"Kak, nona Asmita itu siapanya Kak Ken sih?" tanya Fara pada Kenan. Saat ini mereka tengah berbaring di atas ranjang yang rencananya telah bersiap untuk tidur. Namun baik Fara maupun Kenan tak dapat memejamkan mata dikarenakan ada sesuatu yang mengusik pikiran mereka.
Lain Fara lain Kenan. Kalau Fara pikirannya tengah diusik oleh pertanyaan - pertanyaan tentang siapa Mita bagi Kenan. Sedangkan Kenan, pikirannya tengah diusik oleh hasil pemeriksaan terhadap kondisi Mita yang diperiksanya siang tadi yang hasilnya menunjukan bahwa wanita yang dulu bahkan hingga sekarang dianggapnya saudara itu ternyata mengalami amnesia setelah operasi pencangkokan tumor 3 tahun yang lalu.
"Hm, panggil aja Mita. Bisa dikatakan, Mita adalah wanita dari masa lalu Kakak." jawab Kenan ambigu yang sontak membuat Fara yang berbaring di sampingnya memicingkan mata tajam padanya.
"Maksud Kakak, wanita dari masa lalu?" tanya Fara memastikan sembari
"98,9%, 99,8%, 99,9%. Se- semuanya positif." gumam Ju Woon dengan suara bergetar setelah memeriksa 3 lembaran hasil tes DNA, masing - masing antara dirinya dan Kenan, Hyun Jae dan Kenan, serta Jung Hwa dan Kenan.Akhirnya Ju Woon memperoleh hasil tes DNA yang dilakukannya seminggu yang lalu, tepatnya sehari setelah pertemuan lamaran antara pihak keluarga Ju Woon dan pihak keluarga Nabila, dimana pada pertemuan tersebut, secara diam - diam tanpa sepengetahuan siapapun Ju Woon mengambil sampel helai rambut Jung Hwa dan Hyun Jae. Memang Ju Woon sudah menebak hasilnya akan seperti ini, namun setelah melihatnya secara langsung, tetap saja ia tak dapat mengendalikan debaran hatinya yang begitu hebat, saking takjub nan senangnya."Ok, tenang Ju Woon! Sekarang kamu harus memikirkan apa yang harus kamu lakukan setelah ini." gumam Ju Woon lagi mensugesti dirinya sendiri agar tidak terbuai dan malah melakukan tindakan bodoh, seperti menemui Kenan sekar
"Bagaimana Dok?""Sepertinya memang perlu dilakukan operasi lagi Prof.""Hufh..." Kenan menghembuskan nafas berat.Saat ini Kenan dan dokter Adnan tengah terlibat percakapan serius di bilik konsultasi pasien penyakit dalam sepeninggalan Mita beberapa saat yang lalu usai melakukan konsultasi dengan dokter Adnan. Dan hasilnya, seperti yang dokter Adnan katakan bahwa Mita perlu melakukan oeprasi lagi yang ternyata pencangkokan tumor yang dilakukan 3 tahun lalu tidak benar - benar mengangkat akar tumornya sehingga kembali tumbuh."Maafkan saya Prof." ucap dokter Adnan dengan segenap rasa bersalah dan penyesalan. Ialah yang menjadi penanggung jawab pengontrolan kondisi Mita paska operasi 3 tahun lalu. Bagaimana ia bisa lalai hingga tidak menyadari bahwa akar tumor di otak Mita tidak terangkat? Ia benar - benar merasa bersalah dan menyesal atas kelalaiannya itu.Kenan menatap lurus tep
3 hari kemudian...Semalam Kenan mendapatkan panggilan dari Swis yang mengabarkan bahwa ada sebuah operasi yang memerlukan langsung penanganannya. Dan di sinilah Kenan dan Fara berada sekarang di suatu landasan pribadi di bandara Soetta pada pagi buta kala waktu baru menunjukan pukul 05.30 PM. Usai shalat subuh tadi, mereka langsung berangkat ke sini dari apartemen."Kamu beneran gak mau ikut sayang?" tanya Kenan agak sedih. Ya, hanya dirinya yang akan berangkat ke Swis, sedang Fara hanya datang mengantarnya sampai di sini. Saat ini keduanya saling berhadapan dan berpegangan tangan tepat di bawah tangga jet pribadi yang akan digunakan Kenan untuk penerbangannya. Tentu saja jet tersebut milik Kenan pribadi."Hm, Fara juga sebenarnya pingin ikut. Tapi, Kakak tau kan kondisi Fara yang mabuk udara. Terlebih lagi Fara lagi hamil." jawab Fara juga tampak sedih."Hufh..." Kenan menghembuskan nafas berat, se
"Hufh..." untuk kesekian kalinya Fara mend*sah lesu. Saat ini masih pukul 10 yang berarti 4 jam lebih sudah ia berpisah dengan Kenan. Sungguh baru selama itu saja, ia sudah sangat merindukan Kenan setengah mati. Sembari duduk malas di kursi kebesarannya, ia membaringkan kepalanya miring di atas meja kerjanya. "Hufh..." Nabila yang duduk di sisi seberang meja berhadapan dengan Fara, ikut - ikutan mend*sah. Bedanya, ia mend*sah jengah mendapati Fara yang sejak tadi terus mend*sah lesu. Tentu saja ia tahu apa yang sedang Fara alami, apa lagi kalau bukan galau akibat merindukan Kenan setengah mati. "Ayolah Far, ini baru 4 jam lebih loh. Dan lo udah kayak zombie hidup aja." ucapnya mencoba mengamati Fara sembari geleng - geleng kepala. "Lo gak tau sih gimana rasanya jadi gue. Gue tuh gak bisa banget jauh - jauh dari Kak Ken." adu nya melankolis sembari terus mempertahankan posisinya. Nabila memutar kedua bola matanya ma
Drrt drrt...Sekitar pukul 1 dini hari ponsel Fara yang terletak di atas nakas, bergetar notifikasi pesan masuk. Fara yang memang masih terjaga segera meraih ponselnya dengan penuh antusias, samar - samar ia dapat menebak siapa sang pengirim pesan tersebut.Benar saja, mata Fara langsung berbinar - binar bahagia kala melihat nama sang pengirim pesan yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kenan, suaminya yang telah ia rindukan setengah mati seharian ini.'Assalamualaikum sayang, Kakak udah sampe nih. Miss you more.' begitulah isi pesan Kenan yang dibubuhi emote icon 'mencium' total 3 buah diakhir kalimat pesannya.'Waalaikumsalam, alhamdulillah. Miss you more too Kak.' balas Fara menyertakan total 3 buah emote icon 'mencium' pula di akhir kalimat pesannya.Drrt drrt...Tak sampai 10 detik kemudian ponsel Fara kembali bergetar. Kali ini bukan notifikasi pesan,
"Nak, nanti malam sepulang kerja, kamu langsung ke rumah tante Ami mu ya!" ujar Farzan menyuruh kepada Fara ketika mereka sedang sarapan bersama di ruang makan kediamannya.Ya, semalam waktu video callan dengan Kenan, Fara memang berada di kamar lamanya yang ada di kediaman Farzan, sang ayah. Rencananya selama Kenan berada di Swiss, Fara akan menginap di sini, sesuai usulan Kenan agar Fara tak merasa kesepian tanpa dirinya di apartemen."Ngapain ke rumah tante Ami, Yah?" tanya Fara santai sembari terus menyuapkan makanan kedalam mulutnya."Kamu masih ingat Andre kan?" alih - alih menjawab, Farzan malah bertanya balik yang agak tak nyambung menurut Fara.Sejenak Fara terdiam mencari nama 'Andre' dalam ingatannya "Maksud Ayah, Kak Andre, Keponakan Suaminya tante Ami, Om Ardan?""Hm." Farzan mengangguk sembari mengunyah makanan dalam mulutnya. "Iya, Andre Keponakan Ardan. Dia baru m
Ding dong...Tiba - tiba bel pintu utama kediaman Farzan berbunyi di pagi hari, kala Fara dan Farzan tengah sarapan bersama di ruang makan."Siapa yang bertamu sepagi ini Yah?" tanya Fara sedikit heran sembari menghentikan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.Farzan menggedikan bahu, juga sedikit heran sembari menghentikan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya "Entah, Ayah juga gak tau."Sesaat sepasang ayah dan anak itu saling pandang dan sama - sama menggelengkan kepala isyarat benar - benar tak tahu siapa gerangan sang tamu."Bi Darsih!" seru Farzan kemudian, setengah berteriak memanggil sang kepala ART di kediamannya yang sedang bertugas di dapur yang hanya terpisahkan sebuah tembok dari ruang makan.Tak lama kemudian, tampaklah sesosok wantia paruh baya kisaran usia 50 tahunan, dengan setengah berlari menghampiri Fara dan Farzan dari arah gerbang dapur.
Jepreet jepreet..."Hehe... Mimpi apa gue semalam, kayaknya hari ini gue bakal dapat jackpot nih." gumam seorang pria kisaran usia 25 tahunan sembari menyeringai smirk merasa puas dengan hasil jepretan yang baru saja didapatkannya dengan canon miliknya."Ooh, benarkah?" sahut sebuah suara bariton yang terdengar santai tepat dari belakang pria itu."Tentu saja, hehe..." tanggap sang pria tak kalah santai dan terkekeh sombong sembari terus menyaksikan hasil jepretannya pada layar kecil canon miliknya itu."Wah, kalo gitu bolehlah nraktir aku. Semangkok bakso aja gak apa - apa kok." suara bariton dari belakang pria itu kembali terdengar menyahut meminta ditraktir oleh sang pria."Ck..." sang mencebik seraya membalikan tubuhnya ke belakang "Enak aja minta traktiran ke gue, kerja sendiri sono. Emangnya lo sia- pa?" sontak pria itu tercengang hampir tak dapat menyelesaikan ucapannya ak
Ceklek..."Ah..." Fara terperangah menyaksikan pemandangan di depan matanya, tepatnya di depan pintu bilik konsultasi pasien penyakit dalam, ketika ia baru saja memasuki Dirut's Room. Bagaimana tidak? Tepat di depannya kini tampak Kenan tengah merangkul pinggang Mita dengan sebelah tangannya."Ugh..." dan Kenan segera melepaskan rangkulannya dari pinggang Mita begitu menyadari keberadaan Fara. "Sa- sayang, kamu tenang dulu! Ini gak seperti yang kamu pikirkan." ujarnya kemudian, mencoba menjelaskan dengan sedikit gelagapan."Be- benar Dokter Fara, ini tidak seperti yang anda pikirkan." timpal Mita dengan sedikit gelagapan pula ikut membantu Kenan mencoba menjelaskan."Hmm?" Fara memicingkan matanya tajam pada Kenan dan Mita "Lalu apa?""Ini___" Kenan dan Mita hendak menjelaskan secara bersamaan yang membuat keduanya menghentikan ucapan mereka bersamaan pula dan saling pandang kemu
Hoek hoek..."Kamu baik - baik aja sayang?" tanya Kenan khawatir nan sedikit panik sambil mengurut pangkal leher belakang Fara yang baru saja muntah di wastafel yang berada di sudut ruang makan. Beberapa saat yang lalu keduanya hendak memulai sarapan, Fara tiba - tiba merasa mual dan segera berlari ke wastafel tersebut disusul Kenan yang dengan sigap mengikuti dari belakang.Cuih...Fara meludahkan sisa muntah yang masih tertinggal di mulutnya. "Fara baik - baik aja Kak." jawabnya sedikit lemas sembari mencoba menegakkan tubuhnya."Sepertinya kamu udah mulai ngalamin morning sickness sayang." tebak Kenan menyimpulkan dari gejala mual yang baru saja Fara alami."Iya, sepertinya gitu Kak. Lagian ini juga udah masuk 2 bulan usia kehamilan Fara." Fara sependapat dengan Kenan "Dan juga gejalanya emang seperti morning sicknees. Dari bangun tidur tadi Fara ngerasa badan Fara gak enakan,
Keesokan harinya...Pagi ini publik digemparkan oleh berita tertangkapnya seorang dokter spesialis kesehatan kulit yang cukup ternama di Indonesia, atas dasar konspirasi percobaan pencemaran nama baik Kenan, Fara, serta NF Hospital. Siapa lagi sang tersangka kalau bukan Andre yang secara suka rela mengakui konspirasi yang dilakukannya bersama seorang jurnalis bayaran yang mengakibatkan sang jurnalis ikut tertangkap dan membekuk bersama Andre di balik jeruji.Sekali lagi Kenan membuktikan kekuasaannya yang dengan sangat mudah dapat menghancurkan para pakar - pakar ternama. Sebenarnya Kenan bisa saja membuat hukuman yang dijatuhkan pada Andre lebih berat dari yang diterimanya pada kasus ini, yakni hanya hukuman penjara selama 3 tahun. Kenan mempunyai sangat banyak kasus - kasus tindak pidana Andre dari hasil penyelidikannya.Ternyata, selama ini Andre secara diam - diam telah melakukan praktik ilegal tanpa sepengetahuan pi
Byurr..."Uhuk uhuk..." Andre terbatuk - batuk oleh guyuran air yang memasuki hidung dan mulutnya, sekaligus menyadarkannya entah dari pingsan atau tidur. Matanya menyipit kala cahaya lampu yang cukup menyilaukan memasuki retinanya sesaat matanya baru saja terbuka. "Aku di mana?" gumamnya dengan suara serak khas baru bangun tidur sembari mulai mengedarkan pandangannya memindai sekeliling ruangan seluas 5 × 6 meter dengan nuansa serba putih yang tampak sangat renggang karena keminiman perabot yang mengisi ruangan tersebut."Kau!?" pupil mata Andre yang tadinya masih tampak sayup seakan enggan untuk terbuka, seketika melebar sempurna kala tatapannya jatuh pada sesosok pria jangkung berbadan kekar yang berdiri tidak jauh di hadapannya sambil menenteng sebuah ember di sebelah tangannya. Ia yakin pia itu pasti adalah orang yang baru saja mengguyurnya dengan air. Mengedarkan pandangannya lebih jauh lagi, ia mendapati 3 pria lainnya den
Keesokan harinya... Saat ini masih pukul 9 pagi, namun pekarangan NF Hospital yang luasnya dua kali lapangan sepak bola standar internasional itu telah dipenuhi oleh lautan Manusia. Mereka bukan para pasien ataupun keluarga pasien, melainkan para pemburu berita yang ingin menyaksikan dan merekam secara langsung sesi jumpa pers yang tengah diadakan dalam rangka membahas perihal kesuksesan oeprasi ke 273 Kenan di Swiss tempo lalu. Sesi jumpa pers tersebut telah berlangsung sejak 30 menit yang lalu. Dan kini tengah marak - maraknya Kenan dihujani oleh berbagai pertanyaan dari para jurnalis maupun wartawan. Di atas panggung utama, bukan Kenan saja yang hadir, Fara juga turut serta hadir sebagai asisten Kenan dalam bidang spesialis bedah. Dan baru saja, terjadi sedikit kegemparan kala seorang jurnalis malah mengajukan pertanyaan bukan pada Kenan, melainkan pada Fara. Yang mana sang jurnalis tersebut menanyakan, mengapa
"Jadi, seperti itu."Kenan baru saja menyelesaikan ceritanya, menjawab pertanyaan Mita yang menanyakan tentang hubungan diantara mereka dimasa lalu. Seperti yang diharapkan dari Kenan yang suka berterus tanpa menyembunyikan apapun, ia menceritakan semua kebenaran tentang dirinya dan Mita yang pernah tinggal bersama selama lebih 13 tahun di panti asuhan Al - Rahman hingga berpisahnya mereka karena Mita telah bertemu dengan keluarga kandungnya. Bahkan Kenan juga menyatakan fakta bahwa dirinya yang menjadi seorang dokter tidak lain dan tidak bukan karena ingin menyembuhkan Mita."Entah kamu percaya atau tidak, itulah fakta yang sebenarnya. Wajar jika kamu tak ingat, pasalnya pasca operasi pencangkokan tumor yang kamu jalani 3 tahun yang lalu membuatmu kehilangan cukup banyak ingatan dimasa lalu. Kamu tidak perlu berupaya untuk mengingatnya, karena mungkin mustahil kamu bisa melakukannya. Mungkin hanya keajaiban yang bisa membuatmu dapat menging
Ceklek..."Sampai jumpa nanti malam Dokter Fara." ucap Mita sembari tersenyum simpul pada Fara yang menunggu di depan bilik konsultasi pasien penyakit dalam. Lantas tanpa mempedulikan Fara yang termangu kebingungan, wanita itu langsung berlalu begitu saja."Sampai jumpa nanti malam?" gumam Fara mencoba memahami maksud ucapan Mita barusan sembari terus menatap punggung wanita itu dari belakang.Ceklek...Belum sempat Fara menemukan jawaban dari kebingungannya, pintu bilik kembali terbuka disusul keluarnya sosok Kenan dan dokter Adnan."Eh, sayang, kamu nungguin Kakak?" Kenan langsung bertanya dengan sedikit terkejut mendapati Fara berada di depan bilik. Berhubung sekarang sudah masuk waktu istirahat siang, ia pikir Fara sudah berada di kantin rumah sakit bersama Nabila dan Ju Woon seperti yang sudah - sudah.Fara pun berbalik demi mendapati dokter Adnan yang s
Bruk..."S*it!""F*ck!""B*ngsat! Berani - beraninya dia mempermalukan ku." sambil melajukan mobil sport mewahnya dengan sedikit ugal - ugalan di jalanan yang tampak renggang pagi ini, seorang pria kisaran usia 28 tahunan memukul setir mobilnya cukup keras seraya melontarkan berbagai sumpah serapah. Ialah Andre yang baru saja meninggalkan kediaman Farzan dan tengah menuju NF Hospital. Siapa lagi yang dimaksud 'dia' dalam sumpah serapahnya kalau bukan Kenan.Ya, Andre benar - benar merasa malu telah dipermalukan oleh Kenan beberapa waktu yang lalu, tanpa dapat berkutik. Dalam pikirannya yang dipenuhi emosi hingga tak bisa berpikir jernih, ia yakin saat ini Kenan serta Fara dan Farzan tengah menertawakan dirinya."Apanya yang lupa mengganjal perut, saking ingin menjemputnya? Pers*tan!" gerutu Andre dengan rahang mengeras sembari terus memandang ke depan lintasan jalan dengan kilata
"Hm, terima kasih atas niat baik anda yang sudah bersedia menyempatkan waktu untuk menjemput kepulangan saya, Dokter Andre. Tapi sayang, seperti yang anda lihat, sekarang saya sudah sampai di sini. Jadi, sebaiknya setelah ini anda pulang saja, atau mungkin langsung berangkat kerja ke NF Hospital." tutur Kenan datar nan formal tanpa melupakan kesopanan kepada Andre.Ya, mobil yang beberapa waktu yang lalu yang hampir bertabrakan dengan mobil yang ditumpangi Kenan, Fara dan Farzan serta Bambang di depan gerbang kediaman Farzan, tidak lain dan tidak bukan adalah mobil milik Andre. Dan sekarang, kecuali Bambang, keempatnya sedang berada di ruang keluarga kediaman Farzan sembari menikmati hidangan ringan yang telah disuguhkan oleh ART untuk menemani sesi mengobrol Mereka, sesuai perintah Farzan.Andre baru saja menyampaikan tujuan kedatangannya sepagi ini ke kediaman Farzan yang katanya, berniat ikut serta bersama Fara dan Farzan untuk menjemput