***Lyra duduk di sudut ruangan, pandangannya tertuju pada Anastasia yang sedang tenggelam dalam permainan pianonya. Jemari Anastasia menari di atas tuts, memancarkan melodi yang lembut namun penuh emosi, seolah-olah ia berbicara lewat nada. Lyra hanya bisa menatap, pikirannya berkecamuk antara kekhawatiran dan rasa bersalah. Obrolan yang ia lakukan dengan Steven tadi terus menghantui pikirannya, membuatnya semakin bimbang tentang rahasia Maximilian.Ponsel Lyra bergetar di tangannya, menampilkan pesan dari Maximilian:[Lyra, aku titip Anastasia padamu. Tolong jangan biarkan dia tahu. Aku akan mengurus semuanyanya. Percaya padaku, aku sangat mencintainya.]Lyra menghela napas panjang, merasakan beban yang kian berat. Ia ingin memberitahu Anastasia tentang siapa sebenarnya Maximilian, namun janjinya pada pria itu membelenggu dirinya. Maximilian mengaku mencintai Anastasia dan ingin membahagiakannya.Anastasia menyelesaikan lagunya dan mendekati Lyra, senyumnya lembut namun wajahnya pen
***Di tengah pesta megah perayaan ulang tahun pernikahan Shayne dan Selene Kingsley, Anastasia melangkah masuk bersama Lyra. Ruangan yang semula riuh dengan tawa dan percakapan mendadak hening ketika sosok Anastasia, seorang publik figur yang tengah terlibat skandal, memasuki ruang itu. Tatapan para tamu segera tertuju padanya, sebagian dengan rasa penasaran, sebagian lagi dengan ketidaknyamanan yang jelas terlihat. Bagaimana bisa pesta privat ini dihadiri orang asing? Biasanya hanya tiga keluarga yang berhak datang, yaitu keluarga besar Kingsley, keluarga Idzes, dan juga keluarga Brown.Anastasia berusaha menenangkan dirinya, meskipun tatapan-tatapan tajam dan bisikan di sekitarnya membuatnya sedikit canggung. Ia menegakkan kepala, namun tak bisa sepenuhnya mengabaikan perasaan tersisih yang kini menghantamnya."Apakah itu benar-benar Anastasia?" salah seorang tamu berbisik di sebelahnya."Tentu saja, siapa lagi kalau bukan dia? Seorang publik figur terkenal yang—yah, kau tahu…"Ana
***“Ana... dia, kenapa aku tak tahu ada di sini?” gumam Maximilian dalam hati.Selene segera menghampiri Anastasia dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Ia bisa melihat perubahan pada ekspresi Anastasia, dan tanpa berpikir dua kali, ia bertanya dengan lembut, "Ana, kamu tidak apa-apa? Apakah kamu sedang sakit?"Anastasia masih bingung, pikirannya kusut dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk. Ia hanya menggeleng lemah, masih tidak bisa menjawab dengan jelas. Selene membantunya berdiri, menatapnya dengan sorot mata penuh kasih."Ana, kalau kamu mau istirahat, kamu bisa kembali. Mama tidak masalah, benar-benar tidak masalah, Sayang," ujar Selene lagi, nada suaranya penuh kelembutan yang tulus.Anastasia mengerahkan segenap tenaganya, mencoba menahan kegelisahan yang memuncak dalam dadanya. Ia menoleh ke arah Maximilian yang berdiri tak jauh dari mereka. Namun, pria itu hanya menatapnya dengan ekspresi datar, seolah semua yang terjadi bukanlah hal yang perlu diperhatikan. Sesuatu d
***"Aku tidak akan melepaskanmu, Ana. Aku mencintaimu."Anastasia terdiam, ia menatap pria itu. Hatinya rumit, dan ia menatap Maximilian dengan dingin. “Kalau begitu, aku yang akan pergi, jadi kau tak perlu susah untuk melepaskanku!”“Aku tidak akan mengizinkanmu pergi, tidak akan!” balas Maximilian.“Oh, Tuan muda Kingsley, anda sedang mengancamku? Apa karena anda adalah orang penting jadi bisa semudah itu mengancam orang-orang sepertiku?”“Aku tidak mengancammu, Ana. Aku suamimu dan aku tidak akan pernah mengizinkanmu pergi.”“Suamimu? Nama suamiku bukan Maximilian Kingsley, nama suamiku adalah Max Stone!” balas Anastasia.“Maximilian Kingsley adalah suamimu yang sah dan kau adalah istriku! Tidak ada yang bisa mengubah semua itu,” ucap Maximilian.Anastasia terkejut, ia menggelengkan kepalanya. “Jadi kau sengaja menipuku? Kenapa? Kau bajingan, Maximilian Kingsley! Lepaskan aku, biarkan aku pergi!”“Kau akan tetap di sini! Aku pun tidak akan membiarkanmu pergi. Aku akan menceritakan
***Anastasia terbangun, matanya terbuka perlahan, menatap langit-langit kamar hotel dengan pandangan kosong. Kenangan semalam menyeruak dalam pikirannya, membuat dadanya terasa sesak. Di sampingnya, tempat tidur sudah kosong, tak ada tanda-tanda kehadiran pria itu. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Semalam pikirannya benar-benar kacau, terombang-ambing antara kebencian dan ketertarikan. Tapi pada akhirnya, ia menyerah, menyerahkan seluruh perasaannya pada Maximilian Kingsley, sosok pria yang terungkap identitas aslinya."Apa yang kupikirkan semalam? Ana, kau bodoh! Dia sudah membohongimu!" gumamnya pada diri sendiri, suara hatinya terdengar penuh penyesalan bercampur kebingungan. Ia memandang gaunnya yang berserakan di lantai, lalu dengan hati-hati beranjak dari tempat tidur, meraih pakaiannya, dan mulai berpakaian. Langkahnya terasa begitu berat, namun ia tahu apa yang harus ia lakukan."Aku harus pergi... kembali ke New York," bisiknya pelan, seolah menguatkan
***“Mama Selene...,” ucap Anastasia, ia terkejut melihat Selene dan Renata ada di depan kamar hotelnya."Apakah Mama mengganggu istirahatmu, sayang?" Selene bertanya dengan lembut, matanya menyiratkan kehangatan seorang ibu yang selalu perhatian.Anastasia tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan rasa canggungnya. "Tidak, Mama. Aku memang sedang bersantai."Di samping Selene, Renata berdiri dengan senyum yang tampak terlalu cerah, dan tanpa basa-basi, ia langsung berkata, "Tadi aku sudah bilang ke Bibi Selene untuk mengundangmu makan malam bersamaku. Hari ini, kebetulan, aku berulang tahun dan ingin kamu ikut. Bagaimana? Kamu bisa, kan?"Anastasia sedikit terkejut dengan permintaan yang tiba-tiba ini. Ia diam sejenak, berusaha membaca ekspresi Renata yang terlihat begitu antusias. Namun, ada perasaan aneh yang merayap di dalam hatinya. "Tentu, Renata," akhirnya ia menjawab pelan, meski hatinya masih bimbang. "Kebetulan aku masih di sini, dan besok pagi aku baru kembali ke New York."R
***"Maximilian? Ada apa? Kenapa kau ada di sini?" tanya Anastasia pelan, merasa terkejut sekaligus bingung dengan kehadirannya.Maximilian berdiri di sana, menatapnya dengan sorot mata yang intens. Sebelum Anastasia sempat bertanya lagi, Maximilian meraih wajahnya, jari-jarinya membelai lembut bibirnya yang sedikit berdarah. "Kenapa kau begitu ceroboh?" suaranya lembut namun penuh ketegasan.Anastasia membuka mulutnya, hendak membalas, namun Maximilian tiba-tiba membungkam bibirnya dengan ciuman. Kejutan itu membuat tubuhnya kaku, tapi ciuman Maximilian semakin dalam, membuatnya tak kuasa menolak. Napasnya tercekat di dada, dan sebelum ia sadar, ciuman mereka semakin larut dalam kehangatan yang intens.Di luar, terdengar suara Renata memanggil namanya. "Anastasia, kau di dalam?"Anastasia terkejut dan berusaha menarik diri, panik menyadari situasi ini. Namun, Maximilian tak peduli. Ia dengan cepat menarik Anastasia masuk lebih dalam ke dalam bilik kamar mandi dan mengunci pintunya. "
***Suara sorak sorai menggema di seluruh arena konser, memantul dari dinding ke dinding dengan energi yang tak tertandingi. Anastasia berdiri di atas panggung, dikelilingi sorotan lampu yang hangat dan ribuan penggemar yang memujanya. Malam ini adalah malam yang ia impikan sejak lama, konser solo pertamanya setelah terlibat skandal yang mencoreng nama baiknya. Tapi, konser ini adalah mimpinya, konser yang penuh dengan cinta dan semangat dari orang-orang yang mencintai musiknya.Selama dua jam, Anastasia membawakan lagu-lagu terbaiknya, memukau semua yang hadir dengan suara yang menggetarkan hati dan penampilannya yang penuh ekspresi. Ia tersenyum, bergerak dengan percaya diri, dan membiarkan setiap lirik mengalir dari hatinya untuk mereka yang datang demi mendengarnya bernyanyi. Penonton hanyut dalam setiap nada, seolah mereka ikut merasakan perasaan yang ada di setiap lagunya.Saat lagu terakhir selesai, gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai memuncak, memenuhi seluruh ruangan. Anasta
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di