana kamu tau soal sejarahnya?” tanya Rengganis heran. Dia menoleh pada suaminya sembari menyuap se
SUAMI WARISAN136 – Lamunan sang KekasihAtmosfer berbeda langsung terasa begitu mereka menginjakkan kaki di Resort and Spa Stella Island, apalagi dengan aturan ‘Adult Only’.Resort itu memang dimaksudkan sebagai hotel tempat berbulan madu bagi pasangan.Mahesa dan Rengganis mendapatkan kamar dengan private pool dan sunbed pribadi. Hari pertama mereka menginap di sana, Mahesa sama sekali tidak membawa Rengganis keluar kamar.Mereka benar-benar membuat sarang cinta di dalam honeymoon villa. Namun ada yang berbeda dengan Rengganis, Mahesa merasakan itu.Istrinya itu seringkali tepergok melamun, dia juga sering gelisah dalam tidurnya. Satu-satunya waktu Rengganis terlihat seperti dirinya ketika mereka bercinta. Seolah perempuan itu mengalihkan fokusnya pada aktivitas seksual mereka.Tapi lama-kelamaan mereka berdua kelelahan dan pada hari kedua, Mahesa dan Rengganis memilih untuk bersantai dan berjalan-jal
SUAMI WARISAN137 – Tindakan dan KonsekuensiTarikan keras menyedot tubuh Narendra yang melayang-layang di udara. Seolah ada seseorang yang menarik tali tak kasatmata di punggungnya, menarik dan membawanya pergi. Melayang dalam dimensi berwarna-warni, melesat melewati lorong waktu dan kembali ke tubuhnya yang terbaring di lantai.“HAH!” Narendra terbangun dengan tubuh banjir peluh.“Alhamdulillah…!” Ipah menjerit penuh syukur melihat majikannya yang beberapa saat lalu terkapar hampir mati di lantai kini kembali hidup “Makasih, Prabu!”Pandangannya kembali terfokus, Narendra menoleh dan melihat sosok Prabu berdiri di atasnya sambil menunduk.Ada murka dalam sorot matanya.Narendra langsung bersujud di hadapannya, “Saya bersalah, Prabu! Saya pantas mati!”Ipah terhenyak melihat sikap majikannya yang tidak biasa. Lelaki ini baru saja sadar dari pingsannya d
SUAMI WARISAN138 –FirasatMerindu itu berat.Layaknya janji, rindu harus ditunaikan.Namun saat ini, tak ada yang bisa Narendra lakukan. Dia hanya berbaring di atas kasur, dirawat oleh Ipah dan melamun menunggu yang tak pasti.Dia sudah nekat mencoba menelepon Rengganis, namun nomor Rengganis tak bisa dihubungi. Dia hendak menelepon Mahesa, tapi kemudian mengurungkan niatnya.Mana mungkin dia menelepon Mahesa mencari keberadaan istrinya.Terpaksa Narendra menunggu dengan resah. Selama dirawat oleh Ipah, tubuhnya yang tadinya lemah mulai berangsur pulih. Kemudian Narendra merasakan keanehan pada dirinya.Awalnya Narendra tidak menyadari keanehan itu, dia fokus memulihkan dirinya agar bisa kembali ke Jakarta. Namun lama-kelamaan dia menyadari bahwa dia telah kehilangan sesuatu.“Pah, saya mau kembali ke Jakarta. Kamu sebaiknya tinggal di rumah Uwak kamu saja.”Ipah yang sedang member
SUAMI WARISAN139 – Aku, Dirimu, Dirinya“Anak-anak tadi kaget aku datang ke kantor tiba-tiba.” Mahesa membuka percakapan ketika mereka berdua asyik nonton TV di kamar.Rengganis yang menyandar di dada Mahesa mendongak pada suaminya, “Terus?”Mahesa menatap layar TV sambil mengelus rambut Rengganis perlahan-lahan, “Mereka mau ngadain pesta.”“Pesta apa lagi?” tanya Rengganis heran.“Project terbaru yang gol. Karena aku udah pulang, jadi mereka mau ngadain secepatnya. Tadinya mau tunggu aku pulang, hahaha…” Mahesa tertawa mengingat ekspresi terkejut dari anak buahnya ketika melihat kedatangan sang Bos Besar yang tiba-tiba. “kamu gimana? Ada kabar apa hari ini?”Rengganis tidak mungkin mengatakan kalau Narendra tadi meneleponnya, dia hanya menggeleng, “Enggak ada yang seru. Aku tidur seharian. Ibu belanja dan kayanya beliau berharap
SUAMI WARISAN140 – Pencuri HatiPandangan mata Narendra mengikuti setiap langkah Rengganis, dia menunggu selama beberapa saat sebelum menyusul perempuan itu.Setelah memastikan Mahesa asyik mengobrol dengan kawan-kawannya, Narendra menyelinap pergi. Untung saja dia sempat menangkap bayangan Rengganis yang berbelok di tikungan. Ada beberapa orang yang nongkrong-nongkrong di koridor, menghindari kebisingan dalam ruangan, namun masih ingin tetap berada di pesta.Narendra menahan langkahnya agar terlihat santai walau dia ingin buru-buru menyusul Rengganis. Kepalanya sesekali menengok ke belakang, memastikan tidak ada yang mengamati gerak-geriknya. Detak jantungnya bergemuruh memekakkan telinga, adrenalin mengalir deras. Dirinya seperti seorang pencuri yang akan melakukan aksinya.Namun, sekarang dia akan mencuri Rengganis dari Mahesa, mengklaim kembali kepemilikan atas diri perempuan yang sempat terlepas darinya.Begitu berb
KEKASIH AKHIR PEKAN Sekuel of Suami Warisan by Serafina Di umurnya yang telah menginjak angka 25 tahun, Sasikirana belum pernah pacaran. Dulu dia bersekolah di rumah karena sering berpindah-pindah hingga membuatnya kesulitan untuk bersosialisasi. Namun sekarang, Sasi seorang kurator galeri seni yang andal. Suatu hari, Sasi diminta Direktur Galeri untuk membuat pameran seorang pelukis misterius. Sasi berhasil menemukan alamatnya di pedesaan yang terpencil. Di sana dia bertemu sang pelukis. Tak disangka, di pertemuan pertama mereka, lelaki itu malah menawarinya untuk jadi kekasihnya setiap akhir pekan. Apakah Sasi menerima tawarannya? “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu jadi kekasihku setiap akhir pekan?” -SNIPPET KEKASIH AKHIR PEKAN- “Aku tau kamu kesepian, aku juga. Jadi maukah kamu menjadi kekasihku setiap akhir pekan?” Sasi memandang lelaki yang berdiri di ha
SUAMI WARISAN 175 – Sailendra [TAMAT] -EMPAT TAHUN KEMUDIAN- Diri kita bisa pulih sekaligus merasa hancur di waktu yang bersamaan. Pulih adalah perjalanan yang melibatkan penerimaan atas diri selagi kita hancur, berbenah kemudian membangun kembali diri kita. Waktu menjadi satu-satunya obat bagi Rengganis. Menit berganti jam, kemudian hari berubah jadi minggu sampai tak terasa tiga tahun sudah berlalu. Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi balita yang menggemaskan. Celotehannya menceriakan ruangan, derap langkah kakinya menggemakan keriuhan yang hanya berjeda ketika dia memejamkan mata. “Gimana kabarnya?” pertanyaan itu tidak pernah alpa ditanyakan Mahesa setiap kali dia menelepon Rengganis. “Baik.” Rengganis tersenyum sambil melirik lelaki kecilnya yang berlarian di sekeliling ruangan “makasih kadonya, ya. Dia seneng banget…” Terdengar tawa Mahesa di seberang telepon, “Ya, begitu liha
SUAMI WARISAN 174 – Lembaran Baru Gemuruh guntur terdengar di kejauhan. Kilatan cahaya memantul di atas kaca jendela. Rengganis buru-buru menutup tirai jendela, udara terasa pengap ketika awan hitam menggumpal di atas langit Jakarta. Bayinya terbangun, matanya yang bulat mengerjap-ngerjap sementara badannya bergerak-gerak gelisah. Rengganis tersenyum kemudian mengangkat bayinya dari boks “Cup, cup, Sayang …. Kaget, ya?” Bayinya tak banyak menangis. Hanya sesekali gelisah dan merengek ketika popoknya basah. Dia begitu tenang, begitu mirip dengan ayahnya. Rengganis menimang-nimang bayinya, matanya lekat memandangi setiap inci wajah bayi lelaki yang paling tampan itu. Semakin dilihat, semakin terlihat jelas kemiripan antara buah hatinya dan Narendra. Hidungnya …. Matanya …. Caranya menatap mengingatkannya pada lelaki itu. Bayi yang baru berusia beberapa bulan itu bagaikan pinang dibelah dua dengan lelaki yan
SUAMI WARISAN173 – Terputus KutukanMak Saadah yang sudah renta masih mampu naik ke gunung untuk mencari kayu bakar. Tubuhnya yang kurus terbakar matahari tidak pernah meninggalkan gunung yang selama ini menjadi sumber penghidupannya.Walaupun anak-anaknya kerap kali mengingatkan untuk berhenti mencari kayu bakar karena di rumah sudah ada kompor gas, namun Mak Saadah tidak menghiraukan omongan anak-anaknya. Ada kesenangan sendiri berada di hutan gunung.Hidup di desa yang berubah sangat cepat membuat Mak Saadah kewalahan. Cucu-cucunya tidak mau diajak ke kebun apalagi ke hutan, mereka lebih senang diam di rumah dengan hapenya, bermain game dan marah-marah jika kuotanya habis.Daripada pusing mendengar cucu dan menantunya bertengkar soal kuota internet yang tak dimengerti olehnya, Mak Saadah memilih pergi ke hutan. Perasaannya mengatakan bahwa di sana ada sesuatu yang sedang menunggunya.“Mau kemana, Mak?” tan
SUAMI WARISAN 172 – Perpisahan & Kebenaran Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Rengganis – begitu pun dengan orang tuanya – bahwa dia akan bercerai secepat ini, padahal pernikahan mereka masih seumur jagung. “Tapi masih mending lu, Kak. Daripada Kim Kardashian yang cuma nikah 72 hari.” Maya berusaha membesarkan hati Rengganis, namun tidak mempan. Rengganis masih mellow. Dulu dia memang berniat untuk menceraikan Mahesa dan memilih Narendra, namun sekarang Narendra tak tentu rimbanya. Dia ingin marah, namun tidak tau diarahkan kemana amarahnya itu. Sejak kepulangannya dari RS, kemudian tinggal kembali di kamarnya, tak sehari pun Rengganis melewatkan sehari tanpa menangis. Papa dan Mama jadi serba salah. Mereka sudah berusaha menghibur Rengganis, namun masih suka mendengar isak lirih anaknya itu di malam hari. Walau pada pagi dan siang harinya Rengganis bisa menutupi kesedihannya, tapi di malam ya
SUAMI WARISAN171 – Binasa-FLASHBACK-Mobil yang dikendarai Narendra seolah tidak punya rem. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, terburu-buru seperti dikejar setan.Dia keluar dari rumah sakit, terus masuk ke tol kemudian ngebut menuju hutan. Menurunkan kecepatan jika lalu lintas padat, namun setiap ada kesempatan, Narendra terus menginjak gas.Sang Akang baru berhenti ketika sampai di depan rumah warisan.Lelaki itu masuk ke dalam rumah, menaruh beberapa barang di kamarnya, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.Kali ini dia pergi menuju hutan. Masuk ke dalam, terus ke tengah, meleburkan diri di antara rapatnya pepohonan. Tanpa bekal, tanpa persiapan. Hanya baju yang melekat di badan.Ingatannya yang masih segar menjadi modalnya untuk menyusuri jalan setapak yang dahulu mudah dia susuri. Sekarang, setelah kekuatannya menghilang, Narendra hampir kehabisan napas untuk mencapai tujuan.
SUAMI WARISAN170 – Hiduplah, Berbahagialah Beberapa saat yang lalu, di ruang operasi ….Sekelompok orang yang terdiri dari dokter utama, dokter anestesi, asisten dan perawat mengelilingi meja operasi.Tubuh Rengganis tergolek di atasnya. Tak sadarkan diri namun sedang berjuang untuk melahirkan bayinya.Sementara itu di balik kaca jendela, berdesakan dokter-dokter muda yang menonton proses kelahiran. Mereka mengamati setiap tindakan dengan cermat, tak lupa mencatat untuk laporan.Semua orang gugup, juga bersemangat.“Coba perhatikan tekanan darahnya, kelihatannya normal, kaya orang tidur gitu, ya?” bisik seorang calon dokter spesialis, dia menyenggol temannya agar melihat angka yang menunjukkan tekanan darah Rengganis.“Iya, luar biasa. Kekuatan seorang perempuan yang melewati masa kritis kemudian melahirkan dalam keadaan koma. Ini jarang banget di Indonesia!”&ld
SUAMI WARISAN 169 – Kelahiran -Beberapa Bulan Kemudian- “Pa, uangnya masih ada untuk biaya lahiran Rengganis?” tanya Mama dengan suara khawatir. Papa yang baru saja masuk ke kamar dengan handuk terlilit di pinggangnya mengangguk, “Masih banyak. Cukup untuk biaya Rengganis lahiran dan biaya hidup mereka.” Terdengar helaan napas lega dari Mama yang duduk di atas ranjang. Di sekitarnya tersebar tagihan rumah sakit, laptop dan kalkulator. Mama sedang sibuk menghitung biaya rumah sakit Rengganis dan biaya hidup mereka. “Untung saja si Narendra ini ngasih uang ya, Pa. Kalau enggak, aduh… Mama enggak tau apa jadinya nasib Rengganis sama bayinya.” Mama membetulkan letak kacamatanya kemudian menyipit memandang layar monitor laptop “ini gimana sih bikin rumusnya?” Papa membuka pintu lemari untuk mengambil baju. Pikirannya melayang kembali pada peristiwa sepeninggal Narendra. Kondisi Rengganis
SUAMI WARISAN 168 – Satu Menit Saja Sepeninggal Papa, Narendra menunggu dengan jantung berdebar sampai waktu bezuk tiba. Dia duduk di kursi panjang, terpisah dari orang-orang yang juga menunggui anggota keluarga mereka yang dirawat di ICU. Lelaki itu tertunduk memandang kedua tangannya di atas lutut. Matanya terpejam sementara bibirnya komat-komit. Pak Wawan yang penasaran dengan sosok lelaki yang terasa familiar itu tidak bisa lepas memandangi Narendra. Lelaki paruh baya yang mendengar cerita mengenai keributan tempo hari yang melibatkan keluarga Rengganis dan Narendra, tidak habis pikir kenapa lelaki yang bukan suami wanita yang terbaring koma di ICU itu bertahan terus di RS sementara lelaki yang katanya suaminya malah datang dan pergi dengan penampilan perlente. Seakan tenang-tenang saja dengan keadaan istrinya yang sedang koma. “Sepertinya cerita mereka lebih daripada perselingkuhan biasa…” gumam Pak Wawan tanpa sada