Share

Bab 82. Calon Pewaris

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-11-26 18:57:34

“Citra, kamu sudah siap?” suara Raka terdengar dari ruang tamu, menggema hingga ke kamar.

“Sebentar, Mas!” Citra membalas sambil menyisir rambutnya dengan tergesa-gesa. Ia melirik jam di dinding dan menghela napas panjang. “Kenapa sih kamu harus selalu buru-buru?” gumamnya pelan.

Raka muncul di ambang pintu dengan senyum kecil di wajahnya. “Aku nggak buru-buru, Sayang. Aku cuma nggak mau kita terlambat. Ini kan hari penting.”

Citra memutar mata sambil menyimpan sisirnya. “Hari penting? Itu kan cuma USG. Kenapa kamu heboh banget sih?”

“Bukan cuma USG, Citra. Kita bakal lihat bayi kita untuk pertama kalinya. Aku nggak mau ada yang terlewat.” Raka mendekat, mengambil tas kecil yang sudah dipersiapkan Citra di atas meja. “Ayo, sebelum aku yang deg-degan duluan.”

Citra tertawa kecil melihat suaminya yang lebih antusias daripada dirinya. “Baiklah, tuan suami siaga. Aku siap sekarang.”

*

Di ruang tunggu klinik, Citra duduk sambil menggenggam tangan Raka. Ruangan itu cukup penuh dengan pasang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 83. Tak Bisa Diharapkan

    “Mas, apa kita benar-benar harus ke rumah Kakek hari ini?” tanya Citra sambil menata kerudungnya di depan cermin.“Harus, Citra. Kakek Bramantyo harus tahu kabar baik ini langsung dari kita,” jawab Raka dari ruang tamu, suaranya terdengar mantap.Citra keluar dari kamar, menyipitkan mata ke arah suaminya. “Tapi aku punya firasat aneh, Mas. Kalau Nadya ada di sana, dia pasti akan bikin suasana nggak enak.”“Kalau Nadya ada di sana, aku yang urus. Kamu nggak usah khawatir,” Raka menenangkannya sambil meraih tas kecil berisi dokumen hasil pemeriksaan kandungan.“Baiklah, tapi aku nggak mau ribut,” ucap Citra sambil berjalan menuju pintu.Raka membuka pintu mobil dan membantu Citra masuk. “Percayalah, ini cuma kunjungan biasa.”*Sesampainya di rumah Kakek Bramantyo, suasana terasa sedikit sepi. Pintu utama terbuka lebar, tapi tidak ada suara yang biasa menyambut mereka“Kok sepi ya?” bisik Citra sambil menggenggam tangan Raka.“Mungkin mereka lagi di ruang keluarga. Ayo masuk,” ujar Raka

    Last Updated : 2024-12-02
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 84. Bukan Pengasuh

    “Pa, kenapa muka kamu tegang begitu? Ada masalah?” tanya Ratna, sambil menyajikan secangkir kopi di meja makan.Andi mendongak dari ponselnya, wajahnya muram. “Masalah? Selalu ada masalah, Ma. Apalagi kalau menyangkut keluarga Bramantyo.”Siska mengernyitkan dahi, meletakkan cangkirnya. “Ini soal Raka lagi, ya?”Andi mendengus. “Kabar Citra hamil anak laki-laki itu seperti menjadi bahan bakar tambahan buat Papa.”“Bukannya itu wajar, Pa? Mereka memang bahagia sekarang,” ujar Ratna berusaha terdengar netral.“Bahagia? Jangan bikin aku ketawa, Ma. Aku tahu apa yang Papa lakukan. Ini sama persis dengan perlakuannya padaku dan Rudi dulu,” jawab Andi, nada suaranya mulai meninggi.Ratna menatap suaminya dengan penuh kekhawatiran. “Tapi kamu nggak bisa terus-terusan menyimpan dendam. Papa mungkin punya alasannya sendiri.”“Alasan?” Andi membanting ponselnya ke meja. “Alasan apa yang bisa membenarkan dia memperlakukan aku seperti sampah? Dan sekarang, anakku—Arga—juga diperlakukan seperti it

    Last Updated : 2024-12-03
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 85. Bawa Pulang Arga

    Nadya segera keluar dari kafe, mengabaikan tatapan penasaran beberapa pengunjung. Dia menekan nomor Arga dengan cepat. Panggilan pertama tidak dijawab. Panggilan kedua juga diabaikan. Pada percobaan ketiga, akhirnya tersambung.“Kenapa teleponku bertubi-tubi? Aku lagi sibuk,” suara Arga terdengar malas di ujung sana.“Arga, kamu di mana sekarang?” tanya Nadya tanpa basa-basi.“Itu urusanmu? Aku nggak perlu lapor setiap kali aku keluar rumah.”“Dengar, ini penting. Papa marah besar, dan dia nyuruh aku cari kamu. Kalau kamu nggak mau pulang sekarang, aku yang kena,” kata Nadya dengan nada serius.Arga tertawa kecil, tapi terdengar getir. “Nggak ada waktu buat bercanda, Arga. Kalau aku diusir dari rumah Kakek gara-gara kamu, aku nggak akan tinggal diam,” ancam Nadya.“Jadi, ini tentang kamu, ya? Bukan tentang aku atau keluarga?” sindir Arga.Nadya menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Aku cuma minta tolong, Arga. Kalau nggak mau bantu aku, minimal bantu dirimu sendiri. Pula

    Last Updated : 2024-12-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 86. Kamu Harus Mau

    “Arga, buka pintunya!” Nadya mengetuk keras pintu apartemen itu, suaranya terdengar tegas. Ia sudah tahu suaminya ada di dalam, karena mobil Arga terparkir di depan.“Arga! Jangan pura-pura nggak dengar!”Dari dalam, terdengar suara langkah kaki mendekat, lalu pintu terbuka sedikit. Wajah Arga muncul di celah pintu, terlihat lelah dan kusut.“Apa lagi, Nadya?” Arga menghela napas panjang. “Kenapa kamu terus datang mencariku?”“Kamu pikir aku mau? Aku di sini karena Papa yang memaksaku,” Nadya menjawab dengan tajam. “Kamu nggak bisa terus-terusan kabur seperti ini, Arga.”“Papa memaksamu? Atau kamu cuma takut kehilangan tempatmu di keluarga Bramantyo?” Arga membuka pintu lebih lebar, menatap Nadya dengan tatapan tajam.Nadya mendelik. “Aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan. Yang jelas, aku di sini untuk bawa kamu pulang. Papa sangat marah, dan aku nggak mau jadi sasaran amarahnya.”Arga tertawa pendek, penuh sarkasme. “Tentu saja, Nadya. Kamu nggak pernah peduli soal aku. Yang kamu p

    Last Updated : 2024-12-05
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 87. Si Penganggu Sudah Pergi

    “Arga, kamu mau makan malam dulu atau langsung istirahat?” Nadya berdiri di ambang pintu kamar, senyumnya terlihat lebih hangat dari biasanya.Arga, yang sedang melepas jas di dalam kamar, menoleh dengan ekspresi datar. “Aku nggak lapar. Aku cuma mau tidur.”Nadya mendekat dengan langkah ringan, membawa nampan kecil berisi segelas susu dan beberapa potong roti. “Kalau begitu, minum ini dulu. Kamu butuh tenaga. Lihat dirimu, kelihatan lelah sekali.”Arga mengerutkan kening. “Kenapa tiba-tiba perhatian sekali?”Nadya tertawa kecil, meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku cuma mencoba memperbaiki hubungan kita, Arga. Aku tahu aku nggak sempurna, tapi aku mau kita kembali seperti dulu.”“Dulu?” Arga mendengus, mengambil gelas susu tanpa banyak berpikir. “Dulu kita juga nggak pernah benar-benar bahagia, Nadya.”Nadya tersenyum tipis, meskipun matanya terlihat tegang. “Itu karena kita selalu sibuk mendengarkan apa kata orang lain. Aku ingin mulai mendengarkan kamu, Arg

    Last Updated : 2024-12-06
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 88. Ini Anakmu

    Bab 88“Arga, kamu sudah bangun?” Nadya bertanya dengan nada lembut, berdiri di dekat jendela sambil membenahi tirai. Cahaya matahari pagi masuk ke kamar mereka, memberikan suasana hangat yang kontras dengan suasana hati Arga.Arga, yang masih terbaring di tempat tidur, hanya mendengus pelan. “Aku bangun, tapi aku nggak mau bicara, Nadya.”Nadya menoleh, senyumnya tipis tapi penuh kemenangan. “Kenapa? Apa kamu masih marah?”Arga duduk perlahan di tepi tempat tidur, kepalanya terasa berat. “Marah? Aku bahkan nggak tahu harus mulai dari mana. Aku nggak tahu apa yang kamu lakukan semalam, tapi aku tahu ada yang nggak beres.”Nadya mendekat dengan langkah pelan, duduk di sebelahnya. “Arga, aku hanya ingin kita kembali ke jalur yang benar. Aku nggak mau hubungan kita terus seperti ini.”Arga menatap Nadya dengan mata yang penuh kecurigaan. “Kamu pikir dengan cara seperti ini semuanya bisa diperbaiki? Kamu memanfaatkan aku, Nadya. Itu jelas!”Nadya menarik napas panjang, mencoba menenangkan

    Last Updated : 2024-12-08
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 89. Pengumuman Kehamilan

    “Kamu serius mau ngasih tahu mereka sekarang?” Arga bertanya sambil melipat tangan di depan dada. Matanya menatap tajam ke arah Nadya, yang sedang berdiri di depan cermin sambil membenarkan riasannya.Nadya tersenyum kecil, memoleskan lipstik dengan hati-hati. “Tentu saja. Aku harus mengabarkan berita baik ini secepat mungkin. Keluarga Bramantyo berhak tahu.”Arga mendengus pelan. “Kamu benar-benar percaya mereka akan peduli? Atau ini cuma caramu buat dapat perhatian mereka lagi?”Nadya menoleh dengan ekspresi serius. “Arga, ini tentang keluarga kita. Tentang anak kita. Aku hanya ingin memastikan posisiku di keluarga ini kuat. Apa itu salah?”Arga tidak langsung menjawab, hanya mengalihkan pandangannya ke jendela. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi ia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.Di ruang keluarga, Raka dan Citra sedang duduk bersama Kakek Bramantyo. Mereka tengah membahas rencana perusahaan ketika suara langkah Nadya menggema di lorong.“Nadya,” Citra menoleh, s

    Last Updated : 2024-12-09
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 90. Kecurigaan Citra dan Raka

    "Mas, aku nggak ngerti. Ada yang nggak beres sama Nadya," ucap Citra sambil menatap Raka dengan ekspresi serius. Mereka sedang duduk di sofa dalam kamar mereka di kediaman Kakek Bramantyo. Suasana rumah terasa tegang setelah pengumuman kehamilan Nadya tadi pagiRaka menghela napas, mencoba meredakan kekhawatiran istrinya. "Citra, jangan langsung berprasangka buruk. Lagi pula kita juga nggak punya bukti apa-apa sekarang."Citra menggeleng tegas. "Aku tahu Mas, tapi aku nggak bisa diam. Cara Nadya ngomong tadi ... kayak dia terlalu memaksa supaya kita percaya. Apalagi Arga, kelihatan banget dia nggak nyaman.""Memang kelihatan aneh," gumam Raka. Dia teringat bagaimana Arga nyaris tidak bereaksi saat Nadya dengan bangga mengumumkan kehamilannya. Tetapi, Raka merasa perlu untuk tetap tenang."Kalau memang ada sesuatu, kita bakal tahu kok. Kamu jangan terlalu dipikirin, ya?" tambah Raka, mencoba mengalihkan perhatian istrinya.Sekarang kehamilan Citra lebih penting dan dia tidak ingin Cit

    Last Updated : 2024-12-11

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 120: Pengakuan Mengejutkan Anita

    "Ibu!" suara Citra menggema di ruang tamu yang sudah tegang sejak mereka tiba. "Aku nggak bisa diam begitu saja setelah apa yang Ibu katakan tadi. Jelaskan sekarang! Apa maksud Ibu dengan semua tuduhan itu tentang ibu kandungku?"Anita, yang sedang menuang teh ke cangkir, berhenti sejenak. Ia menatap Citra dengan tatapan dingin, lalu meletakkan teko perlahan. "Kamu benar-benar ingin tahu, Citra? Aku rasa kamu nggak akan suka jawabannya.""Aku nggak peduli! Aku berhak tahu!" Citra membalas dengan nada penuh emosi.Ahmad, yang duduk di kursi seberang, mencoba meredakan suasana. "Sudahlah, Anita. Ini bukan waktunya membahas hal-hal seperti ini."Namun Anita hanya mendengus kesal. "Diam, Mas. Ini saatnya kebenaran keluar. Selama ini kamu selalu berlindung di balik kesopananmu, tapi semua ini terjadi karena keputusan bodohmu sendiri."Ahmad menghela napas panjang, wajahnya terlihat penuh penyesalan. Sementara itu, Citra menatap mereka bergantian, hatinya terasa berat."Dulu, aku nggak puny

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 119: Membujuk Raka

    "Mas, aku nggak tenang," suara Citra terdengar lirih saat ia duduk di sofa, tangannya memegang perutnya yang semakin membesar. "Nadya nggak kasih kabar sama sekali. Aku nggak tahu dia di mana atau gimana keadaannya."Raka meletakkan koran yang sejak tadi ia baca, menatap istrinya dengan penuh perhatian. "Citra, kamu harus fokus sama kesehatanmu dan bayi kita. Jangan terlalu stres.""Aku nggak bisa," Citra membalas cepat. "Dia saudara aku, Mas. Kalau aku diam saja, aku nggak tahu apa yang mungkin terjadi padanya. Aku harus cari dia."Raka menghela napas panjang, mengusap wajahnya. "Kamu ini keras kepala, ya. Kamu tahu nggak kalau sekarang prioritas kamu itu diri kamu sendiri dan bayi ini? Nadya itu sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan.""Itu masalahnya, Mas!" Citra menaikkan nada suaranya sedikit. "Nadya bukan tipe orang yang diam saja kalau ada masalah. Dia pasti sedang dalam kondisi buruk kalau sampai menghilang seperti ini. Aku mohon, temani aku cari dia."Raka terdiam, melih

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 118: Kondisi Nadya 

    "Bu, apa saya boleh ngutang dulu beli nasi? Uangnya lagi nggak cukup," suara Nadya terdengar pelan di depan warung kecil.Pemilik warung, seorang ibu tua, memandang Nadya dengan iba. "Ya ampun, Nadya, jangan sungkan. Ambil aja dulu. Bayar kapan-kapan nggak apa-apa."Nadya tersenyum tipis. "Makasih ya, Bu. Saya beneran nggak tahu kapan bisa bayar, tapi saya janji nggak akan lupa."Setelah mengambil sekotak nasi kecil, Nadya melangkah lemah menuju jalan setapak yang menuju kontrakannya. Tubuhnya terasa lemas, dan kepalanya mulai terasa ringan. Langit sore yang mulai memerah semakin membuat matanya sulit fokus.Dia mencoba mengatur napas. "Sedikit lagi, Nadya. Kamu pasti bisa sampai," bisiknya pada dirinya sendiri.Namun, langkahnya semakin berat. Tiba-tiba, pandangannya menjadi gelap, dan tubuhnya kehilangan keseimbangan.*"Nadya! Hey Nadya!"Fajar berjongkok di samping tubuh Nadya yang tergeletak di pinggir jalan. Wajahnya panik, tidak yakin apa yang harus dilakukan. Ia segera memerik

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 117: Perselisihan Ahmad dan Anita

    "Kamu masih mau membelanya, Mas? Setelah semua ini?" suara Anita memecah keheningan di ruang makan kecil itu. Nada suaranya tajam, penuh dengan kemarahan yang sulit disembunyikan.Ahmad meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, mencoba menjaga ketenangan meskipun wajahnya menunjukkan kelelahan. "Anita, aku hanya mencoba melihat ini dari sudut pandang yang lebih adil. Nadya sudah cukup menderita. Apa salahnya kita beri dia sedikit ruang untuk memperbaiki semuanya?"Anita tertawa pendek, hampir sinis. "Adil? Kamu benar-benar berpikir dia pantas mendapatkan keadilan setelah apa yang dia lakukan? Dia bahkan menghancurkan hubungan dengan keluarga Bramantyo."Ahmad menggeleng, mencoba tetap tenang. "Dia butuh bantuan, Anita. Apa salahnya kalau kita mencoba membantu? Bagaimanapun juga, dia anak kita."Anita memutar matanya dengan kesal. "Bagian keluarga? Jangan mulai, Mas. Dia sudah kehilangan hak itu sejak dia nggak mau menuruti perintahku. Dan jujur saja, aku muak melihat kamu terus-terus

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 116: Protes Citra terhadap Sikap Raka

    “Kenapa kamu terus-terusan bersikap seperti itu, Mas? Bukankah Nadya sudah minta maaf?” Citra duduk di sofa ruang tamu, tatapannya lurus ke arah suaminya yang tengah menyandarkan tubuhnya di kursi berlapis kain cokelat.Raka mendesah pelan, tetapi sorot matanya tajam. “Minta maaf? Citra, kamu benar-benar percaya permintaan maaf itu tulus? Kamu lupa apa saja yang dia lakukan selama ini?”Citra menggeleng lemah. “Aku tahu apa yang dia lakukan dulu, tapi kali ini... Aku benar-benar merasa dia tulus. Orang bisa berubah, Mas.”Raka terkekeh sarkastik, lalu bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah jendela. “Berubah? Orang seperti Nadya nggak akan pernah berubah. Dia cuma pintar memainkan perasaan orang. Sekarang dia datang dengan wajah sedih, bilang ‘maaf’, dan kamu langsung percaya?”Citra berdiri, mencoba mendekati Raka. “Bukan masalah percaya atau tidak, tapi aku yakin dia benar-benar menyesal. Kamu lihat sendiri, kan, dia nggak seperti Nadya yang dulu. Bahkan dia sampai kehilangan seg

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 115: Titik Terendah Nadya

    "Bu, tolong angkat telepon ini... aku tidak punya tempat lain untuk pergi," suara Nadya terdengar parau, hampir tertelan isak tangisnya. Ponsel di tangannya terus berdering tanpa jawaban. Untuk keempat kalinya ia mencoba, tetapi hasilnya tetap sama. Nadya memandang layar ponselnya yang redup, lalu dengan berat hati ia menyelipkannya kembali ke tas kecil yang sudah usang.Ia berdiri di depan rumah sakit dengan tubuh lemah, menggigit bibir untuk menahan tangis yang semakin mendesak keluar. Angin malam yang dingin menusuk kulitnya, namun lebih menusuk lagi rasa kehilangan yang kini memenuhi dadanya.“Harus ke mana aku sekarang?” Nadya bergumam pada dirinya sendiri, suaranya hampir seperti bisikan. Ia mulai melangkah, tanpa arah, hanya mengikuti trotoar panjang yang dihiasi lampu jalan yang suram.Langkah kakinya membawanya ke sebuah taman kecil. Di sana, ia melihat sekelompok ibu-ibu yang tengah duduk bercengkerama di bangku taman. Nadya mengenali beberapa wajah mereka—orang-orang yang d

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 114: Penolakan

    Di ruang tamu yang megah namun dingin, keluarga Bramantyo berkumpul. Bramantyo duduk di kursi paling ujung, memancarkan aura otoritas yang tidak bisa diganggu gugat.Andi duduk di sampingnya, dengan ekspresi tegas yang mencerminkan pendiriannya, dan Arga duduk di hadapan Andi dengan ekspresi sedih dan kebingungan di saat yang sama.Ahmad berdiri di hadapan mereka, terlihat gelisah namun tetap mencoba mempertahankan ketenangan. Anita, yang berdiri sedikit di belakang Ahmad, menyaksikan pertemuan ini dengan tatapan dingin.“Dia tidak punya tempat lagi di keluarga ini, Arga. Tidak peduli seberapa menderita dia sekarang,” suara Bramantyo menggema di ruangan, tegas dan penuh emosi.Arga mengangguk pelan. “Saya setuju, Kek. Nadya telah melampaui batas,” ucapnya pelan. “Perbuatannya terlalu kejam untuk dimaafkan. Bahkan setelah semua kesempatan yang kita berikan, dia tetap mengkhianati keluarga ini.”Ahmad menghela napas berat, lalu mencoba berbicara dengan nada lebih tenang. “Pak, saya meng

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 113: Simpati dari Citra dan Raka

    Di ruangan rumah sakit yang hening, Nadya terbaring lemah di atas ranjang. Wajahnya tampak pucat, dengan mata yang sembab akibat tangis tiada henti. Pintu kamar diketuk perlahan.“Masuk,” suara Nadya terdengar serak, hampir tak terdengar.Citra dan Raka melangkah masuk. Nadya terkejut melihat mereka, terutama Citra.“Kalian…” ucap Nadya dengan nada bergetar.“Kami datang untuk memastikan kamu baik-baik saja,” kata Citra, mencoba tersenyum meski canggung.Raka berdiri beberapa langkah di belakang Citra, tatapannya dingin. “Dia baik-baik saja? Aku rasa kita sudah tahu jawabannya. Kenapa kita harus ke sini?”Citra melirik Raka sejenak, mengabaikan komentarnya. Ia mendekati ranjang Nadya. “Apa kamu butuh sesuatu? Mungkin air atau makanan?”Nadya menggeleng pelan. “Aku… tidak butuh apa-apa. Terima kasih sudah datang.”“Jangan terlalu cepat berterima kasih,” potong Raka tajam. “Kami di sini bukan untuk memberikan simpati tanpa alasan.”“Mas!” tegur Citra. “Dia baru saja kehilangan anaknya.

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 112: Anita yang Murka

    Anita dan Ahmad tiba di rumah sakit pagi itu. Mereka langsung menuju kamar Nadya, yang masih terbaring lemah di ranjang. Wajah Anita tegang, sementara Ahmad tampak mencoba menahan kekhawatirannya.“Bagaimana ini bisa terjadi, Nadya? Apa yang sebenarnya kamu lakukan?” Suara Anita terdengar tajam, penuh kecemasan.Nadya menunduk. Suaranya hampir tak terdengar. “Bu... Aku... aku nggak tahu.”“Anita, jangan terlalu keras,” Ahmad menengahi, mencoba menenangkan suasana. “Ini sudah cukup berat buat Nadya.”“Saya nggak keras, Mas!” Anita menatap suaminya tajam. “Tapi saya nggak paham, kenapa anak kita bisa sampai seperti ini?”Nadya tetap diam, tangannya memegangi perutnya yang kosong. Matanya tertuju ke lantai, menghindari tatapan ibunya.Anita maju beberapa langkah, suaranya makin meninggi. “Nadya, jawab ibu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu ceroboh begini? Seharusnya kamu jaga diri, jaga bayi itu!”“Bu, tolong...” Nadya akhirnya bersuara, suaranya pecah oleh tangis. “Ini salahku. S

DMCA.com Protection Status