Share

46). Tak Lagi Diam

***

"Dan, Danendra. Bangun, Dan. Aku harus ke butik."

Mendengar suara Felicya disusul ketukan di pintu kamar, Adara yang masih terlelap lekas membuka matanya perlahan lalu mengerjap.

Weekend. Setelah lima hari bekerja dan selalu bangun pagi, hari sabtu ini—pukul delapan pagi, Adara dan Danendra masih bergelut di dalam selimut.

"Ya ampun udah pagi," kata Adara parau saat matanya melihat jam dinding.

Melepaskan tangan Danendra yang semula di pinggangnya, Adara beringsut. Duduk, dia mengikat rambut panjangnya yang digerai lalu turun dari kasur.

Sambil menguap, dia berjalan ke arah pintu kamar lalu membukanya pelan agar tak mengganggu Danendra yang masih terlelap setelah semalaman begadang menyelesaikan pekerjaan agar bisa menghabiskan waktu libur dengan Adara.

"Kenapa, Fel?" tanya Adara ketika melihat Felicya sudah rapi di kursi rodanya seperti biasa.

"Kamu baru bangun?" tanya Felicya—sinis seperti biasa.

"Iya, kenapa?"

"Istri macam apa kamu itu?" tanya Felicya. "Udah nikah tuh biasain b
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status