Home / Pernikahan / Suami Paruh Waktu / Restu Mama Papa

Share

Restu Mama Papa

Author: Ziza
last update Last Updated: 2022-07-21 15:24:58

Suami Paruh Waktu – 6

“Aku yang akan mengalah, Renata. Kamu bisa melakukan apapun hal yang kau sukai. Aku tidak akan memaksakan nantinya hakku jika kau tak ingin melakukannya. Yang perlu digarisbawahi, aku menolak dengan tegas adanya pernikahan pura-pura. Sekarang aku kembalikan padamu, pilihan mana yang akan kau ambil?”

Tatapan Darren begitu tegas. Bak sebuah pedang yang mungkin bisa saja mengunus jantung Renata kapanpun ia mau. Darren begitu memukau, begitu berwibawa dengan pesonanya.

Bahkan, setiap inchi tubuhnya, setiap tutur kata yang keluar dari bibirnya, setiap sentuhan dan perhatian kecil yang ia berikan, mampu membuat Renata menjadi lebih tenang.

“Apakah itu artinya … aku tidak harus melayanimu kan?” ujar Renata ragu – ragu.

Darren tersenyum simpul. Tak lama kemudian ia mengangguk. “Tidak masalah kalau kau keberatan. Aku bisa menerima jika memang kau menolak untuk itu. Jangan khawatir, selama aku tahu bagaimana kondisinya, sekali lagi aku tidak akan memaksanya.”

Tetap saja, bagi Renata pernikahan ini masih terdengar berat. Bagaimana jika Darren mengkhianati ucapannya sendiri? bagaimana jika Darren tidak menepati janjinya itu?

‘Ah, tidak – tidak. Jangan semudah itu percaya, kau baru mengenalnya. Menyerahkan hidupmu pada pernikahan yang sah bukankah itu sebuah kebodohan buatmu, Renata??’ batin Renata asik berkecamuk dan bertengkar dengan hebat.

“Bagaimana, sudah ada jawaban?” tanya Darren lagi. Ia sudah menunggu beberapa detik untuk mendengarkan pilihan dari Renata.

“Tidak.”

Kening Darren berkerut. Kedua alisnya juga terlihat sedikit berubah. Ekspresi Darren yang terkejut itu, sukses membuat Renata menjadi salah tingkah.

“Um, itu maksutnya … aku tidak bisa memberikan jawabannya sekarang. iya … itu maksut ucapanku,” jawab Renata singkat.

Renata terlihat kesulitan mengendalikan dirinya. Beberapa kali ia seperti menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri.

Darren paham, sangat paham. Dan ia tak banyak berkomentar dengan jawaban Renata barusan.

“Hum, baiklah … aku akan menunggunya kapanpun kau siap memberikan jawaban. Kalau egitu aku pulang dulu, jaga dirimu baik – baik. Okey?”

Darren lantas berdiri, dan mengusap kepala Renata beberapa kali. Meski tak begitu lama, tetap saja sikap manis Darren mampu membuat Renata kembali sesak napas. Renata merasa rongga dadanya terasa sempit hingga tak ada pasokan oksigen yang cukup untuk itu.

“Ah, iya. Silahkan … nanti aku hubungi lagi.”

Renata hanya menjawab singkat, ia lambaikan tangannya rendah untuk mengantar kepergian Darren sampai gerbang rumahnya.

“Tuh kaan, papa … lihat betapa romantisnya mereka. Mama yakin, Renata dan pemuda itu pasti memang sedang menjalin hubungan. Anak itu juga terlihat baik kan, Pah?” sergah mama Erna yang terlihat gemas. Ia bahkan sampai beberapa kali mencubit perut suaminya yang terlihat sedikit buncit.

“Aw, argh! Sakit, mama. Iya … papa juga lihat kok. Kalau papa sih setuju – setuju aja dengan dia. Tapi sepertinya papa masih kurang begitu yakin dengan pemuda itu? Bagaimana kalau dia tidak benar – benar mencintai putri kita, hayo?”

“Hush! Gak lihat apa tadi bagaimana cara dia menyentuh rambut Renata. Padahal kan dia juga tidak tahu kita di sini. Itu artinya ya dia memang tulus. Mama juga sebenarnya tidak bisa menjamin sih. Tapi … yah tetap harus yakin bahwa dia yang terbaik.”

Pak Wilyasa hanya diam mendengarkan ucapan istrinya yang terakhir. Ia hanya memutar bola matanya dan berusaha mencerna kalimatnya. Dan tak lama, ia lantas menarik tangan Mama Erna untuk segera turun ke bawah tepat setelah ia melihat anak perempuan tunggalnya mulai memasuki istana besarnya ini.

“Hey … hey, anak papa sudah ada pacar tapi tidak dikenalkan ya?”

Suara menggelegar pak Wilyasa sudah terdengar dengan amat sangat jelas meski wujudnya belum nampak di hadapan Renata.

Tentu saja Renata terkejut bukan main. Sepanjang jalan masuk gerbang sampai pintu utama rumahnya, Renata belum berhenti memikirkan soal Darren berikut perjanjian pernikahan yang sedang mereka pertimbangkan saat ini. Belum sampai masuk ke ruang tamu, Pak Wilyasa sudah menodongnya dengan pertanyaan semacam itu.

“Papa apaan sih, belum juga turun udah teriak – teriak aja di dalam rumah. Pamali kali, Pah.”

“Ehh … papa tanya nggak di jawab malah ngajarin. Iya iya papa minta maaf. Tapi bener kaaan?” imbuh Pak Wilyasa lagi yang masih terus menggoda putri kesayangannya itu.

“Enggak. orang kita baru kenal kemarin kok.”

“Masa sih? tapi kayanya dia udah kenal kamu lama. Yaa … semacam tahu semua soal kamu, gitu?”

Mama Erna, ikut – ikutan turut andil dalam percakapan Wilyasa dan putrinya. Memang sengaja, kedua orang tua Renata sedang berusaha untuk menggoda putrinya agar sang putri bisa segera menikah.

“Ngga gitu juga, Ma. Aku berhutang kebaikan sama dia. Jadi … yah, mungkin terlihat dekat. Sudah deh, Renata mau masuk kamar.” Renata terkesan cuek dan enggan menanggapi pembicaraan mama dan papanya saat ini.

“Berhutang kebaikan, maksutnya gimana itu Ren?”

Posisi Renata sudah berdiri membelakangi ibunya. Padahal, Renata malas sekali membahas dan mengingat soal kejadian malam itu. Renata sangat membencinya, karena dengan mengingat hal itu, rasa trauma dan ketakutan dalam diri Renata kembali muncul secara tiba – tiba.

“Nggak apa – apa, Ma.”

“Sebentar, Renata. Papa dan mama sejujurnya sangat mendukung dan sangat – sangat setuju jika kamu memang bisa bersatu dengan laki – laki itu. Untuk itu lah kami ingin mengenalnya lebih jauh. dan untuk menuju kesana, kami ingin bicara denganmu lebih serius. Kembali dan duduk sebentar kemari, Renata,” pinta sang ayah.

Kini, Pak Wilyasa tidak sedang bercanda. Gaya bicara dan juga suaranya juga sudah terdengar lebih tegas dari sebelumnya.

Semua anggota keluarga itu termasuk semua asisten rumah tangganya juga tahu, jika Pak Wilyasa sudah dalam mode serius, maka tidak ada yang akan berani menolaknya. Sebab mereka juga tahu bagaimana nantinya jika Pak Wilyasa kemudian marah. Masalah akan menjadi besar dan fatal.

Renata kemudian menghembuskan napasnya dengan lembut. Dirinya pasrah, sebab harus bagaimana lagi karena Pak Wilyasa adalah satu – satunya orang yang tidak pernah Renata bantah ucapannya.

Dengan lembut, Renata mulai membalikkan tubuhnya dan mengikuti apa perintah ayahnya. Mereka berhadapan di sebuah sofa panjang di ruang keluarga. Hanya ada Mama Erna di sebelah Pak Wilyasa kemudian ada Renata di hadapan mereka berdua.

“Pertama, papa ingin kamu menceritakan siapa laki – laki dan darimana asal usulnya?”

Renata menjawab dengan cepat. “Namanya Darren. Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Mungkin … beberapa hari yang lalu. Aku tidak tahu pasti asal usul keluarganya.”

Renata tak menatap mata ayah dan ibunya. Ia lebih memilih mengalihkannya ke bawah. Renata menatap keramik rumahnya dengan tatapan kosong dan memberikan jawaban dengan malas meski memang apa yang ia jawab memang apa adanya.

“Sungguh kamu tidak tahu bagaimana keluarganya? Hmm … tak masalah. Kalau begitu bagaimana dengan sikapnya?”

‘Argh, papa kenapa sampai serepot ini sih. seolah – olah aku akan baru pertama dekat dengan seorang lelaki? Haruskah sedetail itu?’

“Baik.”

“Selain itu.”

“Ramah.”

“Renata …. yang lebih spesifik dong?” ujar mama Erna menunjukkan aksi protes terhadap jawaban Renata yang terdengar pasrah.

“Ya itu yang Renata tahu, Ma. Memangnya Renata harus jawab apa? Nggak mungkin mengada-ada kan??”

Bibir Renata membentuk kerucut. Wajahnya terlihat menyebalkan untuk dilihat oleh ayah dan ibunya.

“Sudah, begini saja. Kalau kamu tidak ingin menjawab, bawa dia ke pertemuan keluarga kita besok malam. Papa sendiri yang akan menilai bagaimana karakter dia,” tukas Pak Wilyasa dengan sangat tegas.

Wajah Renata lantas terangkat sempurna. “A-pa? Pah … mana mung --”

BERSAMBUNG

Related chapters

  • Suami Paruh Waktu   Rencana Makan Malam Keluarga

    Suami Paruh Waktu – 7“Sudahlah Renata. Papa lelah menunggu jawaban dari kamu yang bahkan tidak ada tanggapan sama sekali. Hanya baik, ramah, apalagi? Papa bahkan yakin, kamu sendiri pun juga tahu jawaban semacam apa yang sebenarnya papa inginkan.”Wilyasa menarik napasnya dalam, sementara Renata hanya diam dengan pandangan mata yang ia coba sembunyikan dari ayah dan ibunya. Bukan Renata gugup atau takut, perasaannya lebih kepada bodoamat, acuh dan enggan membahas terkait hal yang menurutnya belum menjadi prioritasnya. Namun, Renata tidak bisa menunjukkan bagaimana perasaannya begitu saja. Renata nampak diam dan terus saja mengambil jawaban paling aman dari pertanyaan – pertanyaan yang ayah dan ibunya sampaikan.“Begini saja lah, Kalau kamu tidak ingin menjawab, bawa dia ke pertemuan keluarga kita besok malam. Papa akan adakan acara khusus untuk besok malam, dan biar papa sendiri yang akan menilai bagaimana karakter laki – laki itu,” tukas Pak Wilyasa dengan sangat tegas.Wajah Renat

    Last Updated : 2022-08-26
  • Suami Paruh Waktu   Kita memang harus menikah

    SUAMI PARUH WAKTU – 8“Aku ingin mengatakan sesuatu yang penting padamu.”“Ya, katakan saja. aku bisa mendengar dan menerima keputusan darimu.” Darren berusaha untuk melapangkan dadanya. Begitu mendengar suara Renata yang nampak berat, Darren sudah berpikir dan yakin bahwa Renata mungkin tidak setuju dengan pilihan pernikahan yang diajukan oleh Darren.“Nanti malam papa mengundangmu secara khusus ke acara keluarga untuk makan malam. Eum …” Renata menjeda ucapannya. Jelas sekali terlihat bahwa Renata sedang berpikir dan menimbang – nimbang ucapannya. Sementara Darren secara perlahan mulai menarik ke atas lengkung di bibirnya, sembari menantikan kalimat selanjutnya dari Renata“Aku memberitahumu sekarang agar kamu bisa mulai bersiap – siap mulai saat ini. Bisa jadi banyak pertanyaan yang nantinya akan papa tanyakan padamu.”Darren kembali tersenyum. “Pertanyaan? Seperti apa?” tanya Darren yang berpura – pura seolah tidak paham dan butuh penjelasan lebih.“Seperti …. Ah, sudah jangan ba

    Last Updated : 2022-08-27
  • Suami Paruh Waktu   Sembunyi-sembunyi

    SUAMI PARUH WAKTU – 9 “Kamu memang berhasil untuk selalu membuatku penasaran, Renata…” Darren membatin, seiring dengan kepergian Renata yang mulai nampak semakin menjauh dari jangkauannya. Darren segera menghidupkan motor tuanya, dan mengikuti mobil Renata dari belakang.BLAK!Renata menutup pintu mobilnya cukup keras. Ia menganakan masker dan kaca mata hitam. pakaiannya kali ini, benar – benar membuat dirinya tersamarkan hingga tak ada yang bisa terlihat dari wajahnya sama sekali. Namun karena Darren sudah tahu lebih dulu saat ia menghampir ke rumah Renata, maka sudah tidak heran lagi saat Darren tahu kelakuan Renata yang cukup unik ini.“Gerah pakai baju serba hitam. Lepas saja maskernya. Selagi ada aku, katamu akan lebih aman kan?” Darren tiba – tiba muncul dari belakang saat Renata hendak melangkah masuk ke dalam café.“Oh astaga! Dari mana kamu tahu kalau itu aku? muncul dari mana kamu?” pekik Renata kesal. Ia benar – benar terkejut dengan suara Darren. Untuk bisa keluar rumah

    Last Updated : 2022-08-27
  • Suami Paruh Waktu   Perjanjian Pernikahan

    SUAMI PARUH WAKTU - 10“Tapi aku punya alasan kuat untuk itu, Darren. Aku punya alasan mengapa aku bersikeras dengan pilihanku ini.”“Apa? Apa alasannya, Rena?” “Ibu Rena?” Darren memanggilnya sekali lagi sebab Renata seperti tidak lekas memberinya jawaban.“Karena aku merasa kita belum benar – benar saling mengenal satu sama lain. Pun alasan lain adalah karena aku memang merasa belum siap melakukan pernikahan. Aku sudah pernah menyampaikan ini sebelumnya…” jawab Renata ragu – ragu.“Kalau begitu, beri aku kesempatan untuk bisa mengenalmu. Aku juga akan memberimu kesempatan lebih banyak untuk bisa mengenalku. Dua hari, cukup?” Suara Darren terdengar lebih mendominasi. Ia benar – benar ingin menikahi Renata dengan layak, bukan hanya pernikahan pura – pura di atas kertas yang bahkan tidak bisa ia pertanggungjawabkan nantinya.“Pertemuannya bahkan malam ini, Darren. Apa kemudian cukup untuk kita saling mengenal. Itu juga yang menjadi perhatianku, bagaimana kita bisa menjawab dari papak

    Last Updated : 2022-08-28
  • Suami Paruh Waktu   Kamu Arrogant di Mataku

    SUAMI PARUH WAKTU – 11“Ka – kamu, marah?” ucap Renata yang terbata – bata. Darren tidak langsung memberikan jawaban dari lisannya. Namun tatapannya jelas sekali menjawab bahwa Darren tidak menyukai cara Renata yang seolah merendahkan harga diri Darren.“Aku tersinggung. Kamu terlihat begitu arrogant di mataku.” Renata semakin terkesiap. Ini kali pertama seseorang begitu jelas dan berani mengatakan hal semacam itu di hadapannya. Renata berpikir, kalau saja ia tidak bergantung pada Darren dan menginginkan pria ini untuk terus berada di sisinya, Renata tidak akan membiarkan orang lain menatapnya seperti itu.“Jadi kau menolak kesepakatan ini?” tukas Renata membuka kembali pembicaraan mereka. Selain Darren, Renata juga harus menahan diri. kalau saja bukan Darren yang mengatakan hal tersebut, mustahil rasanya Renata masih berbicara dengan nada bicara selembut ini. Kalau saja itu orang lain, Renata mungkin akan marah karena penilaian yang arrogant tentang dirinya.“Oke kalau memang itu

    Last Updated : 2022-08-28
  • Suami Paruh Waktu   Bertemu Keluarga Renata

    Suami Paruh Waktu – 12“Kamu ini … papa itu tanya baik – baik, Renata. Kamu kan tinggal jawab saja. Iya kan?” Mama Erna ikut angkat suara sebab Renata terdengar ketus dan malas menanggapi rasa penasaran orang tuanya.“Rena bukannya nggak mau jawab atau bagaimana, Ma … Rena saja bahkan tidak tahu Darren dimana. Terakhir kali kamu saling berkabar, Darren sudah di perjalanan. Mungkin … sebentar lagi juga Darren tiba. Tunggu saja, Ma ..” balas Renata dengan merendah. Ia selalu merasa salah setiap kali memberikan jawaban, sehingga Renata merasa kesal dan kembali harus menahan rasa kesalnya dengan menarik napas sedalam mungkin.Tak lama kemudian, Renata menangkap sosok lelaki bertubuh tegap dan proporsiional yang ia kenali dengan sangat jelas. “Nah itu, dia Darren … itu Darren, Ma, Pa.” Renata menarik sudut bibirnya dengan spontan kala bola matanya terfokus pada satu titik.Mendengar itu, mama Erna dan Pak Wilyasa sedikit membuka kedua bola matanya dengan lebih lebar dari sebelumnya. Kedu

    Last Updated : 2022-10-02
  • Suami Paruh Waktu   Janji Darren pada Keluarga Renata

    SUAMI PARUH WAKTU – 13“Saya berjanji untuk bisa memberikan rasa bahagia pada Renata, pada putri papa … meskipun saya tahu bahwa saya tidak punya latar belakang kehidupan yang lebih mewah atau setara dengan papa.”Darren mengatakan kalimat tersebut dengan sangat jelas dan terperinci. Bahkan, Darren sampai beberapa kali mengulang kata yang sama bahwa Darren akan berusaha sebisa mungkin untuk memberikan kehidupan yang nyaman dan layak untuk Renata, juga berjanji untuk menemani, menjaga, dan memberikan rasa nyaman untuk sang istri.“Hmphh … lalu?” Pak Wilyasa menarik napasnya jauh ke dalam lalu menghembuskannya dengan ringan ketika mendengar dari penuturan Darren. Bukan orang tua Renata tak suka dengan Darren, keduanya justru sangat mendukung dan benar – benar merestui hubungan keduanya sampai ke jenjang pernikahan.Hanya saja, bukan jawaban seperti itu yang pak Wilyasa inginkan. Ia sama sekali tidak bermasalah dengan harta kekayaan, jabatan, atau bahkan latar belakang kehidupan Darren.

    Last Updated : 2022-10-02
  • Suami Paruh Waktu   Akankah Kalian Menikah?

    Suami Paruh Waktu – 14“Apa kamu serius dengan ucapanmu itu, Renata? Papa ingin kamu memberi keputusan yang terbaik, dan kami siap menunggu jika kamu memang butuh waktu untuk memantapkan hatimu.” Pak Wilyasa menatap tajam ke arah Renata dan memperhatikan setiap gerak ekspresi di wajah putri kesayangannya itu.Sebenarnya, pernyataan Pak Wilyasa tidak sulit, tidak juga bisa dibilang lebay, apalagi berlebihan. Keinginan dari Pak Wilyasa murni dan mutlak karena kasih sayang ia pada putri tunggalnya.Bahkan, sebelum datang pada pertemuan hari ini dengan tujuan melihat pribadi Darren, orang tua Renata yakni mama Erna dan Pak Wilyasa sudah dulu membicarakan hal ini setiap hari. Lebih tepatnya pada waktu – waktu sebelum mereka terlelap dalam istirahat malam. Keinginan orang tua Renata sangat sederhana, mereka tentunya menginginkan seorang menantu yang mampu menjaga Renata dan mampu mengerti segala kekurangan Renata. Terlebih, jika mengingat usia Renata yang tidak bisa lagi dikatakan muda, R

    Last Updated : 2022-10-02

Latest chapter

  • Suami Paruh Waktu   Happy Wedding!

    Suami Paruh Waktu – 19“Terima kasih, Ri. Tidak usah repot – repot untuk menyiapkan hadiah sebesar ini. Dengan hadirnya dirimu saja sudah membuatku terkesan,” Renata menarik lengkung manis di bibirnya. Hingga kedua sudutnya mengembang sempurna.Lengkap dengan perpaduan make up flawless, lipstik yang glossy dan riasan yang softly. Semua membuat tampilan Renata Michelle hari ini nampak begitu natural dan sangat cantik.Terlebih, ditambah dengan balutan gaun berwarna gold rancangan dari desainer ternama kota Jakarta kala itu. Jelas kualitas bahan dan rancangan yang tidak akan mengecewakan.Gaun gold yang bertabur berlian swarovski membuat Renata Michelle menjadi semakin bersinar di tengah – tengah acara tersebut yang mana ini mengalahkan kecantikan para tamu undangan yang hadir.Ya, hari ini adalah hari paling bahagia bagi Darren dan Renata. Tapi tidak bagi Riri sahabat Renata. Ia seperti menunjukkan ekspresi yang berbeda dan nampak terlihat tidak tulus.“Sama-sama, Ren. Ini untukmu seca

  • Suami Paruh Waktu   Suami Paruh Waktu – 18

    ‘Ayo Renata … balas pesanku. Aku hanya ingin tahu siapa orang-orang yang kita temui tadi di restaurant. Akankah aku juga mengenalinya?’ gumam Darren yang masih menatap layar ponselnya guna menanti balasan pesan dari Renata.Selang beberapa menit, ponsel Darren menyala. Ada dering notifikasi pesan masuk disana. Renata menjawab pesan dari Darre.“Tidak ada apa – apa. Pulanglah. Besok kita bicarakan lagi. Selamat malam!” Hanya itu yang Renata tulis. Semua nampak anu – abu dan samar. Darren tak tahu apa – apa. Darren ingin tahu sesuatu, sebab Renata nampak begitu aneh secara tiba-tiba.‘Apa aku perhatikan saja mereka. Ya, setidaknya aku harus mengenali satu-satu dari mereka, aku harus tahu semua yang terlibat di situ malam ini. Tidak mungkin Renata menjadi seperti itu jika memang semua nampak baik-baik saja.” Darren berbicara pada dirinya sendiri.Ia memantapkan hati. Darren akan tetap bertahan disini, dan memperhatikan keadaan sekitar. Semua dimulai dari arah kiri, ada seorang pria ber

  • Suami Paruh Waktu   Pesan dari Darren

    SUAMI PARUH WAKTU – 17“Eits, nggak usah deh ma … aku beneran cape banget. Mungkin karena memang kesehatanku belum pulih sepenuhnya, jadi aku masih sering pusing. Atau … barangkali karena aku tidak bisa jauh dari Darren, hehe … Papah sih!”‘Oh astaga!! Demi mengalihkan topik, gue rela deh keliatan bucin ke Darren. Kalau cuma alasan biasa mah, mama papa gak akan percaya!’ Setiap kali Renata merasa kikuk, bingung dan canggung, ia akan berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka dengan cara – cara tertentu. Dan tak ketinggalan, Renata masih seringkali bergumam karena tak jarang Renata merasa kesal dengan situasinya saat ini. Renata sampai rela untuk terlihat begitu mencintai Darren dan tak bisa terpisahkan dari calon suaminya itu.Mendengar ucapan itu keluar dari mulut putri kesayangannya, membuat Pak Wilyasa tak bisa berkata banyak. Jujur saja, Pak Wilyasa pun sampai memikirkan hal itu lebih dalam. Bagi pak Wilyasa, apa yang kemudian dibicarakan oleh Renata memang terdengar s

  • Suami Paruh Waktu   Trauma yang Masih Ada

    SUAMI PARUH WAKTU – 16“Ayo kita pulang, Ma … aku lelah, sangat lelah.”Pak Wilyasa dan mama Erna hanya bisa mengernyitkan keningnya melihat putrinya yang merasa lelah secara tiba – tiba. Keduanya pun lantas mengikuti permintaan Renata tanpa membantahnya lagi.“Eh, ada apa dengan kepalamu Rena … Kalau gitu ke rumah sakit saja ya?” imbuh mama Erna yang merasa cemas kala Renata mulai memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.Dengan sigap Renata mengelak. “Ah tidak, Ma. Ini sama sekali tidak parah. Aku masih bertahan, ini hanya butuh istirahat saja…”“Kamu yakin, Rena? Yah kenapa si kamu tidak mau ke rumah sakit, hum? Bagaimana kalauk kondisinya tidak baik – baik saja?” sela mama Erna yang sudah mulai memegangi kedua bahu Renata sembari memijatnya dengan tenaga yang cukup kuat.“Iya, Ma. Tenang saja. aku hanya butuh tidur, sudah … trust me.” Renata terus saja mencari alasan sembari menekan – nekan pelipisnya.“Ya sudah, kita pulang sekarang.” Pak Wilyasa memutuskan dengan cepat. Ia seg

  • Suami Paruh Waktu   Pertemuan Pertama

    Suami Paruh Waktu – 15“Kalian ini sepertinya memang ditakdirkan untuk berjodoh … bagaimana kalau kita sekalian bahas rencana pernikahannya saja, ya kan Pa?” tukas mama Erna yang nampak begitu antusias.“Hmph … sebenarnya papa masih butuh waktu untuk bisa mengenal dia. Tapi semua papa kembalikan lagi pada Renata. Kalau memang sudah siap dan sudah memutuskan untuk segera menikah, maka papa akan ikut keputusan Rena.”Mama Erna tersenyum lebar mendengar keputusan sang suami. Itu artinya, Pak Wilyasa akan setuju dengan apapun keputusan dari Renata, sehingga hanya tinggal menuggu bagaimana respon Rena saja untuk memutuskan hal tersebut.“Bagaimana, Renata? Kamu setuju kan?” tanya mama Erna kembali. Di antara empat manusia yang hadir, mama Erna lah yang paling antusias dengan rencana pernikahan Renata. Karena secara tidak langsung Renata hanya selangkah lagi untuk meresmikan ikatan cinta mereka. Dan ini berarti semakin dekat mama Erna untuk bisa segera memiliki seorang cucu.“Aku … setuju,

  • Suami Paruh Waktu   Akankah Kalian Menikah?

    Suami Paruh Waktu – 14“Apa kamu serius dengan ucapanmu itu, Renata? Papa ingin kamu memberi keputusan yang terbaik, dan kami siap menunggu jika kamu memang butuh waktu untuk memantapkan hatimu.” Pak Wilyasa menatap tajam ke arah Renata dan memperhatikan setiap gerak ekspresi di wajah putri kesayangannya itu.Sebenarnya, pernyataan Pak Wilyasa tidak sulit, tidak juga bisa dibilang lebay, apalagi berlebihan. Keinginan dari Pak Wilyasa murni dan mutlak karena kasih sayang ia pada putri tunggalnya.Bahkan, sebelum datang pada pertemuan hari ini dengan tujuan melihat pribadi Darren, orang tua Renata yakni mama Erna dan Pak Wilyasa sudah dulu membicarakan hal ini setiap hari. Lebih tepatnya pada waktu – waktu sebelum mereka terlelap dalam istirahat malam. Keinginan orang tua Renata sangat sederhana, mereka tentunya menginginkan seorang menantu yang mampu menjaga Renata dan mampu mengerti segala kekurangan Renata. Terlebih, jika mengingat usia Renata yang tidak bisa lagi dikatakan muda, R

  • Suami Paruh Waktu   Janji Darren pada Keluarga Renata

    SUAMI PARUH WAKTU – 13“Saya berjanji untuk bisa memberikan rasa bahagia pada Renata, pada putri papa … meskipun saya tahu bahwa saya tidak punya latar belakang kehidupan yang lebih mewah atau setara dengan papa.”Darren mengatakan kalimat tersebut dengan sangat jelas dan terperinci. Bahkan, Darren sampai beberapa kali mengulang kata yang sama bahwa Darren akan berusaha sebisa mungkin untuk memberikan kehidupan yang nyaman dan layak untuk Renata, juga berjanji untuk menemani, menjaga, dan memberikan rasa nyaman untuk sang istri.“Hmphh … lalu?” Pak Wilyasa menarik napasnya jauh ke dalam lalu menghembuskannya dengan ringan ketika mendengar dari penuturan Darren. Bukan orang tua Renata tak suka dengan Darren, keduanya justru sangat mendukung dan benar – benar merestui hubungan keduanya sampai ke jenjang pernikahan.Hanya saja, bukan jawaban seperti itu yang pak Wilyasa inginkan. Ia sama sekali tidak bermasalah dengan harta kekayaan, jabatan, atau bahkan latar belakang kehidupan Darren.

  • Suami Paruh Waktu   Bertemu Keluarga Renata

    Suami Paruh Waktu – 12“Kamu ini … papa itu tanya baik – baik, Renata. Kamu kan tinggal jawab saja. Iya kan?” Mama Erna ikut angkat suara sebab Renata terdengar ketus dan malas menanggapi rasa penasaran orang tuanya.“Rena bukannya nggak mau jawab atau bagaimana, Ma … Rena saja bahkan tidak tahu Darren dimana. Terakhir kali kamu saling berkabar, Darren sudah di perjalanan. Mungkin … sebentar lagi juga Darren tiba. Tunggu saja, Ma ..” balas Renata dengan merendah. Ia selalu merasa salah setiap kali memberikan jawaban, sehingga Renata merasa kesal dan kembali harus menahan rasa kesalnya dengan menarik napas sedalam mungkin.Tak lama kemudian, Renata menangkap sosok lelaki bertubuh tegap dan proporsiional yang ia kenali dengan sangat jelas. “Nah itu, dia Darren … itu Darren, Ma, Pa.” Renata menarik sudut bibirnya dengan spontan kala bola matanya terfokus pada satu titik.Mendengar itu, mama Erna dan Pak Wilyasa sedikit membuka kedua bola matanya dengan lebih lebar dari sebelumnya. Kedu

  • Suami Paruh Waktu   Kamu Arrogant di Mataku

    SUAMI PARUH WAKTU – 11“Ka – kamu, marah?” ucap Renata yang terbata – bata. Darren tidak langsung memberikan jawaban dari lisannya. Namun tatapannya jelas sekali menjawab bahwa Darren tidak menyukai cara Renata yang seolah merendahkan harga diri Darren.“Aku tersinggung. Kamu terlihat begitu arrogant di mataku.” Renata semakin terkesiap. Ini kali pertama seseorang begitu jelas dan berani mengatakan hal semacam itu di hadapannya. Renata berpikir, kalau saja ia tidak bergantung pada Darren dan menginginkan pria ini untuk terus berada di sisinya, Renata tidak akan membiarkan orang lain menatapnya seperti itu.“Jadi kau menolak kesepakatan ini?” tukas Renata membuka kembali pembicaraan mereka. Selain Darren, Renata juga harus menahan diri. kalau saja bukan Darren yang mengatakan hal tersebut, mustahil rasanya Renata masih berbicara dengan nada bicara selembut ini. Kalau saja itu orang lain, Renata mungkin akan marah karena penilaian yang arrogant tentang dirinya.“Oke kalau memang itu

DMCA.com Protection Status