Orang yang sendari tadi dinantikannya kini telah hadir di depan mata. Mata Riri menatap tajam Leon yang berjalan mendekat kearahnya, wajah tampannya sudah hancur, banyak luka memar dan lebam di mana-mana.Sudut bibir Riri terangkat, dia tahu betul dengan apa yang baru saja terjadi dengan Leon, karna salah satu penyebab Leon mendapatkan luka itu adalah karna dirinya.Setelah puas mencari sosial media milik wanita bernama Syifa, Riri berniat mengadukan kelakuan Leon kepada sang nenek.Nenek yang mengetahui kebiasaan buruk Leon muncul kembali, tanpa berpikir lama lagi nenek bergegas mengambil sebuah kemoceng dan berdiri tepat di depan pintu.“Sakit.” Ujar Leon sembari menatap kesal wajah istrinya. Leon pun tahu kalau Riri lah yang melaporkannya sehingga bisa mendapatkan luka yang cukup parah.“Kan mas pernah buat perjanjian sama nenek kalau nggak bakal minum minuman haram itu lagi, kenapa sekarang malah di langgar?”“Dari mana kamu tahu aku pernah janji sama nenek?”“Ya Dari nenek lah, me
“Hah?”Leon tercengang, mulutnya ternganga tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Leon menerawang jauh masa lalunya dan mencari kapan dan di mana dirinya menjanjikan sebuah pernikahan dengan keponakan teman mamahnya.“Kapan?!” Tanya Leon yang tak menemukan jawabannya.Riri yang terlanjur kecewa dengan Leon memutuskan untuk pergi keluar dari kamarnya, tujuan Riri adalah kamar tamu yang jaraknya cukup jauh dari kamar Leon saat ini.Di tengah-tengah perjalanan Riri tak sengaja berpapasan dengan Dion yang baru saja pulang dari sekolah, mengetahui barang yang saat ini di pegang olehnya adalah milik Dion, Riri tanpa berkata apa-apa, langsung memberikan tempat pensil kayu itu kepada Dion.Mulut Dion terbuka ingin menanyakan tentang benda di tangannya, akan tetapi karna situasi yang tidak memungkinkan Dion memilih untuk diam dan mengabaikan pasutri yang tengah bertengkar.“Sok mengumbar janji nggak akan selingkuh, tapi nyatanya tetap sama saja, dasar semua laki-laki memang buaya!”
Leon berjalan menjauh meninggalkan wanita yang baru saja di hujatnya.“Makanya, jadi wanita itu jangan terlalu genit, belum apa-apa sudah main peluk saja.” Sindir nenek yang masih belum puas melihat wajah penderitaan wanita di hadapannya.“Nek, dia itu TAMU di sini, harusnya ya di sambut, ini kok malah di sindir terus, nggak sopan loh.” Sahut Dion menimpali.“Tidak usah membicarakan tentang kesopanan dengan orang yang tak tahu sopan santun.”“Nenek menyindir diri sendiri?”“Kamu mengatai nenek?!...”Merasa kesal dengan tingkah cucunya, nenek pergi menuju kamarnya dengan mulut yang terus mendumal.“Bik, tolong bawakan kopernya masuk ke kamar tamu ya, dia akan menginap di sini selama empat hari.”Riri melongo mendengar ucapan Dion, otaknya berputar mencari jawaban tentang dari mana Dion mengetahui kalau wanita itu akan menginap selama empat hari di rumahnya.“Terima kasih ya Dion.” Ucapnya sembari tersenyum manis kearah Dion.Dion hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan kepala sa
Riri menghirup udara di pagi hari yang terasa sangat segar di hidungnya. Sudah empat hari berlalu begitu saja, Syifa yang niatnya ingin menginap selama empat hari kini menjadi bertambah hingga tujuh hari, tak hanya itu saja, Syifa bahkan mengajak adik dan adik sepupunya untuk menginap bersama di rumah, tentu saja awalnya Riri menentang keras, tapi karna bujukan dari Dion, Riri akhirnya setuju untuk membiarkan Syifa menginap lebih lama lagi. Riri melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi dengan santai, setelah dua bulan lamanya, baru kali ini Riri merasakan aura kehidupan kembali menyelimutinya.Dua hari yang lalu Syifa menawarkan diri untuk membantu pekerjaan rumah, entah apa yang ada di dalam pikiran nenek, tanpa berpikir panjang nenek langsung saja mengiyakan tawaran Syifa. Namun berkat itu kini Riri dapat beristirahat sejenak dari tugas membersihkan rumah yang cukup melelahkan, karna tak hanya tugasnya saja, tugas semua art di rumah di ambil alih oleh Syifa.Riri menjalankan rit
“Maaf ya kak, sepertinya kakak harus pergi.” Ujar Dion dengan senyum manis di wajahnya.Wajah Syifa memerah karna marah, dirinya tak terima jika di usir dari rumah yang saat ini dia tempati.“Apa maksud kamu Dion, kamu tidak punya hak untuk mengusir aku dan adik-adikku dari sini, kita datang ke sini karna mendapatkan izin dari Leon.”Dion hanya tersenyum sembari menunjukkan pintu depan rumahnya dengan sopan.Mendapatkan perlakuan sopan dari Dion yang menurutnya sangat kurang ajar, bukannya berpikir untuk keluar dari rumah itu, Syifa malah berpikir untuk menemui Leon agar di berikan pembelaan untuk dirinya dan adik-adiknya.“Mau kemana kamu?! Pintu keluar ada di sebelah sana!.”Syifa tak memperdulikan teriakan Riri dan tetap melangkah maju menuju kamar Leon. Sesampainya di depan pintu kamar Leon, Syifa memegang gagang pintu untuk membukanya, namun ternyata pintu itu tak dapat di buka.Karna tak sabar, Syifa mengetuk pintu di depannya berkali-kali, mulutnya pun tak henti-hentinya untuk
“Tapi bagaimana bisa dia mengetahuinya? Apa terlalu kelihatan dari wajahku? Sepertinya tidak. Tunggu, apa ada jangan-jangan abang... Ah tidak mungkin, mana mungkin orang menyebalkan itu mau dekat-dekat dengan wanita menyebalkan itu!.”Dion tengah di landa rasa bimbang, biasanya kalau ada masalah sedikit saja Dion langsung berlari mencari kakaknya dan menceritakan segala keluh kesahnya, namun kali ini Dion tidak bisa melakukannya karna nyawanyalah yang akan menjadi taruhan jika dirinya salah mengambil jalan.“Dion.” Suara yang tak asing terdengar di telinganya.Dion bergegas berjalan menuju pintu lalu membukanya.“Mereka sudah aku urus.”Dion mengangguk lalu menutup kembali pintu kamar mandinya. Dion melanjutkan aktivitas mandinya dan keluar saat sudah selesai.Dion keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di pinggangnya, kakinya melangkah menuju ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya. Tiba-tiba sebuah ingatan muncul di benaknya, Dion meraba-raba area bawah bantalnya untu
Dion dengan cemas berjalan kesana ke mari seperti sebuah setrikaan yang sedang di gunakan. Berkali-kali Dion mengintip dari balik celah pintu kamarnya untuk melihat apakah Brian sudah pulang atau pun belum, walaupun tertutup gengsi, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam kini merasa sangat bersalah karna telat memberikan alasan yang tepat.“Sialan! Sok banget dia, dia pikir itu keren?!”Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, namun Dion masih saja setia menunggu di dalam kamarnya.Sedangkan di sisi lain Brian yang saat ini mendapatkan hukuman dari ayahnya hanya bisa tertunduk diam.Pak Arjuna menatap bangga pada putranya yang selama ini selalu dia abaikan. Suasana yang sepi karna hanya ada mereka berdua membuat pak Arjuna dapat melancarkan aksinya agar bisa akrab dengan Brian.Pak Arjuna sengaja menyuruh semua anak buahnya untuk pergi meninggalkan markasnya sebelum dia dan Brian sampai, tujuan utama pak Arjuna adalah menghabiskan waktu bersama dengan Brian walaupun suasananya se
“Itu kan mas Leon, kenapa dia ada di situ? Mau apa dia?"Riri melangkah maju sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan, ketika hampir saja sampai di dekat suaminya, tubuh Riri tiba-tiba saja membeku karna melihat Leon yang sedang di peluk oleh seorang wanita.“Benar kata ibu, bisa gawat kalau mas Leon terus terusan di godain begitu.”Merasa bahwa wanita itu adalah salah satu orang yang mengincar suaminya, Riri berniat menghampiri dan memisahkan keduanya. Namun niat itu hilang ketika tangan Leon bergerak dan ikut memeluk tubuh wanita itu, di tambah lagi Leon juga mengecup kening wanita yang ada di dalam pelukannya dengan lembut.“Hubungan kita sudah berakhir lama, jadi aku mohon berhenti mencariku, tolong lupakan saja hubungan kita, kamu bisa mencari laki-laki lain yang lebih baik dari aku.”“Kenapa?! Kenapa kamu harus menikah dengan wanita itu?! Apa aku tidak ada artinya bagimu?! Kenapa kamu meninggalkan aku demi wanita itu!. Orang yang menemanimu selama ini adalah aku, bukan dia! Ken