Beranda / Romansa / Suami Mutualisme / Bab 5 Aksi Protes Yoona

Share

Bab 5 Aksi Protes Yoona

Penulis: Buenda Vania
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-04 10:05:56

Ayah dan Bunda Yoona terhenyak mendengar ucapan putri bungsunya, padahal Barack adalah tipe menantu idaman setiap ibu dari mereka yang memiliki anak gadis. "A-apa maksud Kamu Yoona!" Sulis benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir putrinya itu.

"Mr. Merchant itu atasan Yoona, bisa dibilang pemilik MJM Teknologi di mana Yoona bekerja. Tapi maaf, Ayah, Bunda," Yoona memalingkan wajahnya ke arah Barack. "tanpa mengurangi rasa hormat Yoona, Yoona tidak bisa menikah dengan orang yang tidak Yoona cintai."

"Saya hargai keputusan kamu Yoona. Tapi, apa karena sudah ada laki-laki lain, sehingga Kamu menolak saya dan selalu menutup diri?" tanya Barack.

Barack semakin penasaran dan menaruh hati pada Yoona. Menurutnya baru kali ini ada wanita yang menolaknya, padahal wanita itu tahu apa yang dimilikinya.

"Yoona! Apa ada alasan yang lebih masuk akal dari cinta, Barack selain tampan juga baik, Nak. Bagaimana bisa kamu menolak sebelum mengenalnya!" Sulis benar-benar tidak habis pikir Putri bungsunya bisa menolak pria sesempurna Barack.

Yoona kembali menatap Barack, "Anda benar Mr. Merchant, saya sudah punya kekasih, Ayah, Bunda ... kami baru memulai hubungan, dan Yoona sangat menyukainya." ujar Yoona berbohong. "saya permisi." Yoona membungkukkan badan, memberi hormat pada mereka yang ada di sana, lalu ia pun pergi begitu saja.

"Yoona! Awas kamu yaaaa!!" teriak Sulis. Sulis yang sudah kehabisan ide karena melihat anak bungsunya itu yang sangat sulit diatur. Sulis sudah benar-benar geram dengan melakukan putrinya yang sering bertindak semuanya bahkan tidak pernah menuruti perintahnya sekalipun.

Yoona berlari kencang keluar dari restoran, ia benar-benar lupa deng heels-nya. Yoona yang sering kali menengok kebelakang tidak menyadari didepan ada sepeda motor yang hendak masuk ke dalam parkiran.

Yoona sudah siap dengan apapun yang akan menghantam tubuhnya, ia memejamkan mata dengan sangat kuat. Yoona sudah benar-benar siap untuk mati saat itu juga. Yoona hanya bisa merapalkan doa didalam hatinya, "Ya Tuhan, jika aku mati saat ini juga.. pertemuan aku dengan pangeran tampan dan baik hati di surga Mu ya Tuhan. Amiin."

Namun detik berikutnya Yoona merasa ada yang mendekap tubuhnya dari belakang. Tak lama tubuh mereka melayang jauh dan tubuhnya mendarat di atas tubuh seseorang.

"Aaaaa...!" Teriak Yoona bersiap untuk merasakan sakit, tapi nyatanya tidak sama sekali.

Untuk sesaat Yoona hanya terdiam di dalam pelukan seseorang yang sangat hangat dengan detak jantung mereka yang berbunyi saling menyahut. Cukup lama Yoona menikmati irama musik yang dihasilkan dari debaran jantung dan denyut nadi mereka, hingga suara yang sangat tidak ingin didengarnya membuyarkan alunan musik yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.

"Apa Kau, benar-benar nyaman dalam pelukanku, sehingga enggan untuk terbangaun!" Suara itu benar-benar datar. Namun dapat menarik roh Yoona yang entah sedang singgah kemana sehingga membuat ia terdiam tanpa bergeming di dalam pelukan seorang pria.

Yoona membuka matanya dengan perlahan, mata yang baru sedikit terbuka langsung membola sempurna ketika bertemu dengan retina milik pria yang sedang memeluknya.

Retina milik pria itu benar-benar dapat menghipnotis Yoona, retina dengan warna bola mata berwarna hazel yang memiliki kombinasi warna pada irisnya. Terdapat semacam campuran hijau dan oranye atau emas yang hampir mirip seperti warna mata kucing.

Pria itu menjentikkan jari di depan wajahnya Yoona, "Kau sangat berat dan orang-orang sudah mulai menonton kita!!" ucap pria itu ketus.

Yoona melihat ke arah sekeliling, dan benar saja, mereka sudah dikelilingi banyak orang. "Maaf Saya pikir tadi sudah mati tertabrak motor." Yoona berusaha bangun dengan sangat perlahan, tangannya bertopang pada dada bidang pria itu dengan dengkulnya yang menekan pada aspal jalanan. Yoona sempat meringis merasa perih di sana, namun ia berusaha mengabaikannya.

Setelah ia bangun dan hendak berterimakasih, kata-kata Yoona tercekat di tenggorokan saat kembali memandang wajah di hadapannya secara keseluruhan. "A, A, Anda, yang, yang kemarin pagi marah-marah di depan rumah saya, 'kan?!"

"Lebih tepatnya TETANGGA kamu!"

TETANGGA, TETANGGA, TETANGGA, TETANGGA.

Suara menggema begitu mendengung di telinga Yoona. 'Gw, tetanggaan sama dia? Aduh Gusti! Pasti serasa di neraka hidup gw berikutnya!" erang Yoona.

"Gw gak tahu punya tetangga yang gak punya jam di rumahnya," ucapnya masih dengan nada ketus.

Baru saja pria itu hendak membuka mulutnya, perkataannya sudah terbenam oleh suara seorang pria yang menjemput wanita yang bernama Yoona ini.

 "Yoona...!!"

Mendengar namanya dipanggil oleh Malik, tanpa sadar Yoona menarik tangan tetangganya itu dan berlari sangat kencang menghindari panggilan Kakaknya, Malik.

"Kenapa, harus lari?" Tetangga Yoona yang bernama Dante itu protes saat dirinya di tarik paksa oleh Yoona.

"Aku harus lari, jika tidak Bunda akan segera membawaku ke pelaminan!" jawab Yoona dengan suara yang tersengal-sengal.

"Lalu kenapa Kamu juga membawaku ke dalam masalahmu?!"

Yoona yang baru tersadar berhenti mendadak dan hampir saja Dante menabraknya.

"Apa sudah aman?!" Dante begitu penasaran dengan wanita yang tiba-tiba berhenti.

Yoona berbalik dan mengintip di belakang tubuh Dante, ia masih melihat Malik mengejarnya dengan sangat kencang dan terus memanggil namanya.

"Maaf, aku harus pergi." Yoona melepaskan tangan Dante yang kasar. "Lebih baik kamu bersembunyi sebelum dia menghajarmu!" Yoona sudah kembali berlari meninggalkan Dante.

Dante yang masih belum mengerti dengan masalah yang dihadapi oleh wanita yang berlari menjauh darinya, tanpa pikir panjang ia pun menyusul Yoona dan berusaha mengejar wanita itu. Ketika Dante hampir melewati Yoona, tangannya mulai menggapai tangan Yoona dan menggenggamnya sangat erat. 

Dante menarik Yoona dan berlari sekencang mungkin, mereka berusaha menerobos jalan tikus yang mereka lewati. Gang demi gang berusaha mereka lalui hingga menemui ujung. 

Sementara Malik yang khawatir terjadi sesuatu pada adiknya, ia berusaha mengejar Yoona yang menarik tangan pria dewasa dan berlari sangat kencang. Namun sekarang Malik melihat posisi mereka bertukar tempat, pria itu yang kini menarik tangan Yoona.

"Yoona...!!" Malik terus mengejar Yoona dengan pria yang ia tidak ketahui namanya.

Dante terus menarik tangan Yoona, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah mobil pick up yang melintas di depannya. Mereka Pun berusaha mengejar. Dante meminta tumpangan sambil berlari dan di iyakan oleh sang sopir. Karena di depan penuh dengan orang, mau tidak mau mereka naik di belakang.

Tanpa pikir panjang Dante mengangkat tubuh Yoona yang masih berlari dan menaikkannya ke atas mobil disusul dengan dirinya.

Mobil berjalan meninggalkan Malik yang terus mengejar Yoona. Yoona yang melihat Malik yang sudah tidak dapat mengejarnya lagi, ia pun tersenyum puas bahkan melambaikan tangan pada Kakaknya dengan senyum yang sangat lebar. Yoona lupa ada pria yang tak kalah menyebalkan dari Kakaknya itu, dan pria itu sedang menatap Yoona tajam.

"Cih..!" Dante berdecak sambal memalingkan wajahnya ke arah samping.

**

Salam sayang Buenda Vania, sehat selalu … 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nini
hadweeehhhhh . .
goodnovel comment avatar
Allehandra Hill
lucu banget....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Mutualisme   Bab 6 Melarikan Diri Bersama Tetangga Menyebalkan

    Mendengar itu Yoona melirik tajam ke arah Dante. "Apa maksud kamu berdecak seperti itu?!" Yoona masih menatap wajah Dante dengan tatapan tajam dan menghunus. "Sepertinya Kamu senang sekali tidak jadi menikah dengan pria itu?" Dante mengangkat sudut bibirnya. "Siapa? Yang tadi?" tanya Yoona memastikan siapa orang yang dibicarakan oleh pria di hadapannya ini. "Iya. Dia yang menjemputmu di Jakarta bukan?" Dante masih ingat saat tidak sengaja melihat gadis di depannya ini pergi dengan pria yang mengejar mereka tadi. "Dari mana kamu tahu, apa kamu menguntit?!" tuduh Yoona dengan lirikan tajam. Yoona sendiri bingung mau disebut keberuntungan atau malapetaka bisa bertemu dengan pria ini di Bandung. Apa memang benar adanya jika dunia ternyata hanya selebar daun kelor. Jika tidak mengapa dia bisa bertemu dengan pria menyebalkan ini. "Aku, menguntit!" Dante menunjuk dirinya sendiri. "Cih, kamu pikir kota ini milikmu?! Enak saja aku di bilang penguntit!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • Suami Mutualisme   Bab 7 Kamu Harus Mempertanggungjawabkannya

    Dering ponsel berhenti digantikan dengan notifikasi pesan masuk. Bunda: [ Yoona siapa pria itu?! Jika dia alasanmu menolak Barack maka aku harap dia lebih tampan dan mapan darinya. Jika tidak. Besok akan aku nikahkan paksa Kau dengan Barack!! ] Membaca itu Yoona langsung membuang ponselnya. "Ohhh.. tidak. Aku terjebak antara jurang dan neraka," gumamnya menatap ponsel yang terjatuh dari tempat dia duduk. "Ini jelas bencana. Jika Bunda sudah berkata itu, maka keputusannya mutlak," gumamnya lagi. Dante yang duduk tak jauh dari Yoona hanya bisa menautkan alis melihat perubahan dari marah menjadi seputih kapas setelah membaca pesan. Dante bahkan dapat mendengar jelas apa yang diucapkan oleh wanita yang kini hanya memandangi pensil yang terjatuh begitu saja. "Sepertinya kabar yang Kamu terima lebih mengerikan dari apa yang dapat aku lihat!" sindir Dante tajam. Mendengar apa yang diucapkan pria yang beberapa lalu menyentuh bibirnya yang sampai saat ini masih ia rasakan akibat janggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Suami Mutualisme   Bab 8 Pemandangan Indah di Pagi Hari

    Hari masih terlalu pagi menurut Yoona, karena jam masih menunjukan pukul 05:30. Bisanya Yoona bangun jam enam jika ia beruntung dapat mendengar jam wekernya berbunyi. Dengan penuh semangat Yoona berjalan keluar kamar hanya dengan menggunakan kimononya saja, bahkan rambutnya masih basah. Yoona mulai menyalakan mesin pembuat kopi dan mengeluarkan beberapa lembar roti yang dimasukan kedalam mesin pemanggang. Pagi itu Yoona menikmati sarapan paginya dengan ditemani kopi yang mengepul dan roti bakar yang hanya di olesi dengan butter. Setelah sarapannya habis Yoona mencuci semua peralatan yang kotor di atas bak cuci piring. Dari dalam jendela dapurnya Yoona dapat melihat dengan jelas rumah di seberang sana dengan lampu yang masih padam. Namun sesaat kemudian lampu itu menyala diikuti oleh sosok sang pemilik rumah. Yoona begitu terpanah menyaksikan pemandangan indah di pagi hari yang membuat jantungnya berdebar hebat dengan kaki yang mendadak lemas seolah tak bertul

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-06
  • Suami Mutualisme   Bab 9 Menikahi di Catatan Sipil

    Yoona melihat Dante dengan motor Taiger keluaran tahun 2000 yang masih sangat terawat walaupun sudah sedikit tua. Yoona menghampiri Dante dengan senyum mengembang, ia membayangkan kemarahan ibunya jika melihat ini. Calon suaminya begitu terlihat sederhana bahkan di bawah kata mapan dan standar yang ibunya miliki. Mungkin menurut Yoona Dante pria bule ter kere yang pernah ia temui. Tidak masalah, semakin miskin Dante, Yoona akan semakin senang. Dengan begitu ia akan semakin puas melihat kemarahan Bunda dan kembarannya. Yoona menerima helm dari tangan Dante dan langsung memakainya, setelah itu Yoona langsung duduk manis di belakang dengan tangan yang sudah melingkar manis di pinggang Dante. Yoona tanpa ragu menyandarkan kepalanya di bahu Dante tanpa rasa malu. Selama dalam perjalanan Yoona hanya berkata ketika hendak menunjukkan jalan dan dimana letak kantornya berada. Dante mengantarkan Yoona tepat di depan lobi, "Aku akan menjemputmu jam 12 tepat. Jan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Suami Mutualisme   Bab 10 Mahar 100 Ribu

    "Apa ada yang kamu inginkan, Yoona. Sebagai maharmu yang lain?" tanya Dante ketika memperhatikan setiap pergerakan Yoona yang membolak-balikkan berkas yang harus ditandatangani. Dante tahu ini memang sudah sangat telat menanyakan hal ini. Tapi demi mempersingkat waktu hanya sebuah kalung dan sepasang cincin yang ia dapatkan pagi ini sebagai mahar. "Tidak, ini sudah sangat banyak. Malah, jika bisa aku ingin hanya uang 100 Rb sebagai maharku," ucap Yoona tanpa keraguan. Mendengar itu Dante begitu terhenyak, disaat banyak wanita yang meminta mahar semewah mungkin atau saham disalah satu perusahaan bonafit di negaranya, tapi wanita yang kini menjadi istrinya beberapa menit lalu malah terlihat kecewa dengan apa yang diberikan sebagai mahar yang bernilai ratusan juta. Sepasang cincin dan sebuah kalung perhiasan yang dibeli oleh Dante adalah berlian dengan karat 0,7 gram, itu adalah kadar yang lumayan bagus jika di investasikan. "Jadi bagaimana, apa kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-08
  • Suami Mutualisme   Bab 11 Pergi Besama Dante

    Keesokan harinya Yoona bangun dengan hidung yang memerah, ia hanya dapat berendam air hangat sebentar saja akibat jam weker yang tidak bekerjasama dengan baik pagi ini. Sebenarnya bukan jam wekernya yang bermasalah, Yoona selalu sulit bangun di pagi hari sehingga ia mengabaikan jamnya yang berbunyi nyaring dengan membekapnya di bawah bantal. Setelah berpakaian rapi dan menyisir asal rambutnya Yoona meninggalkan rumah tanpa sarapan bahkan wajahnya sama sekali tidak ia beri Vitamin yang tidak pernah terlewatkan olehnya. Yoona menjalankan mobilnya dengan sangat kencang, Fortuner SUV yang baru dibelinya dua tahun lalu namun sering diabaikan begitu saja perawatannya dapat membuat Yoona tersenyum lebar karena fasilitas yang diberikan oleh mobil itu. Mobil itu adalah mobil kesayangannya yang nomor dua karena yang pertama adalah rumahnya. Kedua properti itu masih tahap cicilan, namun Yoona begitu bangga karena tanpa bantuan dari kedua orang tuanya Yoona bisa menggunakan peng

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • Suami Mutualisme   Bab 12 Bertemu Ibu Mertua

    Rumah itu begitu memanjakan mata Yoona, terdapat meja bundar yang sangat besar di tengah-tengah ruangan dengan vas yang tak kalah besar. Banyak lukisan pemandangan yang tak lelah besar dengan meja panjang di bawahnya, lampu yang menyorot ke arah lukisan semakin memperindah tampilan dari hiasan dinding itu. Yoona benar-benar takjub melihat itu semua, belum lagi krystal yang tersusun rapi di dalam lemari besar yang berada di sudut ruangan. Para pelayan membukakan pintu ganda menuju ruang tamu bagi Dante dan Yoona. Di sana sudah ada sepasang suami istri yang terlihat begitu saling menyayangi walaupun terlihat jelas perbedaan budaya di antara mereka, Indonesia dan katakanlah warga negara asing. Yoona sendiri tidak tahu Dante ini keturunan mana, sepertinya Eropa atau Amerika. "Kau sudah sangat terlambat, Son!" ucap pria paruh baya dengan lesung pipinya. "Sorry, Dad. Wanita memang membutuhkan banyak waktu untuk dirinya, padahal tetap saja sama." ucap Dante

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Suami Mutualisme   Bab 13 Yoona adalah Nana, Idolaku

    Mereka berteriak secara bersamaan, malah lebih gilanya lagi mereka berdua melompat-lompat seperti anak kecil yang baru mendapatkan hadiahnya. "Kangen...!" ucap Yoona menghambur ke dalam pelukan Dion. "Aku juga, Ona...! Aku tidak menyangka ternyata Kamu adalah Kakak iparku!" seru Dion tak kalah heboh dari Yoona. Sementara ketiga pasang mata hanya melongo melihat interaksi kedua manusia yang tampaknya sudah lama tidak saling bertemu. "Aku juga tidak menyangka ternyata Kamu adalah adik iparku!" "Aaaaaa....! Kita akan sering bertemu!" Pekik mereka bersamaan. Dante yang melihat itu merasa tidak senang apalagi melihat wajah Yoona yang berseri dan memperlihatkan keceriaan yang tidak pernah ia lihat. Selama tiga hari mereka bersama Dante memang hanya melihat kemarahan dan kemurkaan Yoona Malik Sidiki. "Kenapa kamu bisa menikah dengan manusia kutub itu, Yoona?" tanya Dion tidak percaya Yoona dapat memenangkan hati kakaknya. "Dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11

Bab terbaru

  • Suami Mutualisme   Bab 147 I Love You Yoona Guillermo

    Anita membeku, menghentikan langkahnya dan berputar dengan cepat ke hadapan tiga orang yang sedang duduk santai di ruang tengah.Pengakuan Dante baru saja mampu membuat jantungnya berhenti berdetak lalu kembali memompa sangat kuat. 'Apa maksud Dante?'"Maksudnya gimana? Dia—" kini Dimas melihat ke arah Anita yang wajahnya semakin pucat dan tubuhnya gemetar hebat. Namun, tatapannya menusuk Dante dengan tajam.Yoona membekap mulutnya. Wajahnya tak kalah pucat dengan Anita. Jadi Priyanka—benarkah dia bukan anak Dante? Tapi suaminya memperlakukan anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Yoona sama sekali tidak menyangka akan hal ini. Apa mommy Ainun tahu?"Ya? Dia wanita yang kamu cari. Yang sudah mencuri benihmu diam-diam dan melahirkannya."  Apa? ( …. ) Yoona dan Dimas melihat kearah Anita, lalu berpaling pada DanteDengan sisa tenaga yang masih bersemayam di tubuhnya, Anita menghampiri Dante dan mengkonfirmas

  • Suami Mutualisme   Bab 146

    "Kamu siap untuk malam ini Yoona?" tanya Dante saat masuk kedalam kamar dan melihat Yoona duduk dengan santai di sofa.Dante tahu Yoona melihat dan mendengar apa yang diinginkan oleh putrinya. Yoona tersenyum lebar, bengun dari duduknya dan mengitari Dante. Telunjuk wanita itu menusuk tubuh pria itu sedang tangan satunya bersembunyi di balik tubuhnya sendiri."Kamu ingin aku berperan menjadi istri yang pencemburu atau ibu tiri yang jahat?" Merasakan jarak sedekat ini dengan sentuhan jemari Yoona membuat tubuh pria itu memanas. Jika saja ia punya banyak waktu saat ini juga pasti sudah langsung membopong tubuh Yoona dan menenggelamkannya di ranjang. Tapi sial, Anita dan anaknya sedang bermain drama yang menarik, yang tidak bisa ia lewatkan begitu saja.Tidak tahan lagi akan ulah istri yang terus berputar dan saat telunjuk wanita itu menyentuh titik sensitifnya, Dante langsung menggenggam jemari Yoona dan menarik tubuh wanita itu hingga be

  • Suami Mutualisme   Bab 145 I Want You To Sleep With Us

    Ini pertama kalinya ia melayani Dante. Selama menikah dengan pria itu tidak satu kali pun Dante mau makan di meja yang sama walau dengan desakan Ainun."Nanti saja. Aku mau menyuapi putriku dulu?" Ini jelas penolakan.Akan tetapi Anita dan Priyanka tidak melihat hal itu. Mereka terlalu bahagia karena bisa makan bersama setelah sekian lama.Priyanka makan dengan lahap. Sementara Anita terus menatap Dante penuh minat. Bagaimana pria itu dengan piawainya mengurus putrinya, lengannya yang berotot dapat menggendong tubuhnya yang ramping, memeluknya erat. Ah, imajinasinya pun mulai berkelana jauh dimana Dante memanjakan dirinya dengan penuh cinta. "Dad," panggil gadis itu penuh harap. Suara Priyanka juga mampu membangunkan Anita dari lamunannya."Ya, honey. Mau tambah sesuatu?" Dante menghentikan suapannya, menatap putrinya dan menunggu apa yang ingin dikatakan gadis itu dengan sabar.Priyanka menunduk, rasa takut mulai menyelimutinya, tapi ia harus mengatakannya segera sebelum Daddy-nya

  • Suami Mutualisme   Bab 144 Aku Percaya Padamu

    Dokter itu segera meraih tangan Sulis dan membimbing agar wanita itu duduk."Bunda tidak sengaja terkena pisau Dok. Ini semua salah saya. Saya mencoba—Yoora hendak turun dari ranjang, tapi segera ditahan oleh suster. "Anda di sini saja, biar kami yang obati luka beliau.""Tapi bunda saya?" Yoora benar-benar cemas pada luka tangan Sulis."Tidak apa-apa, sayang ini sudah ditangani dokter tadi." Sulis meyakinkan. Sulis dan dokter di hadapannya saling pandang, memberi isyarat agar dokter yang adalah sahabatnya mau bekerja sama dengannya. Sekali ini lagi.Sebelum Sulis masuk ke ruang perawatan Yoora, wanita itu lebih dulu menemui dokter yang adalah sahabatnya saat masih SMA dulu. Sulis yang tahu temennya juga praktek di rumah sakit yang sama meminta bantuan padanya untuk drama yang mereka mainkan sekarang. "Saya sudah ke klinik dokter, ini sudah ditangani dengan baik," ujar Sulis sambil sesekali melihat ke arah p

  • Suami Mutualisme   Bab 143 Alandara Hamil

    Brak!Keduanya tersentak. Tubuh Yoona dengan sorot kesal terlihat jelas. Wanita itu melangkah lebar semakin masuk kedalam toilet dan berhenti tepat di hadapan Alandara yang masih diam mematung.Yoona langsung merengkuh tubuh sahabatnya. Memeluknya erat dengan elusan lembut di punggung wanita itu.Sedangkan Sarah masih kaget dengan kedatangan Yoona dan gebrakkan kuat tangannya pada daun pintu. Pandangan Sarah hanya mengikuti langkah Yoona hingga wanita itu berhenti tepat di depannya, dimana Alandara berdiri dengan tubuh gemetar."Lo gak usah khawatir. Gue bakalan minta bang Dante buat nyeret laki-laki itu ke hadapan Lo, Al?""Hah? Tapi—" Sarah kehilangan kata-katanya. Yoona kan baru datang bagaimana bisa Yoona tahu bahwa Alandara saat ini tengah mengandung dan menjanjikan Alandara bahwa Dante akan menyeret Anggara?Yoona melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah banyak keluar. "Semua bakalan baik-bai

  • Suami Mutualisme   Bab 142 Bagaimana Keadaan Yoora?

    "Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju

  • Suami Mutualisme   Bab 141 Lo Hamil Al?

    "Ba-baik …. Mom." Mata gadis itu berkaca-kaca.Dia Mommy-ku. Apa dia ibu yang melahirkanku? Kenapa begitu kasar?Selalu pertanyaan ini yang berulang-ulang hadir dalam hati gadis kriwil itu.Obsesi ibunya sudah ditanam bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Keinginan ibunya sendirilah yang membuat ia selama ini jauh dari ayahnya.'Aku harus bisa membujuk Daddy agar mau bersama Mommy lagi.' Harap Priyanka yang entah bisa terkabul atau tidak.Dulu sebelum ada Yoona, Daddy bahkan tidak mau duduk bertiga dengannya dan Anita. Daddy-nya selalu mengajak seseorang. Entah itu pria atau wanita. Sekarang Daddy-nya sudah menikah dan terlihat bahagia, apa bisa kembali pada Mommy-nya? Rasanya sangat sulit.Tapi, Priyanka akan mencobanya.*Di kantor.Pagi itu Yoona terlihat sangat gelisah. Bukan memikirkan Anita dan anaknya yang akan mengancam pernikahan mereka. Yoona yakin, Dante tidak akan pernah kemb

  • Suami Mutualisme   Bab 140 Drama Ibu dan Anak

    "Pinka cantik, cucu Oma … selamat pagi sayang," sapa Ainun saat melihat cucunya yang berwajah murung menuruni tangga. "Kenapa sayang?"Gadis kriwil itu menuruni tangga tanpa minat dan memeluk neneknya setelah tiba di undukkan terakhir."I'm looking for my father. Grandma knows where he is?" Ainun merasakan tubuh gadis itu sedikit bergetar. Tanpa kata Ainun mengelus punggung gadis itu. Semua resah hanya mampu ia curahkan dalam hati, 'Kenapa cengeng sekali? Apa merasa tersaingi oleh Yoona?'Akhirnya Ainun hanya mampu menggiring tubuh cucunya dalam dekapan menuju meja makan dan menunjukkan keberadaan putranya dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Daddy-mu sudah lama menunggu. Tapi cucu Oma tidurnya sangat pulas. Sana ke Daddy-mu!"Mendengar suara Ainun, seluruh penghuni meja makan menoleh. Dante bahkan berdiri dan mendekati putrinya.Pria itu membungkuk dan mencubit hidung putrinya yang sedikit bersembunyi di perut neneknya."Looking for me, Hem …?" Yang ditanya hanya diam dengan wajah

  • Suami Mutualisme   Bab 139 Jauhkan Dia Dari Wanita itu

    Dengan tangannya yang panjang Dante meraih ponsel istrinya dan menyerahkannya pada Yoona tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Jangan bergerak dan bicara perlahan dengan Bunda." Dante menarik dirinya dengan sangat hati-hati. Meninggalkan Yoona agar leluasa bicara dengan ibunya.Sepanjang jalan menuju kamar mandi, Dante terus berpikir kabar apa yang ingin disampaikan oleh Sulis. Sulis memang selalu tidak sabaran, akan tetapi untuk menelpon tengah malam begini rasanya sangat tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Dante mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tahu percintaan mereka tidak bisa di lakukan lagi melihat Yoona yang sudah sangat kelelahan.Satu Minggu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Yoona sangat menyiksanya. Dua pelepasan rasanya masih belum cukup menuntaskan dahaganya.Namun, yang tidak pria sadari mungkin saja percintaan mereka malam ini akan menjadi yang terakhir untuk selamanya."Ya, Bunda?" Yoona berusaha mengontrol suaranya yang serak, bukan karena

DMCA.com Protection Status