“Emm … syaratnya yang bikin enak aja kalau dariku. Aku mau kamu selalu ‘siap dan mau’ kalau punyaku lagi pengin. Kamu paham, ‘kan?” ucap Dipta sedikit ambigu tak jelas.
Kaira yang mendengar syarat dari Dipta merasa bingung sendiri. Kaira takut salah paham. Takut apa yang dipikirkan tidak sama dengan Dipta.
“Maksudnya gimana, Mas?” tanya Kaira yang membuat Dipta langsung menghentikan mobilnya di bahu jalan.
Dipta menoleh ke samping, menatap Kaira lekat. “Kamu tahu dong hubungan suami istri semakin harmonis itu karena apa?” pancing Dipta sambil menaik-turunkan kedua alisnya, menggoda Kaira agar menebak syarat darinya.
“Apa? Suami banyak duit?” tebak Kaira realistis.
“Ck! Bukan itu!” dengkus Dipta sebal karena Kaira kurang peka.
“Terus apa? Bilang aja jangan muter-muter gini, Mas. Otakku nggak nyampe.”
“Hubungan intim. Bercinta
“Oh, yasudah. Kompak sekali suami istri ini pada kebelet.”Kaira tersenyum canggung saat pamitan, padahal malu banget saat akan menyusul suaminya ke toilet. Takut dikira akan berbuat macam-macam.Saat mendorong pintu, Kaira kaget tubuhnya dipeluk dari belakang oleh Dipta. Ternyata suaminya sembunyi dibalik pintu.“Ih, Mas, lepasin.”“Jatah dulu seronde lah. Aku udah setuju kerja di sini.”“Tapi ini di toilet, Mas. Lagian nggak enak sama Papa dan Salsa yang udah nunggu di luar.”“Biarin aja. Mereka juga ngertiin kok. Namanya juga kita penganten baru.”“Tapi—ahhh!” pekik Kaira saat kedua tangan Dipta mulai berani nakal dengan meremas kedua gundukan milik Kaira kencang. “Stop, Mas! Aku minta transferin uang ke m-banking buat bayar pesanan makanan. Saldoku—eemmhhhh!” lenguh Kaira yang tak bisa mencegah tangan jahil suaminya.“Seronde dulu nanti aku transfer banyak ke rekening kamu.”“Ck! Kamu bayar aku gitu? Kok aku kayak lon—eeuggghhh!” desah Kaira saat sebelah tangan Dipta sudah berhasi
"Nggak ada apa-apa," gumam Dipta pelan, tapi masih didengar oleh Kaira. Ekspresi wajahnya bahkan masih menunjukkan rasa curiga, namun Kaira merasa lega karena sebelum keluar dari toilet, wanita itu menyempatkan diri untuk menghapus semua chat di ponselnya. Ya, meski hanya ada dua orang saja yang kirim chat. Dipta dan orang misterius itu.Saat suaminya mengembalikan ponselnya dengan wajah kecut, Kaira iseng mengajukan pertanyaan."Udah pesen menu makannya?" tanya Kaira basa-basi."Nggak jadi. Mendadak udah nggak pengin," jawab Dipta ngeles meski aslinya Kaira tahu tujuan suaminya meminjam hape. Yang pasti ingin tahu ada apa di dalamnya.Perjalanan mereka pun akhirnya sampai rumah. Kaira pun melakukan aktifitas seperti biasa. Dipta sibuk di depan laptop, namun kali ini tidak main game melainkan membuka email yang menampilkan laporan dari Adit.Kaira yang tak sengaja melihat,.langsung mendekat ke arah Dipta."Sebetulnya selama ini kamu betulan main game atau pura-pura?" tanya Kaira isen
“Kenapa? Kok mukanya kaget gitu?”Kaira benar-benar tidak menyangka kalau yang berdiri di depannya saat ini adalah Salsa. Lalu dari mana dia tahu nomornya? Sedangkan yang tahu nomornya baru beberapa orang saja.Saat Salsa melangkah mendekat ke arahnya, Kaira mencoba tenang meski aslinya begitu deg-degan.“Jauhi Dipta!” titah Salsa tepat di samping telinga. Suaranya pelan, tapi sangat membuat tubuh Kaira meremang. “Kalian tidak pantas bersatu!” tambahnya sambil memberikan senyuman sinis.Mengingat tubuh Salsa jauh lebih tinggi membuatnya sedikit condong turun ke bawah, menyamakan tubuh milik Kaira.Selesai mengatakan itu, Salsa berbalik badan, berjalan menjauhi Kaira yang masih terdiam dengan kedua telapak tangan mengepal kuat.“Dipta itu cocoknya cuma sama aku!” lanjut Salsa, menatap tajam ke arah Kaira.Berhasil mengusai diri, Kaira kini mulai berani berjalan maju mendekati Salsa yang berdiri di belakang meja. Kaira mendongak tanpa takut, membalas tatapan Salsa dengan senyuman mereme
“Kalau itu yang kamu mau, aku enggak bisa nolak,” jawab Dipta tersenyum manis sambil membalas pelukan manja Kaira di depan Salsa.Mendapat balasan pelukan dari Dipta, Kaira merasa menang satu kosong dengan Salsa. Apalagi wanita itu terlihat panas melihat kemesraannya. Kaira bersorak dalam hati kalau ia ternyata bisa membuat calon pelakor ini kebakaran jenggot.Ting!Mereka bertiga kini keluar lift bersama-sama. Tepatnya, Dipta mempersilakan Salsa keluar terlebih dahulu dan dia menyusul di belakangnya bersama Kaira.Sampai di depan mobil milik Dipta, Kaira buru-buru mencegah suaminya saat akan masuk di pintu kemudi.“Mas, kamu kayaknya capek banget. Aku takut nanti nyetirnya kurang fokus,” keluh Kaira masuk akal.“Gapapa kok.”“Jangan gitu, Mas. Kamu ini bawa nyawa tiga lho. Aku kalau bisa nyetir pasti gantiin kamu. Sayangnya aku nggak bisa nyetir,” keluh Kaira memberikan ekspresi lesu yang membuat Dipta langsung berpikir jika ucapan istrinya ada betulnya juga.“Kalau gitu Salsa aja ya
“Lagi di taman lihat-lihat bunga, Bu," jawab ART keluarga Kertakusuma.Vania mengangguk kecil, dan berjalan keluar rumah. Matanya mencari Kaira yang ternyata sedang tersenyum manis ketika melihat bunga-bunga di taman. “Itu yang pink namanya bunga peony, yang putih itu namanya bunga magnolia,” celetuk Vania yang membuat Kaira menoleh ke samping, ke arah Vania berdiri. “Cantik.” “Ya, memang cantik juga mahal,” jawab Vania masih menunjukkan wajah judes seperti biasa. “Mama yang cantik pakai dres putih itu bukan bunga ini,” ralat Kaira yang membuat Vania mengulum senyuman dipuji oleh menantunya. Akan tetapi buru-buru langsung mengubah ekspresinya kembali judes.“Yaudah buruan itu sopir udah nunggu.” “Ke mana, Ma?” “Kantor, memang mau ke mana lagi!?” “Biar Kaira naik taksi aja. Takut Mama nggak nyaman satu mobil sama Kaira.” “Ck! Kamu ini dikasih gratisan malahan nolak! Buruan, saya malas nunggu lama!” Kaira yang melihat kepergian Vania justru mesam-mesem sendiri. Akhirnya Mama me
“Apa maksudnya?” Vania melirik ke arah Kaira yang masih duduk. “Jelaskan pada saya, Kaira!?” bentak Vania semakin jengkel kepada menantunya ini.Kaira yang baru akan membuka mulutnya untuk menjelaskan, tiba-tiba diserobot oleh Melodi yang menerocos panjang lebar.“Kaira dan Mas Bayu ini dulu pacaran, Tante. Kaira ini sangat gila uang dan harta makanya dulu Mas Bayu tertekan sama sikapnya. Karena saking sukanya Mas Bayu dulu, dia sampai nekat korupsi uang kantor,” jelas Melodi mengarang cerita yang didukung oleh Widya.“Betul, Bu Vania,” dukung Widya semangat.Vania yang mengetahui fakta ini semakin jengkel. Bisa-bisanya Dipta menikahi wanita matre seperti ini. Vania tidak akan tinggal diam saja.“Jadi saya mohon keadilan untuk anak saya, Bu Vania. Yang pantas dipenjara itu dia bukan Bayu!” tuding Widya dengan telunjuknya ke arah dahi Kaira.Tak tahan difitnah terus menerus membuat Kaira langsung berdiri, menatap Widya jengkel. “Bu! Hubungan aku sama Mas Bayu sudah selesai lama. Kenapa
“Keadaannya baik, hanya saja ….”“Hanya saja apa, Dok?” tanya Vania penasaran.Dokter yang ditanya tampak bingung menyampaikan, namun tetap memberikan senyuman tipis sebagai rasa profesionalitasnya. Bahkan sebelum menyampaikan lebih detail, dokter itu menghela napas panjang dan kembali memberikan senyuman yang membuat Vania penasaran.“Benturan keras membuat kandungannya lemah. Jadi saya minta untuk semua anggota keluarga tidak membuatnya kelelahan apalagi stress. Hal ini begitu mempengaruhi kandungannya,” jelas Dokter yang memeriksa Kaira.Vania merasa salah dengan pendengarannya hingga kembali memastikan. “Tadi apa, Dok? Kandungannya lemah?” tanya Vania, yang hatinya mendadak deg-degan tak karuan.“Iya, Bu. Pasien harus istirahat total untuk sementara waktu demi kebaikan calon bayi juga Ibunya,” terang Dokter itu kembali memberikan nasihat kepada Vania.Bukan hanya Vania saja yang syok mendengar jika Kaira sedang hamil. Salsa pun rasanya lemas mendadak. Harapan untuk mendapatkan Dip
“Ini serius, Kaira hamil?” tanya Dipta memastikan ucapan Mamanya. Rasanya tak percaya. Mulutnya bahkan melongo sedikit saking kagetnya mendengar kabar menggembirakan ini.Vania mengangguk sambil tersenyum kecil. “Mama mau punya cucu,” balasnya dengan kekehan kecil.Wisnu yang merasa bahagia jika menantunya sedang hamil, melampiaskan perasaannya dengan semakin mengeratkan pelukan ke tubuh istrinya.Dipta yang dari tadi emosi marah-marah kini justru kedua bola matanya berkaca-kaca menatap sang istri yang justru masih terdiam syok.“Sayang, kita akan punya anak,” ujar Dipta senang. Alisnya naik ke atas sebelah saat melihat Kaira justru diam saja tak memberikan reaksi apapun. “Sayang,” tegur Dipta lirih.“Aku hamil?” tanya Kaira dengan wajah polosnya.Dipta yang gemas, menangkup kedua pipi istrinya dengan telapak tangan. Dihadapkan ke arah wajahnya hingga kedua netra miliknya bersirobok dengan manik cokelat milik Kaira.“Ya, kamu hamil. Memangnya kamu tidak tahu?” tanya Dipta heran.Kaira