Share

6). Kabar Bahagia

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-01 14:15:15

***

"Lagi ngerjain apa, Dan?"

Baru keluar dari kamar mandi, Adara langsung melayangkan pertanyaan tersebut ketika melihat Danendra duduk di depan laptop yang disimpan di meja kerjanya.

Memiliki ukuran yang cukup luas, kamar tersebut memang diisi beberapa furniture. Selain sofa, di kamar Danendra juga terdapat meja kerja, meja rias juga lainnya.

"Laporan keuangan," jawab Danendra. Dia kemudian menoleh—memandang Adara yang masih memakai bathrobes berwarna putih juga handuk yang melilit rambut basahnya. "Udah selesai mandinya?"

"Udah," jawab Adara. "Kenapa?"

"Mau ajak kamu makan," kata Danendra. "Aku udah pesen makanannya tadi. Udah datang juga."

"Oh oke, aku pake baju dulu," kata Adara. Setelah itu dia berjalan menuju lemari lalu mengeluarkan setelan piyama satin berwarna merah muda dari sana. "Dan."

"Ya?"

"Aku males ke kamar mandi," ucap Adara. "Kamu bisa keluar dulu, enggak? Aku mau pake baju."

"Oh oke," kata Danendra. Tak banyak bicara, dia langsung meng-shut down laptopnya lalu menyimpan benda pipih besar itu di atas meja.

Beranjak, Danendra berjalan menuju pintu untuk keluar. Namun, sebelum tangannya meraih handle, dia menoleh lalu memandang Adara yang masih terdiam di tempatnya.

"Ra."

"Ya?"

"Aku siapin makanan dulu ya."

"Iya, Dan. Makasih," kata Adara.

"Hm."

Danendra pergi, Adara segera memakai piyama tidurnya lalu mengeringkan rambut memakai hairdryer yang sengaja dia bawa.

Dua puluh menit berlalu, semuanya selesai. Tak mau membuat Danendra menunggu terlalu lama, Danendrs bergegas keluar. Namun, langkahnya terhenti ketika ponsel yang dia simpan di atas meja berbunyi.

Bukan panggilan, bunyi tersebut adalah bunyi notifokasi pesan karena memang sekarang sebuah pesan masuk ke ponselnya.

[Sepupu Rafly: Kak Dara, Mas Rafly udah ditemuin. Besok ke sini bisa?]

Senyuman terbit di bibir Adara bersamaan dengan kedua matanya yang tiba-tiba saja berkaca-kaca, bahkan tanpa sadar tangan Adara yang memegang ponsel pun bergetar.

"Raf," lirih Adara. "Akhirnya kamu ketemu."

Tanpa membalas pesan yang dia dapat, Adara menyimpan ponselnya begitu saja di atas meja lalu berjalan tergesa-gesa keluar dari kamar untuk menghampiri Danendra yang kini sibuk menata makanan di atas meja.

"Dan!" seru Adara yang langsung membuat Danendra mendongak.

"Ya, Ra. Kenapa?"

"Aku baru aja dapat kabar bahagia," ungkap Dara tanpa melunturkan senyumannya sedikit pun.

Danendra tersenyum. Meskipun belum tahu kabar apa yang di dapat Adara, mendengar kata 'bahagia' dilontarkan gadis itu, rasanya dia merasa jika kabar yang dimaksud Adara adalah kabar bagus.

"Kabar apa, Ra?" tanya Danendra—masih dengan senyumannya. Namun, dalam hitungan detik senyuman itu luntur saat Adara mengungkapkan kabar bahagia yang dia maksud.

"Rafly ketemu, Dan!" seru Adara antusias. Berjalan mengitari meja yang semula menjadi pembatas dia dan Danendra, Adara kini berdiri persis di dekat sang suami yang langsung membalikkan badan untuk menghadap ke arahnha. "Di Majalengka, Rafly kan punya sepupuh, nah aku punya nomor dia dan aku minta sama sepupunya ini buat hubungin aku kalau ada perkembangan dan kamu tau? Barusan dia chat aku terus bilang Rafly ketemu!"

"Aku senang, Dan! Ya ampun!"

"Seriously?" Danendra yang semula sempat melunturkan senyumannya, kini mau tak mau memasang wajah bahagia atas kabar yang baru saja diucapkan Adara.

"Serius dong!" Adara mengangguk antusias. "Demi apapun, Dan! Aku enggak nyangka!"

"Bagus kalau gitu," ucap Danendra. "Aku ikut senang."

Masih dengan senyumannya, Adara memandang Danendra. "Dan," ucapnya.

"Ya?"

"Boleh peluk kamu, enggak?"

"Peluk?" Danendra tiba-tiba saja kikuk.

Adara mengangguk. "Yeah! Boleh enggak?" tanyanya.

"Sure," jawab Danendra singkat. Setelahnya dia langsung merentangkan tangannya dan di detik itu, Adara langsung menabrakkan tubuhnya.

Melingkarkan kedua tangannya di pinggang Danendra, Adara menenggelamkan kepalanya di dada bidang sang suami tanpa menghilangkan setitik senyum di bibirnya.

"Aku enggak nyangka Rafly akhirnya ketemu, Dan," kata Adara.

Danendra yang membalas pelukan Adara hanya mengukir senyum tipis. "Keajaiban, Ra," ucapnya. "Mungkin kamu sama Rafly ditakdirkan berjodoh, makanya dia masih dikasih keselamatan."

"Iya ya, Dan," ucap Adara tanpa melepaskan pelukannya. "Pengen nangis aku, Dan. Aku enggak tahu harus berkata apalagi."

"Jangan nangis dong, kan bahagia. Masa nangis?" tanya Danendra. Setelahnya dia mengurai pelukan dengan Adara lalu memandang gadis itu dengan seksama.

Kedua mata Adara berkaca-kaca sebagai tanda bahwa dia memang benar-benar bahagia karena kabar Rafly, tanpa sadar jika kebahagiaannya ini—sekali lagi, menggoreskan luka di hati Danendra.

Ini baru hari kedua setelah pernikahan mereka kemarin, tapi Danendra sepertinya harus bersiap-siap untuk kehilangan Adara lagi karena seperti yang diucapkannya tadi siang, Adara akan menggugat cerai Danendra jika Rafly ditemukan.

Karena pada hakikatnya, Danendra memang hanya 'pengganti' yang memiliki sifat sementara.

Sial. Danendra kini merutuki hatinya sendiri yang sempat berharap Rafly tak diketemukan agar Adara tetap bersamanya.

Egois. Ternyata Tuhan tak mendengarkan doa buruk Danendra. Tentu saja. Mana mungkin doa buruk dikabulkan Sang Pencipta.

"Senang banget ya, Ra?" tanya Danendra yang langsung dijawab anggukkan tanpa ragu dari Adara.

"Banget, Dan. Aku ngerasa ini kaya mimpi," ucap Adara. "A-aku-"

Adara menghentikan ucapannya ketika kedua ibu jari Danendra tiba-tiba saja mendarat di kedua pipinya—menghapus air mata yang sempat jatuh di sana.

"Kalau bahagia, jangan nangis," ucap Danendra. "Wajah cantik kamu keganggu kalau nangis."

"Dan," kata Adara.

"Sekarang makan dulu, oke?" tanya Danendra. "Terakhir makan itu kan tadi siang, kamu pasti lapar. Kebetulan aku beli ayam bakar."

Adara mengalihkan perhatiannya ke meja makan dan benar saja, di sana sudah tersaji ayam bakar lengkap dengan nasi bahkan lalapan juga sambal.

Semuanya makanan yang paling Adara suka.

"Gimana, kamu suka?" tanya Danendra.

"Suka," jawab Adara. "Semuanya makanan yang paling aku suka. Kamu masih ingat?"

"Masih," jawab Danendra. Setelah itu, dia menarik kursi di sampingnya untuk Adara. "Duduk. Makan dulu, habis itu istirahat. Besok kamu mau langsung ke sana, kan?"

"Iya," jawab Adara. "Nanti aku mau izin dulu sama Papa."

"Ya udah," kata Danendra.

Duduk berdampingan di meja makan, Adara dan Danendra memulai makan malam mereka dan tentunya mereka makan tanpa menggunakan sendok maupun garpu.

"Ra," panggil Danendra di sela-sela kegiatan makan mereka.

"Ya, Dan?"

"Kamu mau sama siapa ke Majalengka?" tanya Danendra.

"Hm, sendiri kayanya, Dan. Kenapa memangnya?" tanya Adara.

Danendra terdiam sejenak—cukup ragu untuk mengungkapkan niatnya, tapi dia pun khawatir membiarkan Adara pergi sendiri menempuh perjalanan yang tak dekat.

"Dan?" tanya Adara ketika Danendra tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Kenapa?"

"Hm." Danendra berguman pelan sambil menatap Adara. "Kalau aku ikut buat anterin kamu, boleh enggak?"

"Anterin aku?"

"Yaps," kata Danendra. "Perjalanan Jakarta-Majalengka kan cukup jauh, aku cuman khawatir ada apa-apa aja sama kamu di jalan. Aku takut kamu kecapean nyetir juga."

Adara terdiam tanpa mengalihkan perhatiannya dari Danendra—mencoba untuk menimang tawarang suaminya itu.

"Gimana? Mau enggak aku temenin ke sana?" tanya Danendra. "Biar aku aja yang nyetir supaya kamu enggak kecapean."

"Kamu harus kerja, kan?" tanya Adara.

"Kalau itu enggak masalah," ujar Danendra. "Jatah cutiku sebenarnya masih beberapa hari lagi."

"Ya udah," ucap Adara yang akhirnya menyetujui ide Danendra. "Kamu boleh ikut."

"Beneran?"

Adara mengangguk. "Iya," jawabnya. "Tapi aku boleh minta sesuatu enggak sama kamu?"

"Apa? Bilang aja," kata Danendra tanpa menghilangkan senyumannya. Namun, untuk yang kesekian kalinya Adara dengan mudah menghilangkan senyuman Danendra dengan sebuah ucapan;

"Kalau kondisi Rafly belum baik, kamu jangan bilang dulu ke dia kalau kita nikah ya, Dan?"

Komen (11)
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
ya ampun dara kok gitu sih kamu
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
seneng ya Ra Rafly ketemu
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
duh gimana rasa hati Danendra ya nano nano pasti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Pengganti untuk Adara   7). Perihal Nama Kontak

    ***"Dan, bangun. Udah pagi. Kamu mau ikut ke Majalengka, kan?"Adara yang sudah rapi dengan pakaiannya lantas duduk di pinggir kasur sebelah kanan untuk membangunkan Danendra yang masih tertidur pulas.Tak ada respon, Adara yabg semula duduk di kasur kini berpindah tepat. Dia berjongkok di depan wajah Danendra dan sial, jantungnya seolah berhenti berdetak ketika dia melihat wajah polos sang suami ketika tidur.Menggemaskan seperti bayi. Entah kenapa tiga kata itu langsung terbersit di pikiran Adara ketika pupil matanya tak kunjung beralih dari Danendra."Enggak, Ra. Kamu enggak boleh cinta sama Danendra," gumam Adara—segera menyadarkan dirinya dari lamunan. "Ada Rafly. Dia udah kembali, Ra. Sadar."Adara menarik napas pelan lalu fokus pada tujuan awalnya berjongkok di depan Danendra. Pelan, dia mengulurkan tangan lalu menepuk bahu pria itu. "Danendra bangun, Dan. Udah jam tujuh," kata Adara lagi dan kali ini Danendra merespon.Membuka matanya perlahan, Danendra mengerjap ketika persi

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Suami Pengganti untuk Adara   8). Semua Tentang Felicya

    ***"Siapa, Ra?"Danendra langsung keluar dari kamar sesaat setelah dirinya memakai kaos hitam polos juga celana pendek. Mengerutkan kening, dia memandang Adara yang masih berdiri di dekat pintu."Lho, enggak dibuka?""Degdegan," kata Adara apa adanya.Penasaran, Danendra berjalan mendekati Adara lalu memandang intercom di samping pintu. Teresa. Di luar sana sang mama berdiri sambil menenteng kotak makan susun di tangannya."Mama," gumam Danendra. Dari intercom, dia memandang Adara. "Mama aku lho, Ra. Kenapa enggak dibukain?""Kamu aja," kata Adara. "Aku takut.""Takut kenapa? Mama aku enggak makan orang kok," tanya Danendra.Adara hanya tersenyum meringis tanpa menjawab ucapan Danendra, sementara jantungnya berdegup dua kali lebih kencang.Sikap Teresa yang masih terlihat sinis padanya memang membuat Adara segan. Dia tahu mertuanya itu tak suka padanya karena sudah mengganggu hubungan Danendra dan Felicya.Dan sekarang—jika bisa, ingin sekali rasanya Adara minggat saja ke kamar agar

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Suami Pengganti untuk Adara   9). Merasa Bersalah

    ***"Dan.""Hm."Danendra yang sejak beberapa menit lalu berdiri di depan cermin—merapikan penampilan lantas bergumam pelan ketika namanya kembali dipanggil Adara yang saat ini duduk di pinggir kasur."Sekali lagi maaf ya," ucap Adara penuh sesal. Entah sudah berapa kali dia meminta maaf—sejak kejadian Teresa tadi, hatinya tetap merasa tak enak karena secara tak langsung dialah penyebab dari perselisihan ibu dan anak itu.Danendra menghela napas. Dia yang sudah tampan dengan kemeja abunya berbalik badan lalu bersandar pada meja rias di sana."Kenapa minta maaf terus? Kamu enggak salah," ucap Danendra.Tahu Danendra tak lagi membelakanginya, Adara menoleh lalu memandang sang suami. "Secara enggak langsung aku salah, Dan," ucapnya. "Semua ini kan bermula dari aku. Kalau aku enggak minta tolong kamu buat nika-""Sssst." Danendra beranjak. Dia berjalan menghampiri Adara lalu berjongkok di depan perempuan itu dan setelahnya, sebuah tatapan teduh diberikan Danendra untuk sang istri. "Semua

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Suami Pengganti untuk Adara   10). Bertemu Rafly

    ***"Ini rumahnya?""Iya, ini rumahnya."Setelah terhambat macet, Adara dan Danendra akhirnya sampai di Majalengka setelah tiga jam menempuh perjalanan yang cukup melelahkan.Berada di perkampungan, suasana asri masih terasa ketika mobil Danendra berhenti persis di depan sebuah rumah sederhana yang memiliki pagar besi pendek.Kata Adara itu rumah sepupu Rafly yang semalam menghubunginya. Delapan tahun berpacaran, Adara memang sudah cukup akrab dengan saudara Rafly bahkan dia pun beberapa kali berkunjung.""Ya udah."Berjalan lebih dulu diikuti Danendra yang mengikutinya dari belakang, Adara sampai di depan pintu."Degdegan," ucap Adara sambil menghela napas pelan ketika tangannya perlahan terulur—berniat mengetuk pintu."Gak sabar ketemu Rafly ya?" tanya Danendra.Adara menoleh lalu tersenyum. "Iya," jawabnya. "Aku udah enggak sabar pengen ketemu dia.""Semoga Rafly baik-baik aja," ucap Danendra."Aamiin," ucap Adara. Kembali memandang pintu bercat putih di depannya, Adara memantapkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Suami Pengganti untuk Adara   11). Mengikhlaskan

    ***"Rafly."Perlahan manik mata itu terbuka setelah hampir satu jam tertutup. Adara mengerjap kemudian mengedarkan pandangannya hingga tak lama kedua matanya tertuju pada seorang pria yang tengah duduk di sampingnya sambil meletakkan kepala di samping tangan Adara."Danendra." Adara berucap pelan—membuat Danendra yang sempat terlelap seketika terbangun lalu ikut mengerjap."Ra, kamu bangun juga," kata Danendra."Aku di mana?" tanya Adara. Kesadarannya belum terkumpul, dia tak mengingat apa yang sudah terjadi padanya satu jam lalu. "Aku kenapa?""Kamu pingsan tadi," ucap Danendra."Pingsan?" Adara beringsut kemudian duduk di kasur queen size milik Muthia yang sejak tadi di tiduri. "Aku pingsan kena .... "Adara terdiam ketika otaknya perlahan mulai bekerja—mengingat kembali kejadian apa saja yang dia alami seharian ini. Sarapan bersama Teresa, perjalanan menuju Majalengka, Sesampainya di rumah Wulan, hingga yang paling baru adalah ketika dirinya tiba-tiba saja lemas setelah melihat na

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Suami Pengganti untuk Adara   12). Mengingat Tanpa Melupakan

    ***"Nyaman?""Udah, Dan. Nyaman."Setelah maghrib, Adara juga Danendra memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Hampir satu jam lebih berdiam dan bermonolog di samping pusara Rafly, hati dan pikiran Adara akhirnya mulai tenang.Terlebih lagi ada Danendra yang setia menghiburnya sejak tadi, bahkan Danendra pun berjanji akan selalu ada di samping Adara sebagai pengganti Rafly.Pengganti. Entah kenapa satu kata itu seolah melekat pada diri Danendra sekarang karena mungkin memang itulah dirinya. Ditakdirkan untuk menjadi pengganti Rafly di kehidupan Adara dan tentu saja meskipun pesimis, Danendra berharap perlahan statusnya bukan lagi pengganti, tapi yang utama di hati Adara."Ya udah kalau gitu," kata Danendra. Menutup pintu bagian kiri, dia kemudian mengitari porsche hitamnya lalu duduk di kursi kemudi.Berpamitan pada Wulan juga Muthia, pukul setengah tujuh malam, Danendra juga Adara benar-benar pergi meninggalkan kampung halaman Rafly menuju Jakarta.Sebenarnya Adara ingin sekali mengin

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Suami Pengganti untuk Adara   13). Selimut Hidup

    ***"Akhirnya sampai juga."Danendra melepaskan kedua tangannya dari setir tepat setelah porsche yang sejak tadi dia kendarai berhenti di basemant apartemen.Sempat terjebak macet, pukul sepuluh malam Danendra dan Adara akhirnya sampai setelah menempuh perjalanan panjang dari Majalengka.Alih-alih menemani Danendra, Adara sudah tidur sejak satu jam lalu—membuat Danendra terpaksa mengemudi dalam suasana hening juga dalam keadaan yang sedikit mengantuk. Beruntung, setelahnya dia dan Adara bisa sampai dengan selamat."Pulas banget kamu tidurnya, Ra," gumam Danendra pasca melepas safetybelt lalu memandangi Adara yang terlelap dalam tidurnya Mengulurkan tangan, Danendra menyelipkan anak rambut Adara ke belakang telinga agar tak menghalangi wajah cantik perempuan itu. Untuk beberapa detik, Danendra tersenyum. Namun, senyuman itu kembali luntur ketika ucapan Felicya di telepon tadi kembali terlintas di pikirannya."Awas ya kalau kamu berani selingkuh dari aku, Dan. Aku percaya kamu. Aku yak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Suami Pengganti untuk Adara   14). Meminta Penjelasan

    "Sedang apa kalian?!"Baik Adara maupun Danendra membuka paksa kedua mata mereka ketika teriakan perempuan terdengar melengking di dalama kamar.Mengerjap beberapa kali, Danendra tentu membulatkan matanya melihat perempuan yang tak pernah dia duga akan datang, nyatanya sudah berdiri di belakang Adara dengan wajah yang dilingkupi emosi."Siapa, Dan?" Adara yang baru tersadar ikut bangun lalu menoleh dan tentu saja dia terkejut melihat Felicya berdiri di depannya."Ngapain kalian?" tanya Felicya—berusaha setenang mungkin, meskipun nyatanya ketenangan itu pun hampir hilang karena deru napasnya mulai memburu."Feli, kapan kamu pulang?" tanya Danendra."Aku tanya, kaliang ngapain?!" teriak Felicya lagi. Bukan pada Danendra, tatapan Felicya justru tertuju pada Adara lalu di detik yang sama dia mengulurkan tangannya—menjambak rambut Adara lalu menariknya tanpa ragu. "Perempuan murahan! Ngapain kamu tidur sama Danendra, Dara?! Kamu udah punya calon suami!""Feli sakit, Fel!" Adara yang bering

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03

Bab terbaru

  • Suami Pengganti untuk Adara   316). Extra Chapter 14

    *** "Onty, Reano mana. Kok enggak kelihatan dari tadi?" Adara yang sedang menyapa para tamu seketika menoleh saat sebuah pertanyaan diucapkan seorang laki-laki muda yang malam ini tampan dengan kemeja navy bluenya. Danial. Yang baru saja bertanya pada Adara adalah Danial. "Eh, Nial. Rean kayanya masih di jalan." "Lho, enggak bareng?" "Mana maulah bareng sama Onty," kata Adara. "Dia kan jemput pacarnya." "Masih sama Lula?" "Masih." Danial tersenyum. "Awet juga ya, enggak kaya kakaknya." "Haha iya." "Ya udah, Nial gabung dulu sama yang lain ya Onty." "Iya, Nial." Malam ini adalah malam yang cukup membahagiakan bagi keluarga besar Alexander—khususnya keluarga Adam karena sebuah pesta tengah digelar di ballroom hotel berbintang di kota Jakarta. Bukan pertunangan atau pernikahan, pesta yang dirancang oleh anak-anak juga para menantu Adam itu adalah sebuah perayaan aniversary pernikahan Adam dan Teresa yang ke lima puluh delapan tahun. Cukup lama Adam menjalin

  • Suami Pengganti untuk Adara   315). Extra Chapter 13

    ***"Duh siapa sih?"Masih dengan kedua mata terpejam, Alula mengulurkan tangannya—meraba-raba meja nakas di samping kasur untuk mencari ponsel yang saat ini berdering cukup nyaring.Entah siala yang menelepon, yang jelas Alula merasa sangat terganggu oleh bunyi dering ponselnya tersebut."Ketemu," gumam Alula ketika akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya.Mengambil ponsel tersebut, perlahan Alula membuka matanya dan yang dia temukan di layar adalah nama Reano."Reano. Ngapain sih?"Beringsut, Alula mengubah posisinya menjadi duduk sebelum akhirnya menjawab panggilan dari Reano."Halo, Rean. Kenapa?" tanya Alula parau."Baru bangun?""Iya.""Dih, belum sholat dong?" tanya Reano."Emang ini jam berapa?" tanya Alula yang memang belum sempat melihat jam baik itu di ponsel mau pun di dinding kamar."Jam lima pagi," kata Reano. "Ke air gih sana, cuci muka, wudhu, terus sholat.""Iya.""Nanti jam enam aku ke kamar kamu," ungkap Reano—membuat Alula seketika mengerutkan keningnya."Mau nga

  • Suami Pengganti untuk Adara   314). Extra Chapter 12

    ***"Jaga diri baik-baik di sana, awas jangan macam-macam.""Iya, Ma. Siap."Pukul delapan pagi, Reano sudah siap dengan penampilannya yang bisa dibilang cukup rapi. Membawa koper berwarna hitam berisi pakaian ganti, remaja yang satu bulan lalu baru saja genap delapan pelas tahun itu sudah tiba di bandara, diantar Adara juga Danendra.Tujuannya? Tentu saja Jerman. Memanfaatkan libur panjang sebelum masuk kuliah, Reano memang meminta izin pada kedua orang tuanya untuk pergi ke Jerman menemui Nara.Tak sendiri, Reano pergi bersama Alula yang memang ingin menghabiskan waktu liburan di luar negeri.Berhubung kedua orang tuanya sibuk, Alula memutuskan untuk ikut bersama Reano yang sejauh ini bisa dipercaya menjaga putri bungsu seorang Arkananta itu."Jangan macam-macam kalian di sana. Ingat, pisah kamar," kata Aludra memperingatkan."Iya, Mama. Masa satu kamar?" tanya Alula. "Lagian uncle Danen kan udah pesenin dua kamar buat aku sama Reano.""Tenang aja, Ra. Aku udah pesenin kamar yang be

  • Suami Pengganti untuk Adara   313). Extra Chapter 11

    ***'Hati-hati di jalan.'Elara yang baru saja memasukkan beberapa baju ke dalam tas seketika mengukir senyumannya ketika sebuah pesan yang bisa dibilang cukup romantis masuk ke ponselnya—membuat dia terbang ke angkasa dengan perasaan yang berbunga-bunga.Bukan dari orang sembarangan, pesan tersebut berasal dari Regan yang memberikan peringatan pada Elara karena sore ini gadis itu akan berangkat menuju Bandung untuk menginap di rumah Aksa selama dua malam.Alasannya? Tentu saja Elara ingin menemui Regan yang satu minggu lalu resmi menjadi pacarnya.Dicomblangkan oleh Respati lalu saling mengenal via virtual selama sebulan lebih, Elara dan Regan sepertinya memiliki banyak kecocokan lalu pada akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan setelah Regan menyatakan cintanya lebih dulu seminggu yang lalu.Regan memang jarang bicara bahkan terkesan dingin, tapi di dekat orang yang membuatnya nyaman, Regan kadang berubah seratus delapan puluh derajat dan bagi Elara, Regan ternyata cukup menyena

  • Suami Pengganti untuk Adara   312). Extra Chapter 10

    ***"Oke, istirahat dulu aja ya.""Siap, Kak!"Menyimpan semua peralatan yang ada, para siswa juga siswi yang siang ini memakai pakaian olahraga lantas membubarkan diri lalu berjalan ke pinggir lapangan pun dengan siswi yang kini melangkah untuk menghampiri seseorang di bangku pinggir lapangan."Kamu kalau bosen, pulang aja."Istirahat dari latihannya, Alula langsung menghampiri Reano yang sejak tadi setia menunggu sambil bersandar pada tembok.Sejak masuk di SMA yang sama Alula dan Reano bisa dibilang cukup dekat—lebih tepatnya sengaja didekatkan oleh Adara yang memang menginginkan Reano lupa dengan perasaannya pada Nara.Setiap pagi juga siang setelah pulang sekolah, Reano diwajibkan menjemput dan mengantar Alula ke rumahnya bersama supir karena memang usia yang belum tujuh belas tahun membuat Reano belum diizinkan memakai kendaraan sendiri.Reano sebenarnya sudah beberapa kali menolak karena memang didekatkan paksa seperti ini membuatnya tak nyaman.Namun, sederet ancaman penyitaan

  • Suami Pengganti untuk Adara   311). Extra Chapter 9

    ***"Reres, kamu ngapain ke sini?"Keluar dari pintu gerbang sekolah, Elara mengerutkan kening ketika mendapati seorang siswa laki-laki dengan seragam yang berbeda dengannya tengah berdiri sambil mengukir senyuman.Respati.Bukan pacar atau gebetan, siswa laki-laki yang kini tengah bersandar di pintu mobil sedan hitam adalah sepupu Elara—anak dari saudara Danendra."Hai, Kak El," sapa Respati sambil mengangkat telapak tangannya. "Apa kabar?""Baik," kata Elara apa adanya. "Kamu apa kabar?""Baik juga," ucap Respati."Kamu ngapain ke sekolahan aku? Ada urusan apa gimana?" tanya Elara."Iya ada urusan sama Kak El," ucap Respati—membuat Elara seketika mengerutkan keningnya."Urusan apa?""Hm." Respati bergumam pelan, sementara wajahnya terlihat menunjukkan sebuah keraguan. "Mau minta bantuan sih, Kak?""Bantuan apa?"Respati menggaruk tengkuknya yang bahkan tak gatal sama sekali."Res?""Ah iya, Kak. Bantuan apa sih?" tanya Elara. "Ngomong aja. Enggak usah ragu.""Hm, nanti malam Kakak s

  • Suami Pengganti untuk Adara   310). Extra Chapter 8

    ***"Baik-baik di sekolah. Jangan banyak tingkah."Sambil mengoleskan selai ke roti, ucapan tersebut dilontarkan Adara pada Reano yang saat ini baru saja duduk di meja makan.Setelah dua minggu liburan berlangsung, tahun ajaran baru akhirnya tiba dan hari ini Reano akan memulai kegiatan sekolahnya di SMA.Sesuai perintah, mau tak mau Reano menurut untuk bersekolah di SMAN 8. Padahal, sudah sejak jauh-jauh hari remaja itu menginginkan sekolah di SMAN 34 karena memang hampir semua teman dekatnya bersekolah di sana."Mau joged di tengah lapangan," celetuk Reano."Apaan sih? Kalau dikasih tahu itu jawab yang benar. Bukan kaya gitu."Elara yang baru saja siap, lantas menoyor kepala adiknya itu dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menarik kursi untuk duduk."Kamu juga apaan? Kepala itu sensitif. Enggak usah pake noyor," ketus Reano tak suka.Berbeda dengan kebanyakan siswa yang biasanya bahagia ketika masuk di sekolah baru, Reano justru sebaliknya.Selain karena sekolah yang dia tem

  • Suami Pengganti untuk Adara   309). Extra Chapter 7

    ***"Kamu kenapa?"Menghampiri Adara di pinggir kolam, Danendra langsung mengucapkan pertanyaan tersebut setelah beberapa menit lalu terus memperhatikan sang istri yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu."Dan. Kamu di sini.""Orang-orang di dalam, kamu kok di luar?" tanya Danendra. "Lagi mikirin apa sih, hm?""Reano," kata Adara.Danendra mengerutkan keningnya. Dia yang datang membawa segelas air putih lantas menarik kursi lalu duduk di depan Adara."Apa yang kamu pikirkan tentang Reano?" tanya Danendra."Kamu lupa sama apa yang dia omongin tadi di mobil?" tanya Adara. "Reano bilang dia cinta sama Nara, Dan.""Terus masalahnya di mana?""Kok kamu nanya gitu, Danen?" tanya Adara tak suka. "Ya enggak bolehlah! Reano sama Nara itu saudara. Mereka enggak boleh saling mencintai lebih dari sekadar saudara.""Tapi kan bukan kandung," ucap Danendra. "Dalam segi agama ataupun negara, mereka sah-sah aja kalau mau punya hubungan.""Enggak!" pungkas Adara. "Sampai kapan pun aku enggak akan res

  • Suami Pengganti untuk Adara   308). Extra Chapter 6

    ***"Males ikut, Ma."Mendengar ucapan tersebut, Adara menoleh seketika lalu memandang putranya sambil menaikkan sebelah alis."Males ikut apa?""Rean malas ikut ke Bandung."Pagi ini—seminggu setelah kepergian Nara ke Jerman, keluarga Adara akan bertolak menuju Bandung, menghadiri undangan yang diberikan keluarga Aksa.Bukan pesta besar, di Bandung sana Aksa hanya merayakan syukuran atas kelulusan putri angkatnya Aileen di salah satu universitas terbaik di kota Bandung dengan nilai yang juga tentunya sangat baik.Tak hanya Danendra dan keluarga, nantinya Adam juga Teresa pun akan datang bersama supir lalu Danish juga terbang dari Surabaya bersama keluarganya."Kenapa?" tanya Adara.Tak tahu tentang yang terjadi pada Nara, Adara memang mulai bersikap biasa kembali. Perempuan itu mencoba menghibur diri dari rasa sedih kehilangan Nara karena tentunya dia berpikir sang putri tak akan lama pergi.Berbeda dengan Adara yang berusaha menghibur diri, Reano justru seperti orang tak bersemangat

DMCA.com Protection Status