Share

Bab 79. Muak

Author: Anggrek Bulan
last update Last Updated: 2024-11-20 18:50:49

“Arga, kamu nggak pernah pikirin masa depan kita, ya?” tanya Nadya tajam saat mereka sedang duduk di ruang tamu. Suaranya bergetar menahan emosi, tetapi tatapannya menusuk.

Arga hanya menatap layar ponselnya tanpa memberi respons berarti. “Masa depan? Kita baik-baik aja sekarang, kan?” jawabnya singkat, tanpa berpaling.

Nadya meremas tangannya, menahan diri untuk tidak meledak. “Baik-baik aja? Kamu serius? Arga. Apa kamu nggak mau punya keluarga yang utuh?”

Arga mendengus pelan, akhirnya meletakkan ponselnya di meja. “Nadya, aku capek. Bisa nggak kita nggak bahas ini sekarang? Aku lagi nggak mood.”

“Lagi nggak mood?” Nadya menatapnya dengan tatapan penuh amarah. “Setiap kali aku bahas soal anak, kamu selalu nggak mood! Aku ini istri kamu, Arga! Aku juga punya hak untuk menginginkan sesuatu dalam hidup kita.”

Arga mengangkat bahu, menatap Nadya dengan dingin. “Kalau kamu mau anak, kenapa nggak cari orang lain aja yang mau kasih itu ke kamu? Aku udah bilang, aku nggak tertarik.”

Kalimat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Alise Daris
trimakasih thor ditunggu lanjutannya ...
goodnovel comment avatar
Ruby Tamsir
trims udah ada lanjutannya walau 1 bab ...ditunggu lanjutan ceritanya lagi nih .....penasaran nih sama akhir ceritanya
goodnovel comment avatar
Abi Sarah
wah udh gk sabar lihat nadya menderita thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 80

    “Citra itu selalu jadi yang terbaik di mata mereka, kan?” gumam Nadya pada dirinya sendiri, duduk di meja riasnya yang penuh dengan parfum mahal dan kosmetik. “Sementara aku? Aku cuma bayangan yang tak dianggap.”Pikirannya terus berkecamuk, mengingat bagaimana keluarga Bramantyo lebih memuja kakak tirinya, yang kini sedang hamil anak Raka. Kakek Bramantyo bahkan memberikan perhatian yang tak pernah Nadya rasakan. Semuanya terasa menusuk harga dirinya.Ketukan pintu kamar membuyarkan lamunannya. Nadya segera merapikan wajahnya.“Nadya, kamu sudah siap?” suara Bu Ratna, ibu mertuanya, terdengar dari luar.Nadya berdehem pelan. “Iya, Ma. Sebentar lagi.”“Cepat sedikit, ya. Jangan terlambat.”Setelah suara langkah menjauh, Nadya menatap bayangannya di cermin. “Keluarga ini tidak pernah benar-benar menerima aku. Tapi aku akan buat mereka lihat betapa pentingnya aku.”*"Mana Arga?" tanya Kakek Bramantyo, sambil menyendokkan sup ke piringnya. Matanya menyapu seluruh meja, jelas mencari sos

    Last Updated : 2024-11-23
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 81. Protective - nya Raka

    Mas, aku cuma pergi ke dapur, nggak usah diikutin terus,” ucap Citra, meletakkan piring di wastafel dengan nada kesal.Raka, yang berdiri tidak jauh darinya, hanya tersenyum sambil menyilangkan tangan di dada. “Aku cuma mau memastikan kamu nggak kecapekan, Sayang. Tahu sendiri kan, dokter bilang kamu harus banyak istirahat.”Citra menghela napas panjang, melirik suaminya yang kini semakin protektif. “Istirahat itu kan nggak berarti aku cuma boleh duduk atau tidur terus. Aku masih bisa beraktivitas ringan.”“Tapi aktivitas ringan itu juga bisa aku bantu, jadi kamu nggak perlu repot,” balas Raka, mendekati Citra sambil mengambil alih piring yang hendak dicucinya. “Sudah, sini. Kamu duduk saja di ruang tamu. Biar aku yang beresin.”“Mas!” Citra memprotes, tapi suaminya tidak menggubris.Raka langsung menggulung lengan kemejanya dan mulai mencuci piring dengan ekspresi serius. Citra hanya bisa menggelengkan kepala sambil bersandar di meja dapur.“Kamu sadar nggak, sekarang aku jadi merasa

    Last Updated : 2024-11-25
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 82. Calon Pewaris

    “Citra, kamu sudah siap?” suara Raka terdengar dari ruang tamu, menggema hingga ke kamar.“Sebentar, Mas!” Citra membalas sambil menyisir rambutnya dengan tergesa-gesa. Ia melirik jam di dinding dan menghela napas panjang. “Kenapa sih kamu harus selalu buru-buru?” gumamnya pelan.Raka muncul di ambang pintu dengan senyum kecil di wajahnya. “Aku nggak buru-buru, Sayang. Aku cuma nggak mau kita terlambat. Ini kan hari penting.”Citra memutar mata sambil menyimpan sisirnya. “Hari penting? Itu kan cuma USG. Kenapa kamu heboh banget sih?”“Bukan cuma USG, Citra. Kita bakal lihat bayi kita untuk pertama kalinya. Aku nggak mau ada yang terlewat.” Raka mendekat, mengambil tas kecil yang sudah dipersiapkan Citra di atas meja. “Ayo, sebelum aku yang deg-degan duluan.”Citra tertawa kecil melihat suaminya yang lebih antusias daripada dirinya. “Baiklah, tuan suami siaga. Aku siap sekarang.”*Di ruang tunggu klinik, Citra duduk sambil menggenggam tangan Raka. Ruangan itu cukup penuh dengan pasang

    Last Updated : 2024-11-26
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 83. Tak Bisa Diharapkan

    “Mas, apa kita benar-benar harus ke rumah Kakek hari ini?” tanya Citra sambil menata kerudungnya di depan cermin.“Harus, Citra. Kakek Bramantyo harus tahu kabar baik ini langsung dari kita,” jawab Raka dari ruang tamu, suaranya terdengar mantap.Citra keluar dari kamar, menyipitkan mata ke arah suaminya. “Tapi aku punya firasat aneh, Mas. Kalau Nadya ada di sana, dia pasti akan bikin suasana nggak enak.”“Kalau Nadya ada di sana, aku yang urus. Kamu nggak usah khawatir,” Raka menenangkannya sambil meraih tas kecil berisi dokumen hasil pemeriksaan kandungan.“Baiklah, tapi aku nggak mau ribut,” ucap Citra sambil berjalan menuju pintu.Raka membuka pintu mobil dan membantu Citra masuk. “Percayalah, ini cuma kunjungan biasa.”*Sesampainya di rumah Kakek Bramantyo, suasana terasa sedikit sepi. Pintu utama terbuka lebar, tapi tidak ada suara yang biasa menyambut mereka“Kok sepi ya?” bisik Citra sambil menggenggam tangan Raka.“Mungkin mereka lagi di ruang keluarga. Ayo masuk,” ujar Raka

    Last Updated : 2024-12-02
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 84. Bukan Pengasuh

    “Pa, kenapa muka kamu tegang begitu? Ada masalah?” tanya Ratna, sambil menyajikan secangkir kopi di meja makan.Andi mendongak dari ponselnya, wajahnya muram. “Masalah? Selalu ada masalah, Ma. Apalagi kalau menyangkut keluarga Bramantyo.”Siska mengernyitkan dahi, meletakkan cangkirnya. “Ini soal Raka lagi, ya?”Andi mendengus. “Kabar Citra hamil anak laki-laki itu seperti menjadi bahan bakar tambahan buat Papa.”“Bukannya itu wajar, Pa? Mereka memang bahagia sekarang,” ujar Ratna berusaha terdengar netral.“Bahagia? Jangan bikin aku ketawa, Ma. Aku tahu apa yang Papa lakukan. Ini sama persis dengan perlakuannya padaku dan Rudi dulu,” jawab Andi, nada suaranya mulai meninggi.Ratna menatap suaminya dengan penuh kekhawatiran. “Tapi kamu nggak bisa terus-terusan menyimpan dendam. Papa mungkin punya alasannya sendiri.”“Alasan?” Andi membanting ponselnya ke meja. “Alasan apa yang bisa membenarkan dia memperlakukan aku seperti sampah? Dan sekarang, anakku—Arga—juga diperlakukan seperti it

    Last Updated : 2024-12-03
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 85. Bawa Pulang Arga

    Nadya segera keluar dari kafe, mengabaikan tatapan penasaran beberapa pengunjung. Dia menekan nomor Arga dengan cepat. Panggilan pertama tidak dijawab. Panggilan kedua juga diabaikan. Pada percobaan ketiga, akhirnya tersambung.“Kenapa teleponku bertubi-tubi? Aku lagi sibuk,” suara Arga terdengar malas di ujung sana.“Arga, kamu di mana sekarang?” tanya Nadya tanpa basa-basi.“Itu urusanmu? Aku nggak perlu lapor setiap kali aku keluar rumah.”“Dengar, ini penting. Papa marah besar, dan dia nyuruh aku cari kamu. Kalau kamu nggak mau pulang sekarang, aku yang kena,” kata Nadya dengan nada serius.Arga tertawa kecil, tapi terdengar getir. “Nggak ada waktu buat bercanda, Arga. Kalau aku diusir dari rumah Kakek gara-gara kamu, aku nggak akan tinggal diam,” ancam Nadya.“Jadi, ini tentang kamu, ya? Bukan tentang aku atau keluarga?” sindir Arga.Nadya menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Aku cuma minta tolong, Arga. Kalau nggak mau bantu aku, minimal bantu dirimu sendiri. Pula

    Last Updated : 2024-12-04
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 86. Kamu Harus Mau

    “Arga, buka pintunya!” Nadya mengetuk keras pintu apartemen itu, suaranya terdengar tegas. Ia sudah tahu suaminya ada di dalam, karena mobil Arga terparkir di depan.“Arga! Jangan pura-pura nggak dengar!”Dari dalam, terdengar suara langkah kaki mendekat, lalu pintu terbuka sedikit. Wajah Arga muncul di celah pintu, terlihat lelah dan kusut.“Apa lagi, Nadya?” Arga menghela napas panjang. “Kenapa kamu terus datang mencariku?”“Kamu pikir aku mau? Aku di sini karena Papa yang memaksaku,” Nadya menjawab dengan tajam. “Kamu nggak bisa terus-terusan kabur seperti ini, Arga.”“Papa memaksamu? Atau kamu cuma takut kehilangan tempatmu di keluarga Bramantyo?” Arga membuka pintu lebih lebar, menatap Nadya dengan tatapan tajam.Nadya mendelik. “Aku nggak peduli apa yang kamu pikirkan. Yang jelas, aku di sini untuk bawa kamu pulang. Papa sangat marah, dan aku nggak mau jadi sasaran amarahnya.”Arga tertawa pendek, penuh sarkasme. “Tentu saja, Nadya. Kamu nggak pernah peduli soal aku. Yang kamu p

    Last Updated : 2024-12-05
  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 87. Si Penganggu Sudah Pergi

    “Arga, kamu mau makan malam dulu atau langsung istirahat?” Nadya berdiri di ambang pintu kamar, senyumnya terlihat lebih hangat dari biasanya.Arga, yang sedang melepas jas di dalam kamar, menoleh dengan ekspresi datar. “Aku nggak lapar. Aku cuma mau tidur.”Nadya mendekat dengan langkah ringan, membawa nampan kecil berisi segelas susu dan beberapa potong roti. “Kalau begitu, minum ini dulu. Kamu butuh tenaga. Lihat dirimu, kelihatan lelah sekali.”Arga mengerutkan kening. “Kenapa tiba-tiba perhatian sekali?”Nadya tertawa kecil, meletakkan nampan di meja kecil di samping tempat tidur. “Aku cuma mencoba memperbaiki hubungan kita, Arga. Aku tahu aku nggak sempurna, tapi aku mau kita kembali seperti dulu.”“Dulu?” Arga mendengus, mengambil gelas susu tanpa banyak berpikir. “Dulu kita juga nggak pernah benar-benar bahagia, Nadya.”Nadya tersenyum tipis, meskipun matanya terlihat tegang. “Itu karena kita selalu sibuk mendengarkan apa kata orang lain. Aku ingin mulai mendengarkan kamu, Arg

    Last Updated : 2024-12-06

Latest chapter

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 108: Rencana Manipulasi

    "Pa, aku tahu kamu kecewa dengan aku. Tapi aku butuh bantuanmu. Aku ingin memperbaiki segalanya," kata Nadya, suaranya penuh nada penyesalan yang dibuat-buat.Andi, ayah mertuanya, menatapnya dengan ekspresi datar dari balik meja kerjanya. Ia tampak ragu. “Kau ingin memperbaiki segalanya? Setelah apa yang kau lakukan pada keluarga kami, Nadya? Aku tidak yakin kau benar-benar tulus.”Nadya mendesah, berusaha menunjukkan kesedihan. “Aku sadar aku banyak salah, Pa. Tapi aku tidak bisa hidup seperti ini terus. Aku ingin memperbaiki hubungan kita. Aku hanya butuh sedikit bantuan untuk memulai lagi.”Andi menyandarkan punggungnya di kursi. “Bantuan apa yang kau maksud?”“Citra,” jawab Nadya dengan suara rendah. “Aku ingin bicara dengannya, tapi dia pasti tidak akan mendengarkan aku kalau aku datang sendiri. Pa, aku tahu Citra menghormati Papa. Kalau Papa bisa membujuknya untuk memberi aku kesempatan…”Andi memandang Nadya dengan mata tajam. “Jadi kau ingin aku yang menjadi jembatan antara k

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 107: Instruksi Licik Anita

    "Kamu harus kembali ke sana, Nadya. Buat hidup Citra sengsara!" suara Anita bergema tajam di ruang tamu. Ia duduk dengan tegak di kursi rotan, menatap putrinya dengan penuh tekad.Nadya menghela napas panjang, kepalanya tertunduk. "Tapi bagaimana, Bu? Aku tidak punya alasan lagi untuk kembali ke keluarga itu. Mereka sudah mengusirku."Anita menggerakkan tangannya ke udara, menunjukkan ketidaksabarannya. "Itu karena kamu membiarkan mereka menang, Nadya! Citra pikir dia bisa mengambil semua yang menjadi milikmu. Kamu mau menyerah begitu saja? Kalau kamu tidak bertindak sekarang, hidupmu akan hancur selamanya!"Nadya terdiam, mencoba memproses kata-kata ibunya. "Tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Mereka semua membenciku.""Itu hanya karena kamu belum menunjukkan kekuatanmu," Anita menekankan dengan nada penuh amarah. "Kamu harus memanfaatkan situasi. Gunakan kelemahan mereka untuk melawan mereka. Kita akan cari cara."Nadya memandang ibunya, ragu-ragu. "Apa maksud Ibu? Aku tidak

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 106: Konfrontasi dengan Orang Tua

    “Aku ini anakmu juga, Ayah! Tapi kenapa Citra selalu dianggap benar?” Nadya hampir berteriak, suaranya dipenuhi emosi.Ahmad menatap Nadya tajam, wajahnya memerah. “Apa maksudmu bicara seperti itu, Nadya? Ayah tidak pernah membeda-bedakan kalian berdua.”“Tidak pernah membeda-bedakan?” Nadya mendengus sinis. “Lalu kenapa setiap kali ada masalah, aku yang selalu disalahkan? Citra selalu jadi anak kesayangan Ayah, ‘kan?”“Nadya, sudah cukup!” Ahmad menggebrak meja dengan keras, membuat suasana ruang tamu itu tegang. “Ayah sudah muak mendengar keluhanmu tentang Citra!”Anita, yang duduk di samping Nadya, segera menyela. “Mas, jangan seperti itu! Nadya hanya ingin menyampaikan perasaannya. Kamu itu memang terlalu keras pada dia, sementara Citra selalu dibiarkan begitu saja.”Ahmad menatap istrinya dengan mata yang membara. “Jadi menurutmu aku harus diam saja ketika dia terus-terusan mencari masalah? Citra tidak pernah mengadu seperti ini, meskipun dia punya banyak alasan untuk melakukanny

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 105: Harapan untuk Masa Depan

    “Mas, tadi Kakek sempat bilang sesuatu yang membuatku berpikir,” ujar Citra sambil duduk di sofa, menarik selimut ke tubuhnya. Malam itu udara terasa dingin, tetapi hangatnya percakapan mereka mencairkan suasana.“Apa yang Kakek bilang?” Raka bertanya, mendekat sambil membawa dua cangkir teh hangat. Ia menyerahkan satu kepada Citra sebelum duduk di sampingnya.Citra memegang cangkir itu dengan kedua tangan, meniup uap yang mengepul. “Dia bilang menjadi orang tua itu tidak mudah. Kita harus saling mendukung, dan aku setuju dengan itu. Aku tahu kita masih belajar, tapi aku berharap kita bisa menjadi tim yang baik.”Raka tersenyum, menatap istrinya penuh kasih. “Aku setuju, Cit. Aku tahu aku belum sempurna, tapi aku berjanji akan belajar. Aku akan menjadi suami dan ayah yang lebih baik. Aku tidak akan membiarkan apa pun mengganggu keluarga kecil kita.”Citra menatap Raka dengan mata lembut. “Aku percaya padamu, Mas. Tapi aku juga berharap kita selalu saling mendukung, apa pun yang terjad

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 104: Acara Syukuran

    “Citra, mana aku taruh kue lapis legit tadi? Rasanya tadi aku letakkan di meja dapur!” Suara Raka terdengar sedikit panik dari arah dapur.Citra yang sedang mengatur hiasan bunga di ruang tamu, menoleh sambil tersenyum. “Itu sudah aku pindahkan ke meja buffet, Mas. Nanti kalau taruh di dapur, lupa dihidangkan.”Raka mengangguk cepat, keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi minuman. “Wah, bagus sekali susunan bunganya. Kamu memang selalu bisa membuat semuanya terlihat lebih indah.”“Memuji terus dari tadi. Apa kamu takut aku stress menghadapi acara ini?” goda Citra sambil tertawa kecil.Raka meletakkan nampan di meja, kemudian mendekat dan meraih tangan Citra. “Aku memujimu karena kamu pantas dipuji, Cit. Lagi pula, acara ini kan untuk kebahagiaan kita.”Citra tersenyum, sedikit terharu dengan ucapan suaminya. “Terima kasih, Mas. Aku tahu kamu sudah berusaha keras untuk membantu.”Belum sempat Raka menjawab, bel pintu berbunyi. “Itu pasti tamu pertama kita,” kata Raka bersemanga

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 103: Malam Romantis di Taman

    “Kamu memang tidak pandai menyimpan rahasia, ya,” ujar Citra dengan nada menggoda, sambil menatap Raka yang sedang sibuk menata lilin di atas meja taman kecil itu.Angin malam yang lembut meniup rambutnya, sementara wangi bunga lavender di sekeliling taman membuat suasana semakin hangat.Raka, yang sedang menyalakan lilin terakhir, menoleh sambil tersenyum. “Mungkin aku memang tidak pandai menyimpan rahasia,” balasnya santai, “tapi aku pandai membuatmu tersenyum, ‘kan?”Citra tertawa kecil, melipat tangannya di dada. “Yah, setidaknya itu benar. Tapi serius, Mas. Apa ini semua untukku?”Raka berjalan mendekat, menarik kursi untuk Citra agar duduk. “Menurutmu?” tanyanya balik sambil memasang senyum jahil.“Hmm, kalau bukan untukku, untuk siapa lagi?” jawab Citra sambil duduk. Ia memandangi meja kecil itu, dihiasi taplak sederhana berwarna putih dengan beberapa tangkai bunga mawar merah. Di tengah meja, lilin-lilin kecil menyala, memberikan cahaya hangat yang memantul di matanya.Raka du

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 102: Persiapan Acara Syukuran Kehamilan

    “Mas, aku ingin mengadakan syukuran kecil,” ujar Citra tiba-tiba di ruang makan saat mereka sedang sarapan. Ia menatap suaminya yang tengah sibuk dengan layar ponselnya. “Kita bisa undang keluarga dan teman-teman dekat. Hanya acara sederhana untuk merayakan kehamilan ini.”Raka mendongak, alisnya terangkat. “Syukuran? Apa tidak terlalu merepotkan? Bukankah kita bisa merayakannya berdua saja?”Citra tertawa kecil. “Mas, ini bukan soal merepotkan atau tidak. Aku hanya ingin berbagi kebahagiaan ini. Lagipula, sudah lama kita tidak berkumpul dengan orang-orang terdekat sejak kejadian itu.”“Tapi, Cit…” Raka mencoba membantah, namun pandangan penuh harap dari istrinya membuatnya menahan diri. “Apa tidak lebih baik kalau kita fokus saja pada persiapan nanti setelah bayi lahir?”Citra menggeleng. “Bayi ini belum lahir, tapi aku ingin semua orang tahu betapa bersyukurnya kita. Acara ini tidak harus besar, hanya sekadar makan bersama dan doa sederhana.”Raka menghela napas, mencoba mencari ala

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 101: Rasa Terima Kasih Raka

    “Citra, aku tidak tahu bagaimana jadinya hidupku tanpa kamu,” suara Raka terdengar pelan, namun ada kejujuran mendalam di dalamnya. Ia menatap Citra yang sedang duduk di sofa ruang tamu, memandanginya dengan penuh perhatian. “Kamu begitu sabar menghadapi semua kekacauan ini.”Citra menghentikan tangannya yang sedang memegang cangkir teh, lalu mengalihkan pandangannya ke arah suaminya. Ada sedikit keheranan di wajahnya. “Kenapa tiba-tiba bicara begitu, Mas? Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang istri.”“Tidak, ini lebih dari itu,” jawab Raka, menghela napas panjang sebelum melanjutkan. “Aku sadar selama ini aku terlalu sibuk dengan masalahku sendiri. Aku seringkali lupa bahwa kamu juga ikut menanggung semua beban ini, bahkan ketika itu bukan kesalahanmu.”Citra tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Kamu membuatku terdengar seperti pahlawan, padahal aku cuma ingin kita melewati semuanya bersama. Bagaimanapun juga, keluarga ini adalah bagian dari hidupku.”Rak

  • Suami Penggantiku Ternyata Pewaris   Bab 100. Kebohongan yang Terbongkar

    “Baik, semua sudah berkumpul?” Raka membuka suara dengan tenang tetapi tegas, berdiri di tengah ruang keluarga besar Bramantyo.Anggota keluarga yang hadir saling pandang, bertanya-tanya apa yang akan dibahas. Kakek Bramantyo duduk di samping Arga, terlihat waspada. Nadya duduk di sudut ruangan dengan ekspresi datar, meskipun jari-jarinya saling menggenggam erat.“Ada sesuatu yang perlu saya sampaikan kepada keluarga ini,” lanjut Raka. “Ini menyangkut kejujuran, kehormatan, dan kepercayaan dalam keluarga besar kita.”Citra yang duduk di dekatnya menatap Raka dengan dukungan penuh. Ia tahu betapa pentingnya momen ini untuk membongkar semua kebohongan yang telah merusak kedamaian keluarga mereka.“Raka, langsung saja ke intinya,” suara dingin Kakek Bramantyo terdengar. “Apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan?”Raka menarik napas panjang. “Saya memiliki bukti bahwa Nadya selama ini telah membohongi kita semua.”“Raka!” Nadya langsung berdiri, suaranya meninggi. “Apa maksudmu? Jangan bi

DMCA.com Protection Status