Anggara melipat bibir ke dalam agar tidak tertawa terbahak-bahak dan merasa puas dengan apa yang diucapkan oleh Dante.
Para penari sudah beberapa langkah lagi, mereka mulai bersiap-siap untuk melakukan peranan menyambut kedatangan para penari dan mempelai wanita. Keenam pria lain mulai berlutut dengan bunga yang menggantung di udara, siap diberikan kepada pasangan wanita masing-masing. Pengantin pria juga melakukan hal yang sama hanya saja tidak berlutut seperti pengiring pengantin laki-laki.
Yoona menerima uluran bunga dari suaminya dan langsung melingkarkan tangannya pada lengan pria itu. Dirinya benar-benar terpesona melihat senyum Dante, pria itu memang paling bisa jantungnya berhenti berdetak.
Dengan langkah yang sangat pelan Dante membantu Yoona untuk naik pelaminan, mengabaikan tatap Demian dan Yoora. Dalam hati Dante ingin mengatakan bahwa saat ini hanya ada istrinya yang bertahan dan menguasai isi hatinya yang luas. Dirinya berharap Yoora dapat mengerti
Di ruang ganti.Yoona yang sangat kelemahan hanya menyandarkan kepalanya pada bahu Dante. Dia sama sekali enggan bergabung dengan keluarga. Yoona masih belum siap jika harus bertemu pandang dengan Sulis.Menjadi seorang anak yatim piatu memang menyedihkan, tapi lebih menyedihkan lagi ketika orang yang kita anggap sebagai orang tua kita kini benar-benar menjadi orang asing, tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Yoona masih tidak sanggup untuk menemui mereka.Hasan dari jauh hanya bisa menatap putrinya dengan prihatin, dirinya tidak bisa melakukan apapun sebagai seorang ayah. Bagi Hasan, Yoona adalah putrinya, benihnya, walau dunia tidak mengakuinya, tapi Hasan akan dengan tegas mengatakan bahwa Yoona adalah putrinya. Bukan anak yang dipungut dari rumah sakit.Di ruang ganti lainya."Jadi fiksi ya, 'jeng, besok kita kumpul di sini jam 8 pagi, dan acara akan kita mulai jam 11. Anak-anak berangkat dari sini jam 5 sore ke bandara. Pokoknya se
"Aku, tahu. Tapi, kata-kata cinta saja tidak cukup bukan? Beri aku lebih, Mr Dante."Tubuh Yoona diputar sebelum kembali ditangkap oleh Dante dan mendekapnya erat. Memagut bibirnya sekilas sebelum kembali menjawab ucapan Yoona."Ya, kata-kataku memang tidak akan pernah cukup untuk menyembuhkan lukamu. Tapi aku hanya ingin Kamu tau, hanya Kamu yang mengisi seluruh hati ku yang luas ini."Senyum terbit di bibir Yoona, di tau kata-kata suami sangat tulus walau begitu receh, tapi sudahlah Yoona memang menyukai semua yang ada pada diri Dante.Alunan musik berubah dari slow menjadi sedikit ngebit dengan hentakan yang semakin membuat pasangan pengantin melakukan gerakan yang lebih kencang.Semua pasang mata tidak pernah lepas dari dua pengantin yang menjadi ratu dan raja satu hari. Mereka begitu terlihat bahagia, siapa yang tahu didalam hati Yoona memiliki hati yang begitu dalam.Yoora dan Demian tahu mereka saling mencintai, tapi keegoisan s
"Apa menurutmu mereka cocok?" tanya Alandra sedikit raguDion mendengus mendengar pertanyaan dari Alandra, "Cocok, lah! Anggara lebih ganteng daripada Shaan, dan lebih mapan daripada siapapun yang bisa melihatnya. Bahkan gue aja gak ada apa-apanya dibanding aset yang dipunya sama Anggara. Jadi kalau digabung sama Elsa cewek glamour yang super wow, oke banget lah, pokoknya. Apalagi Elsa kayanya ada feeling. Kalau memang benar istrinya bakal nyakitin Anggara, gue sendiri yang bakal buat perhitungan sama tuh perempuan dan buat Anggara bahagia dengan wanita yang jauh lebih baik!"Alandra menatap Dion sinis dengan hati yang terus memaki tidak suka akan hinaan Dion, 'Sialan, Lo ngancem gue dion?! Anggara sama Elsa, yang bener aja ap—'Tubuh Alandra menegang saat merasa tubuhnya terlempar dan berputar sangat kencang, hampir saja dia berteriak karena tidak siap dengan gerak tubuhnya yang diputar oleh Dion pada Anggara, dan Dion menangkap tubuh pasangan
Sulis membalikkan tubuhnya dan menatap Hasan, pria dihadapannya ini memang paling mengerti dirinya. Tanpa berkata Sulis menghambur ke dalam pelukan suaminya. "Semoga Dante dan Ainun bisa mengisi relung hati Yoona yang penuh luka karena Bunda.""Ya, semoga." Hasan hanya dapat menenangkan istrinya, tidak lagi mendesak wanita itu untuk mengatakan alasan Di balik semua sikapnya yang terus-menerus menyakiti hati Yoona.Hari ini adalah hari bahagia putrinya, dimana semuanya berjalan dengan lancar, tidak seperti dua pria yang sebelumnya yang gugur bahkan sebelum menandatangani berkas pengadilan.Dari bawah panggung Yoora yang melihat Dante yang memagut bibir Yoona hanya bergumam. "Tunggulah sebentar, bom pasti meledak."Pandangan Yoora selalu lurus kedepan, dia kecewa, ternyata Dante sudah melupakannya. Pria itu sudah mencintai adiknya, adik yang begitu Yoora benci saat berusia 7 tahun. Saat dimana semuanya tidak lagi sama, saat dirinya mendengar apa yang tidak
Yoona memandangi hamparan laut dengan pasir putih di setiap tepian pantai. Dari atas helikopter dia bisa melihat betapa indahnya pemandangan dari atas sana. Pulau-pulau kecil di bawah sana benar-benar menghipnotisnya dengan air berwarna biru mudanya."Dante, dari mana Kamu tahu ada pulau seindah ini?" tanya Yoona antusias.Dante tersenyum sambil menyelipkan helaian rambut yang tertiup angin. "Aku cukup lama tinggal di Amerika, dan sering kemari untuk urusan pekerjaan, dan di Havana aku mengenal Barack Merchant."Yoona menatap Dante penuh selidik, "Ohh, yeah! Seberapa dekat kalian?"Dante memiringkan bibirnya, sedikit berpikir seberapa dekat hubungan mereka. "Emm … tidak dekat, juga tidak jauh. Biasa saja.""Kenapa tiba-tiba mengubah rute? Bukankah niat awal Mom memesan tiket untuk ke Paris?" tanya Yoona pemasaran.Yoona ingat betul saat Sulis dan Ainun mengatur perjalanan bulan madu mereka ke Paris, bukan ke kepulauan Karibia, tepatnya di St. Bart's. Salah satu kota terbaik di Karibia.
Sulis dan Hasan menatap wajah Demian dan Yoora bergantian, ada perasaan yang aneh ketika melihat keduanya begitu serius."Ada apa ini? Apa Ayah dan Bunda melewatkan sesuatu?" tanya Sulis mulai cemas.Padangan Yoora sangat tidak terbaca, dan Sulis sangat takut akan hal itu. Dulu saat Yoora ketahuan telah memotong rambut Yoona, tatapan Yoora hampir sama seperti hari ini. Melihat itu kembali Sulis merasa cemas.Demian menatap satu persatu wajah yang ada disana. Milik dan Anna terlihat biasa saja, tapi tidak dengan Sulis dan Hasan yang begitu menuntut kepastian."Ayah, Bunda, Kak Malik," Demian menjeda ucapanya, masih melihat respon mereka. Setelah semua aman Demian kembali berucap, "Kami ingin menyampaikan bahwa kami sudah tidak bersama lagi." Kini Demian menundukkan kepalanya, dia sedikit khawatir Ayah mertuanya mungkin akan menampar wajahnya."Mak—" ucap Sulis tertahan saat ingin bertanya maksud kalian. Lengan wanita itu di cengkraman oleh Has
Sepertinya tidak, Dante tahu istrinya ini wanita yang penuh misteri. Lebih mengerikan daripada misteri gunung Merapi. Selain ratu drama, Yoona juga ratu akting.Seperti sekarang, Dante tidak tahu istrinya ini sedang merayunya atau hanya menggoda saja. Tapi, belaian lembut jemari Yoona sudah membangkitkan gairahnya. Apalagi pinggul Yoona tidak bisa diam, membuat Mr happy terjaga dan mulai menegang."Stamina?" ulang Dante dengan suara yang parau.Yoona menghentikan gerakan jarinya dan menatap Dante tajam dengan tangan yang mulai dia rangkulkan ke leher pria itu."Yah, buah kelapa memang mengembalikan stamina tubuh, bukan? Itu yang aku tahu. Apa lagi jika ditambah perasan jeruk nipis dan sedikit garam, reaksinya lebih cepat." Yoona bangun dari duduknya dan mulai melangkah meninggalkan pria itu. "Sepertinya kamu tidak menginginkannya, sebaiknya aku mengelilingi pulau saj—Ahhh!" ucapan Yoona terhenti dan tergantikan dengan teriakan Yoona yang nyaring.
Dante menggulingkan tubuhnya setelah puas mengecupi seluruh wajah istrinya yang sangat kelelahan, peluh masih membasahi dahi Yoona. Tapi Dante tidak peduli, baginya Yoona tetap yang paling cantik. "Bagaimana bisa aku menyetujui permintaan konyol 'mu dulu, Sayang ...? Jika tahu tubuhmu senikmat ini, sudah pasti aku akan menolaknya," ujar Dante masih dengan nafas tersengal. "Kamu sudah menikmati bibirku di pikup dulu, kan? Kamu yang lebih dulu mengambil ciuman pertama kita!" keluh Yoona dengan bibir cemberut. Semua kenangan satu bulan lalu masih dapat dia ingat dengan jelas. "Aku akan melakukannya dan terus melakukannya, Yoona … apapun resikonya, Kamu adalah madu termanis di dunia." Dante kembali menarik tubuh Yoona dan mendekapnya erat. Dante sama sekali tidak bisa membayangkan jika dirinya harus kehilangan Yoona. Tidak, Dante tidak akan membiarkan itu terjadi. "Jangan pernah tinggalkan aku, Yoona … percayalah, aku hanya mencintaimu, walaupun b