"Humps..."
Bambang menggaruk - garuk pelipisnya sembari mengernyit melihat tingkah Kenan dan Fara. Tuan dan nyonya nya itu baru saja saling mendengus terhadap satu sama lain sebelum beranjak keluar dari mobil, lalu melangkah menuju lift dengan langkah masing - masing, tidak berdampingan seperti biasa.
Mereka baru saja tiba di basemen apartemen sepulang dari bekerja. Namun dalam pengamatan Bambang, sejak di basemen rumah sakit tadi, ia mendapati kejanggalan pada gelagat Kenan maupun Fara. Sepertinya tuan dan nyonya nya itu tengah dalam perang dingin, pikirnya. Tapi mengapa? Perasaan pagi tadi hubungan keduanya tampak baik - baik saja, bahkan terkesan lebih mesra dari biasanya. Bambang geleng - geleng kepala, malas memikirkan hubungan Kenan dan Fara lebih jauh. Lagipula ia cukup sadar diri, dalam novel ini dirinya hanyalah figuran.
###
Sementara di tempat lain, di basemen rumah sakit, Nabila baru saja
"Selamat pagi Pak Bambang!" sapa Kenan dan Fara bersamaan sembari mengukir senyuman cerah di wajah masing - masing.Saking cerahnya, si Bambang sampai silau melihatnya. Matanya menyipit melihat tuan dan nyonya nya itu baru saja keluar dari lift basemen apartemen sambil bergandengan tangan dengan mesranya. Bambang benar - benar heran pada Kenan dan Fara, kemarin pagi bermesraan, malam harinya perang dingin, pagi ini kembali bermesraan, apakah malam nanti akan perang dingin lagi? Entahlah, sekali lagi Bambang sadar diri bahwa ia hanyalah figuran, tak mau ambil pusing dengan hubungan sepasang sumi istri aneh bin absurd itu."Selamat pagi Tuan, Nyonya." balas Bambang kemudian. Seperti biasa, dengan sikap sok cool nya, ia hanya tersenyum tipis pada Kenan dan Fara.Dan Kenan dan Fara yang sudah terbiasa dengan sikap sok cool si supir omes itu, tidak ambil pusing ataupun menganggap Bambang kurang sopan. Keduanya langsung saja m
3 hari kemudian...Gabela telah selesai mengurus seluruh perihal pemindahan tugasnya dan sudah terverifikasi. Saat ini Kenan dan Fara tengah berada di bandara internasional Soetta mengantar kepulangan Gabela ke Kanada."Terima kasih udah ngantarin aku, Ken, Far." ucap Gabela yang baru saja kembali dari konter check in dan akan segera menaiki pesawat. Ia berucap sembari tersenyum tulus yang baru pertama kali ia tunjukan pada Fara."Sama - sama Gaby." balas Kenan dan Fara tersenyum tulus pula.Hening...Selama beberapa saat ketiganya kembali terdiam."Umm, Fara, bolehkah aku memeluk suami mu untuk yang terakhir kali?" pinta Gabela sungkan pada Fara kemudian. Ia tidak memintanya pada Kenan langsung karena ia tahu Kenan pasti akan meminta persetujuan dari Fara terlebih dahulu.Sejenak Fara tercenung. Ia benar - benar tidak berharap Gabela men
Seperti yang sudah - sudah, saat akhir pekan tiba, Kenan dan Fara akan menjauhkan diri dari apapun yang terkait dengan pekerjaan. Akhir pekan mereka gunakan semaksimal mungkin untuk bersantai atau yang sering orang - orang sebut refreshing.Seperti pagi ini, Kenan dan Fara hanya berdiam diri bermalas - malasan sambil menonton televisi yang tentunya ditemani cemilan di ruang santai apartemen. Namun lama kelamaan, baik Kenan maupun Fara merasa bosan. Dan disaat rasa bosan mereka sudah mencapai ubun - ubun, tiba - tiba bel pintu apartemen berbunyi.Ding dong ding dong...Bukan hanya sekali, tapi berkali - kali. Seolah - olah sang penekan bel tak sabar menunggu dibukakan pintu.Kenan dan Fara saling pandang dengan ringisan serupa di wajah masing - masing. Mereka sangat mengetahui siapa gerangan sanga penekan bel. Siapa lagi kalau bukan Ju Woon si adik serta adik ipar tak berahang."C
"Asyhadu an laa ilaaha illallah waasyhadu anna muhammadar rasulullah.""Allahummaghfirli, warhamni, wahdini, wa'afini, warzuqni.""Alhamdulillahirabbil alamin, dengan ini saudara kita Choi Ju Woon telah masuk islam."Kenan, Fara, Nabila maupun Ju Woon sendiri serta para saksi lainnya yang datang menyaksikan proses Ju Woon menjadi mualaf, mengusap wajah masing - masing dengan kedua tangan mereka sembari berucap "Alhamdulillahirabbil alamin."Proses pemindahan agama Ju Woon dilakukan di salah satu masjid besar yang tidak jauh dari apartemen Kenan dengan pimpin oleh sang imam masjid itu sendiri. Sebelum ke masjid tadi, Kenan, Fara dan Ju Woon menjemput Nabila terlebih dahulu. Itulah mengapa Nabila bisa hadir pada prosesi pemindahan agama Ju Woon. Tentu saja Nabila harus hadir dan menyaksikannya secara langsung sebagai orang yang mengajukan pada Ju Woon untuk menjadi mualaf sebagai syarat untuk menikahi
"Maaf atas ketidak hadiran ku di resepsi pernikahan kalian, maaf juga atas kekacauan yang dilakukan Sherina, itu juga sebagian dari kesalahanku." ucap Bagus pada Kenan dan Fara.Mereka berlima, Kenan, Fara, Bagus, Ju Woon dan Nabila baru saja selesai menghabiskan makanan masing - masing."Tidak apa - apa, santai saja. Aku tahu kesibukanmu sangat banyak untuk membangun kembali PT. Sanjaya. Dan untuk masalah Sherina, itu juga bukan salahmu, wanita itu saja yang sepertinya sakit jiwa." Kenan yang menyahut. Mereka tidak lagi menggunakan bahwa formal."Terima kasih sudah mengerti aku." Bagus tersenyum tulus. Ya, meskipun tidak lagi menggunakan bahasa formal, masih ada jarak yang membuat mereka tidak dapat menggunakan bahasa non formal dengan lebih santai terhadap satu sama lain. "Oh ya, dan juga terima kasih atas bantuan yang kalian berikan untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah dalam skandal antara diriku dan Sherina." i
"Ada apa sayang? Kakak perhatiin kamu banyak diam sejak siang tadi, hmm?" tanya Kenan pada Fara yang tengah berbaring menggunakan sebelah pahanya sebagai bantal.Saat ini Kenan dan Fara tengah bersantai ala mereka di ruang santai apartemen selepas makan malam beberapa waktu yang lalu. Tepatnya sejak kepulangan mereka dari makan siang di restauran siang tadi, Fara sangat banyak diam seperti yang Kenan katakan.Kenan sebenarnya dapat menebak mengapa demikian. Apa lagi kalau Bukan Fara yang kembali dihampiri rasa bersalah terhadap Bagus akibat pertemuan tak terduga siang tadi.Awalnya Kenan mencoba mengerti dan memilih diam membiarkan Fara meratapi kedilemaannya. Namun setelah sejauh ini, ia akhirnya jengah juga merasa agak tidak nyaman melihat Fara yang seperti itu. Walaupun ia tahu Fara mencintai dirinya, ia tetap tak dapat menampik ketakutan yang terkadang datang menghampirinya. Ketakutan memikirkan jikalau Fara akan men
'Apapun yang terjadi, Kakak gak bakal biarin kamu ninggalin Kakak, sayang. Kakak bakal lakuin apapun supaya kamu tetap berada di sisi Kakak. Hingga hanya takdir dan ajal yang bisa misahin kita.' Kenan membatin sembari membelai - belai lembut wajah lelap Fara yang berbaring di sampingnya di bawah selimut yang sama tanpa sehelai benangpun melekat di tubuh mereka.Ya, Kenan baru saja menggempur Fara habis - habisan dan baru berhenti kala istrinya itu kelelahan, hingga terlelap tidur. Namun tenang saja, dalam praktek reproduksi mereka kali ini, Kenan tidak memperlakukan Fara dengan kasar bahkan lebih lembut dari biasanya sembari sangat berharap di rahim Fara segera hadir sosok calon buah hati mereka, Kenan Junior. Entah Kenan yang terlewat mesum, atau telah mencapai jalan buntu, hingga satu - satunya cara yang dapat ia pikirkan untuk dapat mempertahankan Fara tetap berada di sisinya hanyalah dengan cara menghamili istri tercintanya itu. Entahlah.
"Ti- tiga minggu?" gumam Fara sedikit tergagap pada dirinya sendiri. Ekspresi wajahnya seperti orang linglung. Ralat, bukan seperti, tapi memang linglung.Berbeda dengan Kenan di sampingnya yang ekspresinya penuh sumringah dengan mata mengembun serta berbinar - binar takjub mengamati figura abstrak di monitor USG. Lantas Kenan memeluk Fara tanpa permisi dan menghujani puncak kepala istrinya itu dengan ciuman bertubi - tubi sembari berucap girang "Sayang kamu lihat itu? Tak lama lagi kita bakal jadi seorang Ayah dan Ibu." lalu diusap - usapnya lembut perut Fara "Di sini ada calon buah hati kita, Kenan junior."Kenan terus saja kegirangan, sedang Fara yang masih linglung mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia temui, membiarkan saja suaminya itu berlaku sesuka hati.Ya, Fara baru saja selesai menjalankan pemeriksaan USG. Dan sesuai penjelasan dokter Susi selaku pihak yang melakukan pemerikasaan, ia menyatakan ba