Halo beloved Reader, maaf baru menyapa kalian semua. Makasih buat kalian yang sudah mengikuti kisah Dipta & Kaira. Semoga kalian selalu sehat, bahagia. Mas Dipta bakalan honeymoon nih sama Mbak Kaira, kira-kira tokcer enggak, ya? Eheheh. Aku ada visualisasi untuk Dipta, Kaira, ini di IG aku kalau mau lihat.
“Aku takut, Mas,” bisik Kaira saat sudah duduk di kursi pesawat. Raut wajah tegangnya tak bisa disembunyikan hingga membuat Dipta mengulum senyumnya. “Ini pertama kali aku naik pesawat first class, takut norak nantinya,” akui Kaira dengan jujur.Dipta tersenyum lebar karena tak bisa menahan kelucuan dari Kaira yang dari tadi terus saja mengoceh soal ketakutannya menaiki pesawat first class.Namun, di sini Dipta tidak ingin menggurui Kaira dan ketara jika ia sering menaiki first class, ngeri Kaira curiga.“Aku juga takut sebetulnya, tapi pura-pura biasa aja,” balas Dipta berbisik untuk menenangkan Kaira jika wanita itu tidak sendirian noraknya.Kini Kaira merasa lega, setidaknya ada Dipta yang sama-sama tidak pernah naik pesawat first class. Padahal kelas bisnis saja ia belum pernah, tapi malah dikasih hadiahnya nggak kaleng-kaleng sama Pak Wisnu. Benar-benar bos idaman. Dan, kalaupun nanti akan bersikap norak, setidaknya Kaira memiliki teman, Dipta, suaminya.Perjalanan Jakarta menuju
“Apa maksudnya Mas Dipta berkata seperti itu? Artinya, ‘kamu cinta terakhirku’?” Masih penasaran membuat Kaira terus mencari arti kalimat kedua dan ketiganya. “Ini dia artinya lagi, ‘satu-satunya orang yang aku cinta adalah kamu’, dan ‘tetaplah bersamaku selamanya’?”Mendadak Kaira terbengong sendiri saat mengetahui arti dari ucapan Dipta itu. Semuanya merujuk soal perasaan cinta yang tulus. Apa Mas Dipta sudah jatuh cinta kepada dirinya?Memikirkan hal itu membuat kepala Kaira pusing. Pasalnya ia sudah berjanjian dengan Dipta malam ini untuk dinner di suatu tempat, dan akan menghabiskan malam di sekitaran Menara Eiffel.Sebelum pergi ke restoran, Kaira menyempatkan diri untuk pergi ke salon terlebih dahulu. Itupun atas usul dari Dipta. Sedangkan untuk Dipta sendiri memilih menunggu di restoran sambil menyiapkan kejutan untuk Kaira.Selesai dari salon, Kaira keluar dengan perasaan gugup juga takut. Ini pertama kalinya ia sendirian pergi seperti ini. Kaira tersenyum saat sopir yang dip
“Mungkin aku akan memaafkan, tapi rasa kecewa itu pasti ada, Mas. Apalagi aku tidak suka dibohongi. Rasanya tuh sakit kalau kita enggak dipercaya gitu,” jawab Kaira dengan nada lirih penuh hati-hati.Suasana ruangan yang dingin akibat AC, kini terasa sangat panas akibat pertanyaan yang dilontarkan oleh Dipta. Entah mengapa Kaira merasakan jika pertanyaan itu seperti nyata.“Apa kamu masih tetap bertahan?” lanjut Dipta menanyakan lagi kepada Kaira karena belum dijawab tuntas oleh wanita itu.Kaira menarik napas dalam sebelum mengembuskan perlahan-lahan. Wajahnya tampak berpikir keras yang membuat Dipta tak sabar menunggu jawaban istrinya.Kaira menggelengkan kepalanya pelan, napas Dipta mendadak tercekat. Dasi yang menempel terasa mencekik lehernya.“Kenapa?” tanya Dipta dengan suara parau nyaris tak terdengar. Sebelah tangannya sibuk melonggarkan dasi yang terpasang rapi di lehernya.“Mas Dipta pasti udah lihat sendiri kenapa aku enggak mau berhubungan dengan keluarga kaya raya. Aku p
“Tadi kamu bilang apa, Kai? Cemburu? Sama siapa, hm?” tanya Dipta penuh kelembutan saat melihat wajah muram dan cemberut istrinya.Tak suka jika melihat Kaira sedih, Dipta mendongakkan dagu milik Kaira dengan lembut. Melihat manik cokelat yang sudah penuh dengan genangan air mata. Sadar jika mengedip sekali saja itu akan jatuh, Dipta langsung menarik tubuh Kaira ke dalam pelukannya.“Maaf kalau aku bikin kamu cemburu,” ujar Dipta sambil terus mengusapi rambut panjang milik Kaira naik turun dengan lembut. “Kamu cemburu sama Salsa?” tebak Dipta tepat sasaran.Kaira memilih diam saja karena ia juga tak tahu soal perasaan hatinya yang sekarang. Intinya merasa nyeri ketika ada wanita lain yang mendekati Dipta. Apa ini yang dinamakan cinta? Apakah ia sudah jatuh cinta sedalam ini sama Mas Dipta hingga bisa cemburu seperti ini? Entahlah, Kaira pun tak tahu.Merasa sudah lebih baik, Kaira melepaskan diri dari pelukan Dipta. Ia tersenyum tipis yang dipaksakan karena tak mau membuat Dipta kepik
“Ada apa, Kaira? Apa ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Dipta saat melihat gelagat dan ekspresi istrinya yang tampak ingin memprotes. Kaira mengangguk pelan sambil mengerutkan dahi hingga kedua alisnya menyatu. “Hm, maksud dari kata ‘tidak boleh meninggalkan atau meminta cerai jika terjadi kebohongan’? Memang Mas Dipta bohong apa?” tanya Kaira heran. “Iya maksudnya jika kita ada bohong dikit jangan langsung minta pisah apalagi cerai gitu. Pokoknya harus dengerin dulu penjelasannya.” “Ohhhh! Oke!” Kaira akhirnya setuju dengan apa yang dituliskan di sana. Wanita itu langsung menutup dokumen tanpa membaca semua isi kontrak perjanjiannya, karena tak mau melewatkan pemandangan Kota Paris dari Menara Eiffel. “Enggak mau dibaca?” tanya Dipta memastikan. Kaira menggeleng pelan sambil tersenyum. “Aku percaya sama Mas Dipta jika isi perjanjian itu dibuat untuk kebaikan bersama, ‘kan? Jadi aku setuju dan tanda tangan aja,” jelas Kaira yang sudah percaya kepada Dipta 100%. Di sisi lain hat
"Ah!" ringis Kaira saat akan beranjak dari tempat tidurnya.Tak tahu jika setelah melakukan itu rasanya akan nyeri seperti ini. Kata Mas Dipta kalau pertama memang seperti ini. Namun, setelah hari ini katanya akan biasa saja.Ya, Kaira akui meski semalam sangat enak dan nikmat, bahkan Kaira ingin lebih dan lebih."Morning sayang," sapa Dipta menggerunyam saat merasakan jika di sisi kirinya sudah tak ada orang lagi.Kaira yang masih duduk menoleh ke belakang dengan tatapan datar. Tapi saat melihat bagian dada bidang suaminya penuh jejak merah membuatnya tersipu malu. Semalam dirinya benar-benar buas seperti serigala? Sial!"Morning kiss, please," pinta Dipta sambil memanyunkan bibir ke depan, meminta cium kepada Kaira yang masih enggan menatap pria itu.Tak kunjung dicium membuat Dipta merasa tak sabar hingga berbuat jahil, menarik perut istrinya kuat sampai terjatuh di atas dadanya yang bidang."Kenapa diam aja, hm?" tegur Dipta berbisik. Tangannya mulai bergerilya mengelus dari perut
“Telepon dari polisi?” tanya Dipta dengan suara lirih. Pandangan matanya terus menghunus ke arah Kaira tanpa berkedip sedikit pun. Kaira mengangguk sebagai jawaban, air matanya bahkan sudah tumpah ruah membasahi pipi mulusnya.“Mas Dipta enggak akan ninggalin aku, ‘kan?” suara parau dari Kaira membuat Dipta buru-buru turun dari kursi stool. Pria itu mendekat ke arah istrinya dan memeluknya erat.“Nggak akan, Kaira. Aku akan selalu ada di samping kamu.”Tangis Kaira semakin pecah. Suaranya terdengar begitu tergugu yang membuat Dipta merasa tak tega sendiri.Apalagi kasus korupsi dari Bayu yang membongkar dirinya. Jika seperti ini, Dipta seperti makan buah simalakama. Maju kena mundur kena. Niat hati menangkap tikus kantor agar dipenjara, tapi justru melibatkan istrinya sendiri seperti ini.Entah saat ini Dipta merasa sangat bingung sendiri. Jika dilanjutkan pasti akan menyeret nama Kaira lebih dalam. Apalagi semua bukti transferan uang korupsi Bayu menuju ke rekening Kaira, istrinya.“
“Apa maksudmu berkata seperti itu!?” tanya Dipta menahan rasa kesalnya ketika sesosok perempuan seusia Kaira tampak ikut campur ke dalam masalahnya.“Tak pernah menyangka dan menduga jika selama ini sopir yang menikahi Kaira ternyata anak seorang konglomerat. Kalau Kaira tahu, kira-kira ….”“Diam!”Jika selama ini Dipta dikenal akan sifat sabarnya, namun tidak dengan saat ini. Dipta langsung mencengkeram dagu milik Melodi, sahabat Kaira sekaligus orang yang sudah berkhianat dibelakang Kaira.Mendengar ucapan dari mulut Melodi membuat hati Dipta merasa jengkel luar biasa. Apalagi dari mana perempuan ini tahu identitas aslinya? Benar-benar sialan.“Jangan berani katakan apapun atau—““Atau apa!? Ha!?” potong Melodi cepat. Tatapan matanya mengarah tajam ke wajah Dipta. Menunjukkan jika dia tidak takut sama sekali dengan pria itu. “Cabut tuntutan Bayu sekarang atau Kaira akan tahu yang sebenarnya!” lanjut Melodi mengancam.“Jangan pernah mengancamku bedebah!”Dipta melepaskan cengkeraman