Malam semakin larut, kini di dalam kamar Fara, Kenan tampak rebahan di sofa. Sedangkan si empunya kamar duduk selonjoran di atas ranjang, bersandar pada sandaran kepala ranjang sambil memainkan ponselnya.
Meskipun terkesan dingin dan cuek, Kenan sebenarnya memiliki kepekaan yang sangat tinggi. Ia sangat sadar tentang keadaan hubungannya dengan Fara saat ini. Yakni, dua orang asing yang terpaksa terikat pernikahan tanpa didasari cinta. Jadi, ia memilih untuk tidur terpisah dengan Fara. Fara di ranjang dan dirinya di sofa.
Sudah cukup lama Kenan dalam posisi rebahan nya, namun matanya seakan enggan terpejam. Ia masih terinang-inang dengan petuah yang di berikan Farzan beberapa saat yang lalu. Ia akui petuah itu memang sangat benar adanya. Namun sisi perfeksionisnya dengan tegas menyangkal hal itu. Menurutnya tugas utama seorang dokter adalah menyembuhkan pasiennya. Dan jika sang dokter tidak dapat melakukan itu, maka mereka tidak pantas disebut dokter. Itulah gagasan yang ia pegang selama ini sejak meniti karir di dunia medis.
"Hufh..." sadar tidak sadar Kenan menghembuskan nafas gusar merasa dilema.
Sementara di atas ranjang, Fara yang sejak tadi sesekali mencuri pandang pada suaminya itu, menatap Kenan dengan tatapan rumit. Ia tahu bahwa sang suami tengah di landa keresahan. Dan ia juga tahu perihal keresahan tersebut. Sebenarnya, tadi ia sempat menguping pembicaraan Kenan dan Farzan, termasuk petuah yang diberikan Farzan pada Kenan. Dengan itu, ia sedikit mengetahui tentang kepribadian sang suami yang terkesan perfeksionis. Bagi Fara yang sejatinya pribadi yang supel, kasus Kenan amatlah rumit. Jadi, ia tak tahu bagaimana cara menanggapinya. Selain itu, ia pun segan untuk terlibat di dalamnya.
"Hufh..." Fara ikut menghembuskan nafas gusar seolah tertular keresahan Kenan.
Kenan yang memiliki indera pendengaran yang sangat tajam, cukup jelas mendengar hembusan nafas Fara di dalam keheningan kamar itu. Refleks pria itu berpaling ke sumber suara sembari tetap mempertahankan posisi rebahan nya "Tidak bisa tidur?" tanyanya polos kemudian.
Yang ditanya sontak mendongak dan bertemu tatap dengan Kenan "I-iya." jawab Fara singkat sedikit terbata.
Perlahan Kenan bangkit dari rebahan nya dan duduk tegap sembari menghadap pada Fara "Sepertinya kamu juga sedang keresahan. Ya, wajar sih. Masih kepikiran dengan kegagalan pernikahanmu?" tebaknya sok tahu.
'Kegeglan pernikahan apaan? Aku bahkan sudah lupa tentang itu jika tidak kamu ingatkan. Tidak tahukah Aku resah karena memikirkan mu?' ingin sekali Fara menjawab demikian, sayangnya hanya bisa ia lakukan dalam hati. Sembari memaksakan senyum di sudut bibirnya, Fara mengangguk kaku "Be-begitulah." lagi, jawabnya singkat nan ambigu.
Namun Kenan tidak dapat menangkap keambiguan nya. Dengan polosnya pria itu tersenyum ramah "Mau mengobrol sebelum tidur?" usulnya kemudian.
Sejenak Fara menimbang, sebenarnya ia enggan menerima karena masih merasa canggung terhadap Kenan. Namun pada akhirnya ia mengangguk "Boleh."
Senyuman Kenan semakin lebar "Hmm... Tapi sebelum itu, tidakkah sebaiknya kamu bergabung duduk denganku di sini. Biar lebih nyaman ngobrolnya, tidak berjauhan seperti ini." menjeda sejenak "Atau aku yang ke sana?" lanjutnya sambil menaik turunkan sebelah alisnya menggoda.
Sontak Fara sedikit salah tingkah "Bi-biar saya yang ke sana." jawabnya gelagapan sebelum dengan cepat beranjak.
Kenan terkekeh pelan, merasa sedikit terhibur melihat tingkah istrinya itu yang terkesan imut nan menggemaskan. "Sepertinya kamu sangat bersemangat mengobrol denganku." godanya lagi ketika Fara baru saja mendaratkan bokongnya di sofa seberang saling berhadapan dengan dirinya.
Dan lagi Fara salah tingkah dibuatnya. Tiba-tiba wajahnya terasa panas yang ia yakini, pasti tengah memerah seperti kulit apel matang. Digigitnya sedikit keras bibir bawahnya "Siapa bilang?"
"Hmmm...?" Kenan sedikit menaikan dagunya sembari menahan senyum "Buktinya, begitu cepat kamu tiba di sini."
"Itu agar kau tidak menghampiri ku." sanggahnya cepat sesuai isi pikirannya.
"Memangnya kenapa jika aku yang ke sana? Apa bedanya dengan kamu yang ke sini? Bedanya hanya, jika aku yang menghampirimu, maka kita akan mengobrol di ranjang. Dan jika kamu yang menghampiriku, maka kita akan mengobrol di sofa, seperti ini. Tapi, bukankah tujuannya sama-sama mengobrol?" tutur Kenan panjang lebar sok polos. Ya, kali ini sok polos. Ia hanya ingin menggoda Fara, yang rasanya sangat seru dan menghibur.
Benar saja, wajah Fara yang tadinya memerah seperti kulit apel matang, kini seperti kepiting rebus. 'Oh s*it!' umpatnya dalam hati. Ia baru tersadar bahwa Kenan sedang menggodanya. Dan betapa bodohnya ia sampai melupakan keahlian Kenan yang sangat ilahi memainkan kata-katanya. Dan hasilnya ya, Kenan benar-benar sukses mencapai tujuannya. Kini Fara tidak tahu lagi harus berkata apa, ia pun memilih bungkam. Ia yakin, apapun yang diucapkannya, hasilnya tetap sama. Ia hanya akan menjadi bahan bulan-bulanan Kenan. Dan sialnya, ia tidak bisa protes apalagi marah. Segala bentuk senyuman yang sejak tadi terukir di bibir Kenan seakan menjadi penawar saat emosinya hendak meledak. Ingin rasanya Fara menangis. Ia yakin, kini bukan wajahnya saja yang memerah, tapi juga matanya yang terasa pedih menahan tangis, saking malunya.
Dan benar saja, hal itu tak luput dari pandangan Kenan. Mendapati kondisi sang istri yang terkesan menyedihkan, Kenan sedikit merasa kasihan dan juga bersalah. Sepertinya ia sudah kelewatan menggoda gadis itu, pikirnya. Iapun memutuskan berhenti "Ehem... Sepertinya basa basi nya sudah cukup. Tapi, sebelum mulai mengobrol, bisakah kamu menggunakan bahasa santai saat kita berbicara?"
'What? Anda menyebut itu basa basi? Anda memang sangat pandai bermain kata-kata, tuan.' maki Fara kesal dalam hati. Namun ia tetap mengangguk mengiyakan "Hm." sahutnya malas, singkat, padat dan jelas.
Kenan hanya tersenyum menyadari kekesalan sang istri. Alih-alih meminta maaf atau mengaku telah menggoda gadis itu, ia malah memilih untuk memulai obrolan "Jadi, apa yang akan obrolkan? Apakah kamu punya topik?"
Fara hanya menggeleng masih enggan membuka suara.
Lagi Kenan mengabaikan kekesalan sang istri. Pria itu malah terdiam sembari memikirkan topik apa yang akan mereka obrolkan. Beberapa saat kemudian, ekspresinya tiba-tiba berubah serius seolah baru saja mendapatkan topik yang sangat krusial. "Berapa umurmu?"
"Hah?" sontak Fara termangu, pertanyaan itu benar-benar di luar ekspetasinya. Ia sudah harap-harap cemas memikirkan bagaimana harus menjawab jika Kenan menanyakan sesuatu yang teramat krusial seperti, hubungannya dengan Bagus selama mereka menjalin kasih, misalnya. Intinya pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat suasana diantara dirinya dan Kenan menjadi canggung. Namun apa? Suaminya ini memang beda dan sangat sulit di baca.
"Hallo, Nis? Apakah kamu mendengarkan ku?" Kenan melambai-lambaikan tangan tepat di depan wajah Fara, hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.
"I-iya, aku dengar." jawab Fara sedikit terbata "Eh, Nis? Apa kamu baru saja memanggil aku, Nis?" tanyanya kemudian sedikit speechless.
Kenan mengangguk "Hm. Tidak boleh? Maaf kalau aku terkesan terlalu akrab. Aku hanya ingin berbeda dari yang lain, sebagai suamimu."
Fara terdiam sesaat. Tiba-tiba hatinya menghangat dan merasa senang, saat Kenan mengucapkan kata 'suamimu'. Ia merasa diakui. Jujur saja, sebelumnya ia tidak berharap banyak pada Kenan yang sejatinya sosok yang sangat sensasional. Ia sadar bahwa dirinya dan Kenan bagaikan dua insan yang sangat berbeda. Jika dirinya bumi, maka Kenan adalah langit. Perbedaan yang sangat jauh, bukan? "Te-tentu saja boleh. Silahkan panggil aku sesukamu." jawabnya kemudian. Tanpa sadar gadis itu menyunggingkan senyum di bibirnya.
Senyuman yang sangat manis menurut Kenan hingga membuatnya terpesona sesaat. Ya, hanya sesaat. Pria itu memang sangat ilahi dalam mengontrol emosinya. "Baguslah." tanggapnya santai seadanya "Jadi, bisakah kamu menjawab pertanyaan ku yang pertama?"
Lain Kenan lain Fara. Jika Kenan sangat pandai mengontrol emosinya, maka Fara sebaliknya. Seperti saat ini, senyumnya yang tadinya manis, tiba-tiba berubah kikuk menyadari dirinya telah terbawa suasana. "Ma-maksud kamu, umurku?"
Kenan hanya mengangguk membenarkan.
"24 menuju 25 tahun." ungkap Fara jujur.
Sesaat Kenan terdiam membandingkan usia mereka "Ternyata kumayan jauh. Kamu tahu berapa umurku kan?"
Tanpa ragu Fara mengangguk. Tentu saja ia sangat tahu. Selain sosok sensasional, Kenan juga merupakan pemilik rumah sakit tempatnya bekerja, NK Hospital, rumah sakit terbesar dan termaju di Indonesia.
Faranisha Gayatri, 24 tahun. Putri dari Farzan Abrisam, pensiunan dokter spesialis bedah cukup ternama dimasanya. Dan Fara, kini menjadi menjadi dokter spesialis bedah pula meneruskan karir sang ayah. Di usianya yang masi terbilang sangat muda ini, ia cukup sukses dengan karirnya. Buktinya, ia berhasil menjadi dokter spesialis bedah utama di rumah sakit tempatnya bekerja, rumah sakit terbesar dan termaju di Indonesia, NK Hospital yang tidak lain rumah sakit swasta milik suaminya, Naufal Kenan.Sungguh jauh sebelumnya, Fara sekalipun tidak pernah bermimpi menjadi istri sang inspirator. Ya, Kenan adalah sosok inspiratornya dalam meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai dokter spesialis bedah. Mungkin bukan hanya dirinya, melainkan seluruh dokter spesialis bedah dan penyakit dalam di dunia ini, akan munafik jika mereka tidak menempatkan Kenan sebagai inspirator mereka, bahkan mungkin ada yang menjadikannya sebagai panutan. Tapi tidak dengan Fara, sosok panutannya h
Akhirnya setelah melalui drama menggoda Fara di pagi hari yang cukup menghibur dirinya, kini Kenan sudah siap dan rapi dengan setelan tuxedonya yang membuat pria itu tampak semakin tampan. Sedangkan Fara, sejak Kenan kembali ke kamar mandi untuk memakai pakaian, gadis itu kembali termenung hingga saat ini, bahkan setelah Kenan keluar dari kamar mandi.Perlahan Kenan mengayunkan langkahnya menghampiri sang istri di sofa sebelumnya. "Jika kamu ingin menangis, menangis lah. Tidak baik memendam kesedihan, namun tidak baik pula berlarut-larut dalam kesedihan. Aku harap ketika aku kembali nanti, kamu sudah tidak bersedih lagi." ucapnya begitu tiba di sisi Fara. Pikirnya saat ini sang istri tengah bersedih setelah menyaksikan berita pernikahan mantan calon suaminya dengan wanita lain. Namun karena adanya dirinya, gadis itu enggan meluapkan kesedihannya. "Maaf, saat ini aku tidak bisa meminjamkan bahuku untukmu bersandar." lanjutnya sembari merogoh saku jasnya dan menge
Tap Tap Tap...Fara mengayunkan langkahnya tergesa-gesa setengah berlari. Bahkan saat menuruni tangga, kecepatannya tak ia kurangi."Nak, mengapa kamu berlari seperti itu di dalam rumah." tegur Farzan saat mereka berpapasan dengan Farzan yang baru saja memasuki rumah.Fara acuh dan melewati sang ayah begitu saja hingga membuat kedua alis pria paruh baya itu saling bertaut erat.Setibanya di luar rumah, Fara mendapati mobil yang ditumpangi Kenan baru saja akan keluar dari gerbang pekarangan. "KAK KENAN, TUNGGU!!!" teriaknya sekencang mungkin berharap yang diteriaki mendengarkan. Namun sayang itu hanya harapan semu, mobil yang ditumpangi Kenan terus saja berlalu hingga hilang dari pandangannya di ambang gerbang.Fara tak menyerah, kecepatan langkahnya ia tingkatkan. Hingga tiba di ambang gerbang, gadis itu tertunduk lemas dengan nafas terengah-engah sambil celingak celinguk mencari
Kenan tiba di Kanada sekitar pukul 2 dini hari dan langsung menuju mansion nya untuk beristirahat. Rencananya Kenan akan berada di Kana selama 3 hari. Semua itu telah ia estimasikan dengan baik untuk menyelesaikan semua keperluannya.Jika ada yang bertanya, mengapa selama ini Kenan memilih Kanada sebagai tempatnya bertugas? Jawabannya sederhana. Yakni, karena Kanada adalah negara dengan pengetahuan medis terbaik di dunia. Alasan lainnya adalah mentor nya sebagai dokter spesialis penyakit dalam merupakan seorang bertanah kelahiran negara berjulukan 'Pecahan Es' itu. Jadi, itulah intinya alasan Kenan selama ini menapaki karirnya di Kanada.Keesokan harinya, usai sarapan Kenan segera menuju rumah sakit tempatnya bekerja. Rumah sakit milik sang mentor, Logan's Hospital. Nama sang mentor adalah Berhan Logan. Namun tidak seperti Kenan dan Farzan yang hubungan mereka layaknya anak dan ayah, hubungan Kenan dan Berhan murni antara anak didik dan sang
"Mengapa tiba-tiba Ken?" Berhan sangat terkejut setelah membaca surat pemindahan tugas yang diajukan Kenan. Bukan karena apa, kalau itu dokter lain, tanpa banyak bertanya akan langsung disetujuinya pemindahannya. Tapi ini dokter sekaliber Kenan, sangat sulit mendapatkan penggantinya, bahkan mungkin mustahil.Ya, kini Kenan tengah berada di ruang direktur utama sekaligus pemilik Logan's Hospital, tepatnya di ruangan Berhan."Maaf Prof, keadaan yang mengharuskan ku." jawab Kenan ambigu."Keadaan?" kedua alis Berhan saling bertaut "Maksudnya?""Ya, keadaan. Sekarang aku tidak sendiri lagi, aku sudah memiliki keluarga yang menjadi tanggung jawabku." jelas Kenan singkat."Keluarga?" sepertinya Berhan belum sepenuhnya connect "Keluarga panti asuhan tempatmu dibesarkan? Bukankah itu sudah sejak dulu?" tebaknya gagal paham."Bukan Prof." Kenan menarik nafas dalam-dal
3 hari kemudian...Kini Kenan sudah duduk anteng di dalam jet pribadinya yang akan lepas landas beberapa saat lagi mengantar kepulangannya ke Indonesia, tanah air tercinta. Ternyata estimasi waktu yang telah ia perhitungkan untuk menyelesaikan segala keperluannya di Kanada melenceng satu hari lebih lama.Penyebabnya, siapa lagi kalau bukan Gabela. Saat mengetahui Kenan akan pindah tugas secara permanen, terlebih dengan alasan kepindahannya yang tidak lain karena telah menikah, membuat gadis itu benar-benar shock dan memberontak tidak terima.Berbagai upaya Kenan dan Berhan lakukan untuk menenangkan Gabela serta memberinya pengertian agar bisa menerima keadaan. Gabela yang mengerti tidak dapat merubah apapun, akhirnya dengan berat hati mau menerima keadaan. Entah ikhlas atau tidaknya, hanya Gabela yang tahu. Namun ia tidak serta merta menerimanya. Sebagai gantinya ia mengajukan sebuah syarat yang mengharuskan dirinya dan
Hari ini Fara mengawali paginya dengan perasaan berkecamuk. Gugup, senang serta gundah berpadu menjadi satu kesatuan mengobrak abrik hatinya. Ia bingung memikirkan harus bersikap seperti apa nanti di depan suaminya yang ternyata adalah cinta pertamanya.Hal itu Fara pikirkan sejak semalam, tidak, lebih tepatnya kemarin siang sejak Nabila memberitahukan kabar kepulangan Kenan. Ia mungkin tidak akan mengetahui kabar itu jika sang sahabat tidak memberitahukannya secara langsung. Padahal kabar itu menjadi trending utama di forum chat resmi para pegawai NK Hospital, bahkan hampir di seluruh jejaring sosial resmi. Hanya saja sejak pernikahan Bagus dan Sherina dipublikasikan, ia menjauh dari situs sosial, sebab takut mendapati obrolan publik yang berisi gunjingan terhadap dirinya. Jadilah ia kudet, alias kurang update dengan berita terkini.Pertama kali mengetahui kabar itu, jujur terbesit rasa kecewa yang cukup mendalam di hati Fara. Sempat terpik
"DOKTER KENAN!!!" seruan antusias terdengar dari depan gerbang ketika sebuah mobil ceper panjang mewah memasuki halaman rumah sakit diikuti dua mobil sedan mewah lainnya mengekor di belakangnya. Di dalam mobil ceper panjang mewah tersebut, menampakan sosok Kenan yang duduk di deretan kursi penumpang yang kedua pintu, kanan kirinya diturunkan kacanya.Kenan yang mendapatkan sambutan atas kedatangannya, tersenyum dan melambai sebagai balasan. Bukan mencari perhatian, itu hanyalah bentuk penghargaan Kenan atas sambutan mereka.Hingga akhirnya mobil yang ditumpangi Kenan berhenti tepat di tepi panggung penyambutan. Pria tampan nan rupawan itu pun keluar dari mobil setelah sang sopir membukakan pintu untuknya."DOKTER KENAN!!!" sekali lagi terdengar seruan antusias. Kali ini lebih terkesan histeris.Bagaimana tidak? Kenan yang baru keluar dari mobil sudah lengkap dengan setelan jas dokter yang menjadi day
Ceklek..."Ah..." Fara terperangah menyaksikan pemandangan di depan matanya, tepatnya di depan pintu bilik konsultasi pasien penyakit dalam, ketika ia baru saja memasuki Dirut's Room. Bagaimana tidak? Tepat di depannya kini tampak Kenan tengah merangkul pinggang Mita dengan sebelah tangannya."Ugh..." dan Kenan segera melepaskan rangkulannya dari pinggang Mita begitu menyadari keberadaan Fara. "Sa- sayang, kamu tenang dulu! Ini gak seperti yang kamu pikirkan." ujarnya kemudian, mencoba menjelaskan dengan sedikit gelagapan."Be- benar Dokter Fara, ini tidak seperti yang anda pikirkan." timpal Mita dengan sedikit gelagapan pula ikut membantu Kenan mencoba menjelaskan."Hmm?" Fara memicingkan matanya tajam pada Kenan dan Mita "Lalu apa?""Ini___" Kenan dan Mita hendak menjelaskan secara bersamaan yang membuat keduanya menghentikan ucapan mereka bersamaan pula dan saling pandang kemu
Hoek hoek..."Kamu baik - baik aja sayang?" tanya Kenan khawatir nan sedikit panik sambil mengurut pangkal leher belakang Fara yang baru saja muntah di wastafel yang berada di sudut ruang makan. Beberapa saat yang lalu keduanya hendak memulai sarapan, Fara tiba - tiba merasa mual dan segera berlari ke wastafel tersebut disusul Kenan yang dengan sigap mengikuti dari belakang.Cuih...Fara meludahkan sisa muntah yang masih tertinggal di mulutnya. "Fara baik - baik aja Kak." jawabnya sedikit lemas sembari mencoba menegakkan tubuhnya."Sepertinya kamu udah mulai ngalamin morning sickness sayang." tebak Kenan menyimpulkan dari gejala mual yang baru saja Fara alami."Iya, sepertinya gitu Kak. Lagian ini juga udah masuk 2 bulan usia kehamilan Fara." Fara sependapat dengan Kenan "Dan juga gejalanya emang seperti morning sicknees. Dari bangun tidur tadi Fara ngerasa badan Fara gak enakan,
Keesokan harinya...Pagi ini publik digemparkan oleh berita tertangkapnya seorang dokter spesialis kesehatan kulit yang cukup ternama di Indonesia, atas dasar konspirasi percobaan pencemaran nama baik Kenan, Fara, serta NF Hospital. Siapa lagi sang tersangka kalau bukan Andre yang secara suka rela mengakui konspirasi yang dilakukannya bersama seorang jurnalis bayaran yang mengakibatkan sang jurnalis ikut tertangkap dan membekuk bersama Andre di balik jeruji.Sekali lagi Kenan membuktikan kekuasaannya yang dengan sangat mudah dapat menghancurkan para pakar - pakar ternama. Sebenarnya Kenan bisa saja membuat hukuman yang dijatuhkan pada Andre lebih berat dari yang diterimanya pada kasus ini, yakni hanya hukuman penjara selama 3 tahun. Kenan mempunyai sangat banyak kasus - kasus tindak pidana Andre dari hasil penyelidikannya.Ternyata, selama ini Andre secara diam - diam telah melakukan praktik ilegal tanpa sepengetahuan pi
Byurr..."Uhuk uhuk..." Andre terbatuk - batuk oleh guyuran air yang memasuki hidung dan mulutnya, sekaligus menyadarkannya entah dari pingsan atau tidur. Matanya menyipit kala cahaya lampu yang cukup menyilaukan memasuki retinanya sesaat matanya baru saja terbuka. "Aku di mana?" gumamnya dengan suara serak khas baru bangun tidur sembari mulai mengedarkan pandangannya memindai sekeliling ruangan seluas 5 × 6 meter dengan nuansa serba putih yang tampak sangat renggang karena keminiman perabot yang mengisi ruangan tersebut."Kau!?" pupil mata Andre yang tadinya masih tampak sayup seakan enggan untuk terbuka, seketika melebar sempurna kala tatapannya jatuh pada sesosok pria jangkung berbadan kekar yang berdiri tidak jauh di hadapannya sambil menenteng sebuah ember di sebelah tangannya. Ia yakin pia itu pasti adalah orang yang baru saja mengguyurnya dengan air. Mengedarkan pandangannya lebih jauh lagi, ia mendapati 3 pria lainnya den
Keesokan harinya... Saat ini masih pukul 9 pagi, namun pekarangan NF Hospital yang luasnya dua kali lapangan sepak bola standar internasional itu telah dipenuhi oleh lautan Manusia. Mereka bukan para pasien ataupun keluarga pasien, melainkan para pemburu berita yang ingin menyaksikan dan merekam secara langsung sesi jumpa pers yang tengah diadakan dalam rangka membahas perihal kesuksesan oeprasi ke 273 Kenan di Swiss tempo lalu. Sesi jumpa pers tersebut telah berlangsung sejak 30 menit yang lalu. Dan kini tengah marak - maraknya Kenan dihujani oleh berbagai pertanyaan dari para jurnalis maupun wartawan. Di atas panggung utama, bukan Kenan saja yang hadir, Fara juga turut serta hadir sebagai asisten Kenan dalam bidang spesialis bedah. Dan baru saja, terjadi sedikit kegemparan kala seorang jurnalis malah mengajukan pertanyaan bukan pada Kenan, melainkan pada Fara. Yang mana sang jurnalis tersebut menanyakan, mengapa
"Jadi, seperti itu."Kenan baru saja menyelesaikan ceritanya, menjawab pertanyaan Mita yang menanyakan tentang hubungan diantara mereka dimasa lalu. Seperti yang diharapkan dari Kenan yang suka berterus tanpa menyembunyikan apapun, ia menceritakan semua kebenaran tentang dirinya dan Mita yang pernah tinggal bersama selama lebih 13 tahun di panti asuhan Al - Rahman hingga berpisahnya mereka karena Mita telah bertemu dengan keluarga kandungnya. Bahkan Kenan juga menyatakan fakta bahwa dirinya yang menjadi seorang dokter tidak lain dan tidak bukan karena ingin menyembuhkan Mita."Entah kamu percaya atau tidak, itulah fakta yang sebenarnya. Wajar jika kamu tak ingat, pasalnya pasca operasi pencangkokan tumor yang kamu jalani 3 tahun yang lalu membuatmu kehilangan cukup banyak ingatan dimasa lalu. Kamu tidak perlu berupaya untuk mengingatnya, karena mungkin mustahil kamu bisa melakukannya. Mungkin hanya keajaiban yang bisa membuatmu dapat menging
Ceklek..."Sampai jumpa nanti malam Dokter Fara." ucap Mita sembari tersenyum simpul pada Fara yang menunggu di depan bilik konsultasi pasien penyakit dalam. Lantas tanpa mempedulikan Fara yang termangu kebingungan, wanita itu langsung berlalu begitu saja."Sampai jumpa nanti malam?" gumam Fara mencoba memahami maksud ucapan Mita barusan sembari terus menatap punggung wanita itu dari belakang.Ceklek...Belum sempat Fara menemukan jawaban dari kebingungannya, pintu bilik kembali terbuka disusul keluarnya sosok Kenan dan dokter Adnan."Eh, sayang, kamu nungguin Kakak?" Kenan langsung bertanya dengan sedikit terkejut mendapati Fara berada di depan bilik. Berhubung sekarang sudah masuk waktu istirahat siang, ia pikir Fara sudah berada di kantin rumah sakit bersama Nabila dan Ju Woon seperti yang sudah - sudah.Fara pun berbalik demi mendapati dokter Adnan yang s
Bruk..."S*it!""F*ck!""B*ngsat! Berani - beraninya dia mempermalukan ku." sambil melajukan mobil sport mewahnya dengan sedikit ugal - ugalan di jalanan yang tampak renggang pagi ini, seorang pria kisaran usia 28 tahunan memukul setir mobilnya cukup keras seraya melontarkan berbagai sumpah serapah. Ialah Andre yang baru saja meninggalkan kediaman Farzan dan tengah menuju NF Hospital. Siapa lagi yang dimaksud 'dia' dalam sumpah serapahnya kalau bukan Kenan.Ya, Andre benar - benar merasa malu telah dipermalukan oleh Kenan beberapa waktu yang lalu, tanpa dapat berkutik. Dalam pikirannya yang dipenuhi emosi hingga tak bisa berpikir jernih, ia yakin saat ini Kenan serta Fara dan Farzan tengah menertawakan dirinya."Apanya yang lupa mengganjal perut, saking ingin menjemputnya? Pers*tan!" gerutu Andre dengan rahang mengeras sembari terus memandang ke depan lintasan jalan dengan kilata
"Hm, terima kasih atas niat baik anda yang sudah bersedia menyempatkan waktu untuk menjemput kepulangan saya, Dokter Andre. Tapi sayang, seperti yang anda lihat, sekarang saya sudah sampai di sini. Jadi, sebaiknya setelah ini anda pulang saja, atau mungkin langsung berangkat kerja ke NF Hospital." tutur Kenan datar nan formal tanpa melupakan kesopanan kepada Andre.Ya, mobil yang beberapa waktu yang lalu yang hampir bertabrakan dengan mobil yang ditumpangi Kenan, Fara dan Farzan serta Bambang di depan gerbang kediaman Farzan, tidak lain dan tidak bukan adalah mobil milik Andre. Dan sekarang, kecuali Bambang, keempatnya sedang berada di ruang keluarga kediaman Farzan sembari menikmati hidangan ringan yang telah disuguhkan oleh ART untuk menemani sesi mengobrol Mereka, sesuai perintah Farzan.Andre baru saja menyampaikan tujuan kedatangannya sepagi ini ke kediaman Farzan yang katanya, berniat ikut serta bersama Fara dan Farzan untuk menjemput