“Maaf ya kak, sepertinya kakak harus pergi.” Ujar Dion dengan senyum manis di wajahnya.Wajah Syifa memerah karna marah, dirinya tak terima jika di usir dari rumah yang saat ini dia tempati.“Apa maksud kamu Dion, kamu tidak punya hak untuk mengusir aku dan adik-adikku dari sini, kita datang ke sini karna mendapatkan izin dari Leon.”Dion hanya tersenyum sembari menunjukkan pintu depan rumahnya dengan sopan.Mendapatkan perlakuan sopan dari Dion yang menurutnya sangat kurang ajar, bukannya berpikir untuk keluar dari rumah itu, Syifa malah berpikir untuk menemui Leon agar di berikan pembelaan untuk dirinya dan adik-adiknya.“Mau kemana kamu?! Pintu keluar ada di sebelah sana!.”Syifa tak memperdulikan teriakan Riri dan tetap melangkah maju menuju kamar Leon. Sesampainya di depan pintu kamar Leon, Syifa memegang gagang pintu untuk membukanya, namun ternyata pintu itu tak dapat di buka.Karna tak sabar, Syifa mengetuk pintu di depannya berkali-kali, mulutnya pun tak henti-hentinya untuk
“Tapi bagaimana bisa dia mengetahuinya? Apa terlalu kelihatan dari wajahku? Sepertinya tidak. Tunggu, apa ada jangan-jangan abang... Ah tidak mungkin, mana mungkin orang menyebalkan itu mau dekat-dekat dengan wanita menyebalkan itu!.”Dion tengah di landa rasa bimbang, biasanya kalau ada masalah sedikit saja Dion langsung berlari mencari kakaknya dan menceritakan segala keluh kesahnya, namun kali ini Dion tidak bisa melakukannya karna nyawanyalah yang akan menjadi taruhan jika dirinya salah mengambil jalan.“Dion.” Suara yang tak asing terdengar di telinganya.Dion bergegas berjalan menuju pintu lalu membukanya.“Mereka sudah aku urus.”Dion mengangguk lalu menutup kembali pintu kamar mandinya. Dion melanjutkan aktivitas mandinya dan keluar saat sudah selesai.Dion keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya, kakinya melangkah menuju ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Tiba-tiba sebuah ingatan muncul di benaknya, Dion meraba-raba area bawah bantalnya untu
Dion dengan cemas berjalan kesana ke mari seperti sebuah setrikaan yang sedang di gunakan. Berkali-kali Dion mengintip dari balik celah pintu kamarnya untuk melihat apakah Brian sudah pulang atau pun belum, walaupun tertutup gengsi, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam kini merasa sangat bersalah karna telat memberikan alasan yang tepat.“Sialan! Sok banget dia, dia pikir itu keren?!”Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun Dion masih saja setia menunggu di dalam kamarnya.Sedangkan di sisi lain Brian yang saat ini mendapatkan hukuman dari ayahnya hanya bisa tertunduk diam.Pak Arjuna menatap bangga pada putranya yang selama ini selalu dia abaikan. Suasana yang sepi karna hanya ada mereka berdua membuat pak Arjuna dapat melancarkan aksinya agar bisa akrab dengan Brian.Pak Arjuna sengaja menyuruh semua anak buahnya untuk pergi meninggalkan markasnya sebelum dia dan Brian sampai, tujuan utama pak Arjuna adalah menghabiskan waktu bersama dengan Brian walaupun suasananya se
“Itu kan mas Leon, kenapa dia ada di situ? Mau apa dia?"Riri melangkah maju sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan, ketika hampir saja sampai di dekat suaminya, tubuh Riri tiba-tiba saja membeku karna melihat Leon yang sedang di peluk oleh seorang wanita.“Benar kata ibu, bisa gawat kalau mas Leon terus terusan di godain begitu.”Merasa bahwa wanita itu adalah salah satu orang yang mengincar suaminya, Riri berniat menghampiri dan memisahkan keduanya. Namun niat itu hilang ketika tangan Leon bergerak dan ikut memeluk tubuh wanita itu, di tambah lagi Leon juga mengecup kening wanita yang ada di dalam pelukannya dengan lembut.“Hubungan kita sudah berakhir lama, jadi aku mohon berhenti mencariku, tolong lupakan saja hubungan kita, kamu bisa mencari laki-laki lain yang lebih baik dari aku.”“Kenapa?! Kenapa kamu harus menikah dengan wanita itu?! Apa aku tidak ada artinya bagimu?! Kenapa kamu meninggalkan aku demi wanita itu!. Orang yang menemanimu selama ini adalah aku, bukan dia! Ken
Tangan Riri mengepal kuat saat selesai mendengar percakapan kedua manusia yang dulunya merupakan sepasang kekasih. “Takut katanya, kalau takut kenapa malah di lakukan?! Mana peluknya erat banget lagi.”Riri meluapkan kekesalannya di dalam kamar mandi, setelah rumah orang tuanya di bangun ulang, di seluruh ruangan yang ada terdapat pengendap suaranya, dan salah satunya adalah kamar mandi yang saat ini di tempati oleh Riri.“Jadi mereka ke hotel cuman makan? Tapi kenapa harus ke hotel? Kan dia maunya pulang, masa iya sih rumahnya itu di dalam hotel.”Riri berpikir sejenak dan mencerna percakapan serta kejadian yang tadi dia lihat di dekat pasar.“Kalau dia masih suka kenapa mau menikah denganku? Kenapa nggak nikah aja sama dia, kan kalau begini aku yang terlihat seperti penjahatnya. Tapi dia di hotel di bawa ke kamar yang mana ya? Nggak mungkin kan ke kamar khusus waktu itu?”Riri menendang-nendang tembok dan benda-benda di sekelilingnya, mengingat kejadian barusan membuat kepala Riri m
Hari ini Riri benar-benar mendapatkan kesialan yang tidak di sangka-sangka, sudah bertemu dengan istri kedua ayah mertuanya, sekarang Riri harus bertemu dengan orang yang dulunya pernah menjadi kekasih suaminya.Padahal niatnya hari ini Riri ingin mencari tahu mengenai wanita yang bernama Ren, tapi tak tahunya wanita itu muncul dengan sendirinya ketika Riri sedang melihat area sekitar kamar hotel khusus yang hanya di peruntukkan bagi anggota keluarga pemilik hotel saja.Penjelasan Leon tadi pagi dini hari membuat Riri tak puas, Leon hanya mengatakan bahwa dirinya sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan wanita bernama Rena, walaupun begitu Riri tetap ingin mencari tahu karna Leon masih menyimpan rasa untuk dia, dan alhasil Riri nekat datang ke hotel sendiri tanpa di dampingi oleh siapa pun.Riri datang ke hotel dengan alasan ingin mengantar Fafa ke sekolah, tentu saja Riri meninggalkan semua barang-barang yang kemungkinan menjadi tempat terselipnya sebuah pelacak atau pun perekam sua
"Iya.”Leon hanya bisa menjawab dengan suara pelan dan kepala tertunduk, walaupun sudah tahu kalau kejadian kemarin telah terbongkar, Leon masih saja tidak sanggup untuk mengatakannya, apa lagi dengan ekspresi wajah Riri yang terlihat ingin menangis, rasanya seperti ada belati yang tak berwujud menggores jantungnya, terasa sakit namun tak terlihat.Mata Riri pada pintu yang ada di sampingnya, dengan niat yang sudah memudar, Riri tetap meyakinkan dirinya untuk masuk dan mencari sesuatu hal yang ada di dalam.Riri melangkah masuk ke dalam kamar hotel dengan mata tajam yang tertuju ke seluruh penjuru ruangan. Matanya memindai apakah ada yang aneh atau tidak. Dan matanya kini tertuju pada sebuah kain berwarna merah yang berada di tengah-tengah pintu kamar mandi.Kaki Riri semakin melangkah mendekat, matanya tak dapat berpaling dari benda yang ada di hadapannya itu.Seolah-olah sedang di uji kesabarannya, mata Riri menangkap sebuah pemandangan yang tak mengenakkan, Riri tidak menyangka aka
Mulut Riri terkunci, tak ada satu kata patah pun yang keluar dari mulutnya, tekanan dari Leon yang sangat luar biasa itu membuat Riri tak dapat berkutik sedikit pun.Melihat istrinya yang hanya terdiam sembari berusaha melirik ke sana kemari untuk menghindari tatapan matanya, tanpa aba-aba atau pun peringatan Leon mengangkat dan membawa tubuh Riri keatas tempat tidur.Leon memandangi wajah Riri yang masih berusaha untuk menghindari tatapannya, matanya tertuju pada bibir Riri yang tadi dengan beraninya meminta berpisah dengannya.Riri yang merasakan ancaman di sekitarnya mencoba untuk membuka mulutnya, namun sudah terlambat, gerakan Leon lebih cepat dari refleksinya, hanya dengan sekali gerakan saja Leon berhasil melumpuhkan Riri, tubuhnya yang besar tapi ringan membuat Leon dengan leluasa melancarkan serangannya.“Aku akan membuat mu tidak bisa berpikir untuk berpisah dari ku lagi.”*****Leon memandangi wajah Riri yang tengah terlelap dengan senyuman manis di wajahnya, masa lalu yang
Kabar menghilangnya Ariza membuat heboh keluarga besar bu Khansa, Riri yang tidak memiliki hubungan baik dengan Ariza terpaksa ikut mencari keberadaan sepupunya itu. “Nak Leon, tolong paman, dia anak perempuan paman satu-satunya, bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu dengannya.” Ujar pak Abdul dengan wajah melasnya. Tentu saja orang yang paling di sasar pertama adalah Leon, koneksi dan anak buah Leon yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi modal utama pak Abdul untuk mencari putrinya. Riri yang melihat pamannya seperti itu menjadi tak tega. Walaupun tidak memiliki hubungan yang baik, bagaimana pun Ariza adalah sepupu Riri, sejahat apa pun dia tentu saja Riri harus membantu untuk mencarinya. “Bantu saja mas, aku tidak tega melihatnya.” Bisik Riri tepat di samping telinga Leon. Bagi Leon yang mengetahui niat buruk Ariza kepada Riri sangat sulit untuk melepaskannya, terlebih lagi kejadian beberapa hari yang lalu bisa terulang kembali. “Kita bicarakan nanti di kamar.
“Lebih baik kamu jauhkan sapu tangan itu sebelum nyawamu melayang!.” Mendengar ada suara yang menghentikannya, tanpa menoleh sedikit pun, wanita itu mengeluarkan sebuah pisau dari tasnya menggunakan salah satu tangannya yang lain. Sebelum berhasil melancarkan aksinya, Leon melempar sepatu yang di pakainya hingga membuat pisau itu terjatuh di lantai. Dua orang bergegas berlari dan menangkap wanita itu, namun naasnya sapu tangan yang di bawa wanita itu terjatuh tepat di atas wajah salah satu anak Leon. Leon berlari menghampiri putranya, untung saja dia tidak apa-apa. Leon melirik sinis kearah wanita itu setelah memastikan kondisi ketiga putranya baik-baik saja. “Aku akan menghancurkan hidup anakmu!!...” Teriak wanita itu dengan di iringi tawanya yang menggelegar. Arga masuk ke dalam kamar Leon sembari membawa sapu tangan yang persis seperti milik wanita itu. “Di sapu tangannya terdapat air keras, kalau menetes di kulit sedikit saja, wajahnya pasti akan rusak.” Wanita itu
“Mereka semua pergi dengan keinginan mereka sendiri. Tapi kalau kamu mau, aku bisa bawa mereka kembali ke sini.” Riri kembali terdiam, sudah banyak hal yang dia lewatkan setelah berada di Villa selama tiga bulan, dan segalanya kini menjadi rumit. Bagi Riri yang telah lama merasa bosan dan kesepian, dia pasti akan tetap memilih untuk membawa keluarganya kembali pulang ke rumah, namun hati nurani Riti tidak mengizinkannya untuk bersikap egois, karna bagaimana pun semua berhak untuk hidup sesuai dengan keinginannya masing-masing. “Lalu Satria bagaimana?.” Tanya Riri yang melewatkan satu orang. “Dia memilih untuk melanjutkan pendidikan kedokterannya dan meninggalkan jurusan bisnis seperti yang dia inginkan. Sekarang dia berada di Inggris bersama tiga bocah kematian itu, jadi kamu tidak perlu khawatir.” ***** Leon mengeluarkan sebuah bungkus rokok dari sakunya. Sudah sangat lama sekali dia tidak merokok, terakhir kali pun Leon merokok ketika mendapatkan kabar kalau mertuanya terk
Kedua mata Riri perlahan-lahan terbuka, hal yang pertama kali di lihat oleh Riri adalah sebuah langit-langit putih berhiaskan emas yang berkilauan. “Akhirnya kamu sadar juga nak, Ibu khawatir kalau terjadi sesuatu sama kamu, untung saja dokter bilang tidak apa-apa.” ‘Ada apa ini, apa yang sudah terjadi kepadaku?.’ Tanya Riri dalam hati. Riri menoleh kearah Ibunya yang dengan khawatir memegang salah satu tangannya erat-erat. Kepalanya yang terasa sangat sakit membuat Riri kesulitan untuk berpikir. Berbagai pertanyaan mengenai kondisinya berkecamuk di pikiran Riri yang membuat rasa sakit di kepalanya bertambah semakin menjadi-jadi. Riri merintih kesakitan, telinganya juga tiba-tiba berdenging sangat nyaring, tubuh Riri meringkuk ketika kepalanya terserang rasa sakit yang luar biasa. Melihat putrinya yang merintih kesakitan, bu Khansa berteriak memanggil nama Leon. Mendengar teriakan dari Ibu mertuanya, Leon bergegas menghampiri sumber suara. Ketika sudah berada di depan kamar
“Malu kamu bilang?! Kalau kamu masih memiliki rasa malu! Ganti rugi atas kematian anakku! Kalian harus membayarnya!.”“Benar! Kamu harus membayar empat triliun kepada kami!. Kalau kamu tidak membayarnya, kami akan menghancurkan rumah ini!.”Tangan Riri mengepal kuat dan akan bersiap untuk menghantam wajah empat orang yang berada di depan matanya. Di saat Karina sedang di kabarkan sakit bahkan sampai sekarat di rumah sakit, bukannya menjenguk mereka malah datang meminta sejumlah uang ganti rugi.“Anak yang mana? Kalau maksud tante itu kak Karina, sampai saat ini dia masih hidup dan masih bisa bernafas!.”“Tapi kak Karina sekarat karna kalian! Kalian sudah menaruh racun ke dalam makanannya!. Kalau kalian tidak suka setidaknya jangan membunuh kak Karina!.”Riri mengelus dadanya sembari mengatur nafas agar tidak terbawa emosi, cerita tentang kekejaman mereka yang di ceritakan oleh Leon melekat jelas di ingatan Riri. Peran saudara dan ibu tiri yang mereka lakukan sangat baik hingga me
Suara ketukan terdengar di pintu kamar pengantin yang akan menghabiskan waktu bersama setelah serangkaian acara yang melelahkan. Suara ketukan itu tak kunjung berhenti sampai salah satu dari kedua orang yang berada di kamar itu membuka pintu. “Kenapa Leon? Apa kamu tidak akan membiarkan aku beristirahat dengan tenang malam ini?.” Leon menatap wajah pamannya lalu mengintip ke dalam kamar. Di sana sudah terdapat sebuah meja dengan berbagai makanan yang di hidangkan. Di salah satu sisi meja sudah ada seorang wanita yang mengenakan sebuah gaun putih yang cantik, jika di lihat dari posisinya wanita itu terlihat akan segera menyantap hidangan di depannya. “Jangan makan apa pun sampai besok siang.” Asrof menatap heran kearah Leon, dan seketika ekspresi wajah Asrof berubah menjadi panik. Asrof menoleh ke belakang dan menatap istrinya yang akan memasukkan sesendok makanan ke dalam mulutnya. Tanpa berpikir lama Asrof langsung berlari dan menepis tangan Karina dengan kasar. Sendok
“Asal kamu tahu ya, aku berhasil menggoda suamimu dan membuatnya menerimaku." Bagi orang yang tidak tahu apa-apa pasti akan berpikiran negatif, tapi bagi Riri yang sudah mendengar semua ceritanya dari Leon, itu bukanlah sesuatu hal yang mengejutkan. “Iya, aku sudah mendengar semuanya dari yang bersangkutan kok. Padahal hanya bisa duduk di pangkuan suamiku dengan telanjang tanpa di usir, tapi kamu membanggakannya seolah-olah pernah tidur berdua saja dengan suamiku. Ya setidaknya sekarang aku tahu betapa murahnya dirimu yang bangga karna menjadi bahan tontonan orang lain ketika telanjang.” Mereka berdua meninggalkan tempat pelaminan dengan wajah memerah. Melihat mereka berdua pergi dengan kesal, Riri tersenyum puas walaupun sedikit menyimpan kekesalan karna mereka mengungkit tentang kelakuan busuk suaminya. Riri kembali menatap Karina yang sudah bisa mengangkat kepalanya. “Jangan di pikirkan lagi, kakak lebih baik dari pada mereka kok.” “Tapi apakah yang kamu katakan itu
“Mah, aku tidak mau menikah dengan dia. Aku tidak suka dengan dia mah.”“Diam kamu! Kalau bisa di ganti dengan adikmu, mamah akan dengan suka rela menggantimu!. Seharusnya kamu bersyukur karna ada orang yang mau menikahimu dengan mahar tinggi, apa lagi sampai mengadakan pesta di hotel begini.”Riri memperhatikan anak dan ibu yang berada di depannya, bisik-bisik yang mereka lakukan membuat Riri penasaran tentang apa yang mereka bicarakan sampai serius begitu.Semuanya sudah siap, kedua pengantin telah duduk berdampingan dan siap mengikat diri dengan janji suci pernikahan.Dari awal sampai akhir raut wajah sang pengantin wanita berhasil menyita perhatian Riri. Riri merasa dia pasti terpaksa seperti yang pernah terjadi padanya dulu, tapi Riri merasa kali ini hubungannya sedikit rumit dari yang pernah dulu dirinya alami.“Kenapa merasa seperti melihat diri sendiri ya? Kalau dulu kamu tidak menuruti apa yang Ibu katakan, cerita hidupmu pasti tidak akan seperti ini.”Bu Khansa kembali
“Lihatkan, akulah pemenangnya, sekarang jangan ganggu istriku lagi.” ‘Dasar menyebalkan!.’ Kesal Dion dalam hati. Kedatangan Leon dan Riri di sambut hangat oleh orang-orang yang ada di dalam rumah, terutama orang-orang yang mengetahui kehamilan Riri. Tentu saja di antara orang-orang yang berbahagia itu ada beberapa orang yang tidak senang dengan kedatangan Leon dan Riri. Salah satunya adalah paman Riri yang sering membuat masalah di mana-mana menggunakan nama Leon sebagai tamengnya. “Leon, di mana bude dan sepupumu? Kenapa mereka tidak datang bersama kalian?.” Tanya paman Abdul yang tidak melihat keberadaan adik, istri, anak, serta keponakannya. “Sepupu? Mana mungkin aku memiliki sepupu, paman kandungku satu-satunya baru menikah, bagaimana bisa aku memiliki sepupu.” Sindiran yang di ucapkan Leon berhasil mengenai tiga orang sekaligus. Pak Abdul, Asrof dan juga Dimas terdiam tak berkutik saat mendapatkan kata-kata menohok dari Leon. Pak Abdul sebisa mungkin mengontrol