Dante hampir saja mengeluarkan seluruh dua bola matanya mendengar permintaan Yoona.
"Apa kamu mau membunuhku! Mana bisa melakukannya tanpa penyatuan. Itu hanya akan membuatku panas dingin, Yoona!"
Yoona memainkan kerah jaket Dante dengan wajah menggoda, "Ya sudah kalau tidak mau. Padahal aku baru saja mau memuaskan Mr Happy."
Dante tercengang. Tetasan dari surga baru saja mengenai wajahnya.
"Apa kamu yakin akan memuaskan Mr Happy?" tanya Dante mematikan.
Pikiran pria itu sudah menerawang jauh sampai ke puncak paling tinggi. Dia tidak tahu mana yang akan memuaskan Mr Happy, tangan atau bibir tipis Istrinya.
"Ya," jawab Yoona cepat, "tapi kan kamu sudah menolaknya." tegas Yoona sudah menjauhkan tangan dari leher pria itu dan mulai bangun dari duduknya.
Akan tetapi, Dante dengan cepat menahan pinggang istrinya dan mengikis jarak di antara mereka. Dante mengangkat tubuh Yoona dan mendudukkan di atas pangkuan.
Dante tidak ingin meny
Yoona memasang wajah datar, masih tidak percaya dengan perubahan sikap yang begitu mendadak."Baiklah, tapi aku harus mandi. Aku akan menyusul kalian," ujar Yoona masih terlihat enggan.Dalam hati Yoona terus berkata, mungkin putri Dante mulai menerima kehadirannya, atau Daddynya yang telah berhasil membujuk anak itu setelah dia pergi begitu saja meninggalkan toko kemarin sore.Apapun itu, Yoona berharap dia dan Priyanka dapat hidup rukun, paling tidak untuk alasan yang sama, yaitu Dante.Setelah membersihkan diri Yoona menghampiri keduanya yang begitu asik menikmati pemandangan indah di pagi hari yang begitu cerah.Pulau-pulau tampak kecil, seperti sebuah tumpukan lumut besar dari kejauhan."Kemarilah, Sayang … aku sudah membuatkan susu jahe untukmu." Dante menunjuk cangkir yang masih mengepul.Aroma susu dan jahe begitu kenal terhirup yang terbawa oleh angin, dan membuat Yoona tidak sabar untuk segera mencic
"Harus fresh, yah?" tanya Dante ragu, dan berharap Yoona mengubah keputusannya."Ya, menurutku tidak sulit mencari restoran seperti itu di negara penuh destinasi wisata seperti di sini," ujarnya mematahkan harapan Dante.Dante sedikit berfikir. Mungkin apa yang dikatakan oleh Istrinya ada benarnya. Seharusnya tidak sulit mencari restoran seperti itu yang menyajikan makan flash. Walau banyak pizza beku yang sengaja mereka buat agar menghemat waktu"Baiklah, aku akan mencari rekomendasi terbaik," ucap Dante akhirnya.Dante menghubungi seseorang dan menanyakan tempat yang bagus untuk mereka singgahi dan membuat perut kenyang."Aku punya dua tempat yang bagus yang akan kita kunjungi hari ini dan untuk besok kita akan memutuskannya nanti." Infonya memberitahu Yoona dan putrinya.Dante mengajak Yoona dan Priyanka ke sebuah restoran Amerika yang lumayan terkenal di Pater Euwensweg z/n Willemstad, Danny's Restaurant.Sesuai janjinya pad
Dante menggendong putrinya dengan lengan satunya menggandeng tangan Yoona. Dari jauh sudah ada fotografer yang membidik mereka.Melihat ada kameramen, Dante tidak ingin membuang kesempatan. Mereka kembali banyak mengambil foto keluarga kecil yang bahagia, walau ternyata putrinya menyimpan luka di dada."Priyanka, ayo berganti pakaian." Yoona langsung mengambil gadis itu dalam gendongan Dante dan membiarkan suaminya mengganti pakaiannya sendiri.Yoona mulai melepaskan seluruh pakaian gadis itu dan menggantinya dengan baju renang, mengikat rambut yang keriting dengan rapi dan memberikannya sunblock.Priyanka melihat ketulusan wanita dihadapannya. Yoona benar-benar teliti mengurus keperluannya, walau terlihat acuh tapi wanita ini memenuhi semua yang dia butuhkan."Tante apa kamu mencintai Daddyku, seperti mommy mencintai Daddy?" tanya Priyanka sungguh-sungguh.Yoona menatap gadis kecil itu dengan serius."Aku tidak tahu seperti apa
Guncangan yacht membuat langkah Priyanka goyang. Tubuhnya sedikit condong kedepan dengan kaki yang tidak bisa dikendalikan. Apalagi teriakan Dante membuatnya hilang fokus.Tubuh kecil Priyanka terpental sampai keluar yacht. Yoona yang hendak menyentuh lengan gadis itu hanya dapat menyentuh ujung jamarinya."Priyanka!" teriak Yoona saat tubuh gadis itu melayang di hadapannya. Wajahnya sudah sangat pucat.Byurr! Tubuh kecil itu masuk kedalam air dan tidak kembali mengapung. Tanpa pikir panjang Yoona langsung terjun kedalam air dan mencari keberadaan Priyanka.Dante melakukan hal yang sama. Saat kakinya menyentuh lantai, dia langsung menceburkan diri dan menyelamatkan putrinya.Di dalam air. Yoona tidak dapat melihat apapun. Dia terus mengedarkan pandangannya dengan napas yang hampir habis.Dimana anak itu? Bayangannya sama sekali tidak dapat dilihat. Laut ini sangat gelap, tapi ada sedikit cahaya dari atas.Dante melihat Yoona ham
Dari kejauhan para tim medis yang dipanggil oleh Dante melihat sebuah pergerakan dalam riak air dengan penerangan cahaya remang.Salah satu dari mereka bahkan melihat dua tangan yang berusaha menggapai. Dengan cahaya dari lampu boat, pria itu memeriksa sesuatu yang mencurigakan.Mereka tercengang saat melihat tubuh yang semakin terbenam."Ada yang tenggelam!" ujar pengemudi boat.Dia langsung mematikan perahu motornya dan menyelam hanya dengan pelampung yang melekat ditubuh."Cepat telpon rumah sakit terdekat dan siapkan ambulan," ujar dokter yang seharusnya memeriksa Priyanka.Salah satu diantara mereka melakukan apa yang diperintahkan.Si pengemudi terus berenang ke dasar lautan. Berusaha menggapai tubuh yang semakin terperosok ke dalam. Saat menggapainya, pria itu langsung membawa ke permukaan dengan satu tangan terus mengepak dan mengayun."Cepat buntu!" ujar dokter saat melihat si pengemudi berhasil membawa tubuh ses
Dante setengah berlari saat menghampiri kamar dimana Yoona dirawat. Saat pintu terbuka Dante melihat Yoona dengan selang oksigen di hidung mancungnya. Pemandangan itu begitu memilukan. Wanita itu begitu berusaha keras untuk menyelamatkan keselamatan putrinya yang bukan siapa-siapa bagi wanita itu. Menahan air mata, Dante langsung bergegas menuju ranjang dan langsung memeluk tubuh Yoona. "Kenapa kamu tidak menyerah dan kembali?" ucapnya penuh sesel. Kenapa dia tidak berteriak saat sudah menemukan Priyanka yang ketakutan. Tapi tidak, karena kecerobohan, dia hanya fokus pada tubuh putrinya yang menggigil dan ketakutan, dan lihatlah sekarang, Yoona seperti ini itu karena dirinya. Merasa sesak, Yoona sedikit menggeliat dalam dekapan Dante dan membuat pria itu melepaskan dekapannya, menatap wajah Yoona yang seputih kapas. "Dan—teh," ucap Yoona dengan susah payah. Yoona begitu sulit hanya mengucapkan nama suaminya. Matanya terbuka
Anita mengabaikan Dante. Gerakannya sangat cepat, nyaris seperti angin. Anita ingin segera membawa pulang putrinya sebelum Dante bertindak dengan kuasanya."Anita, berhenti!" panggil Dante lagi.Pria itu berusaha keras untuk menghentikan Anita dan membiarkan Priyanka tinggal bersamanya. Paling tidak selama mereka berada di Curaçao.Saat pintu kamar di mana Yoona dan Priyanka dirawat hendak dibuka, Anita menghentikan gerakannya. Dia begitu tercengang saat mendengar keakraban antara anak dan ibu sambung itu."Ante cantik, apa kamu yakin ada yang menarik kakimu? Dan berapa banyak air yang kamu telan?" Terdengar kikikan di setiap katanya. Seharusnya ini adalah pertanyaan yang menegangkan, akan tetapi Priyanka malah tertawa seolah ada hal yang lucu.Jelas saja Priyanka merasa geli, Yoona menceritakan pengalaman yang menyeramkan dengan mimik wajah yang lucu, sangat kontras dengan cerita sesungguhnya.Suara Priyanka yang riang membuat
Anita memeluk Priyanka dan mengelus rambutnya yang keriting. "Ya, Tante ini tidak bersalah. Tapi, Moms mau kamu ikut Moms pulang ke Hotel." "Moms … aku masih mau tinggal dengan Daddy," rengek gadis kecil itu. Untuk kali ini, Priyanka ingin tinggal dengan Daddynya, anak itu ingin meminta haknya. Dante duduk di sofa dengan kaki bersilang. "Kamu bilang masih ada banyak urusan? Jadi, biarkan Priyanka bersamaku untuk beberapa hari kedepan." "Tidak bisa, Dante. Aku tidak mau meninggalkan Priyanka saat ini. Mungkin nanti setelah dia lebih baik kamu bisa menjemputnya di Bali," Anita bersikeras. Jelas dia masih mengkhawatirkan putrinya. Anita tidak ingin meninggalkan Priyanka disini dengan ibu tiri yang tidak menjaganya. Dante menyerah Mantan istrinya ini memang selalu keras kepala. Dante tidak ingin berdebat dengan Anita dan membuat putrinya berada dalam posisi yang serba salah. Yoona merasa prihatin dengan kesedihan suaminya. Dari yan
Anita membeku, menghentikan langkahnya dan berputar dengan cepat ke hadapan tiga orang yang sedang duduk santai di ruang tengah.Pengakuan Dante baru saja mampu membuat jantungnya berhenti berdetak lalu kembali memompa sangat kuat. 'Apa maksud Dante?'"Maksudnya gimana? Dia—" kini Dimas melihat ke arah Anita yang wajahnya semakin pucat dan tubuhnya gemetar hebat. Namun, tatapannya menusuk Dante dengan tajam.Yoona membekap mulutnya. Wajahnya tak kalah pucat dengan Anita. Jadi Priyanka—benarkah dia bukan anak Dante? Tapi suaminya memperlakukan anak itu seperti darah dagingnya sendiri. Yoona sama sekali tidak menyangka akan hal ini. Apa mommy Ainun tahu?"Ya? Dia wanita yang kamu cari. Yang sudah mencuri benihmu diam-diam dan melahirkannya." Apa? ( …. ) Yoona dan Dimas melihat kearah Anita, lalu berpaling pada DanteDengan sisa tenaga yang masih bersemayam di tubuhnya, Anita menghampiri Dante dan mengkonfirmas
"Kamu siap untuk malam ini Yoona?" tanya Dante saat masuk kedalam kamar dan melihat Yoona duduk dengan santai di sofa.Dante tahu Yoona melihat dan mendengar apa yang diinginkan oleh putrinya. Yoona tersenyum lebar, bengun dari duduknya dan mengitari Dante. Telunjuk wanita itu menusuk tubuh pria itu sedang tangan satunya bersembunyi di balik tubuhnya sendiri."Kamu ingin aku berperan menjadi istri yang pencemburu atau ibu tiri yang jahat?" Merasakan jarak sedekat ini dengan sentuhan jemari Yoona membuat tubuh pria itu memanas. Jika saja ia punya banyak waktu saat ini juga pasti sudah langsung membopong tubuh Yoona dan menenggelamkannya di ranjang. Tapi sial, Anita dan anaknya sedang bermain drama yang menarik, yang tidak bisa ia lewatkan begitu saja.Tidak tahan lagi akan ulah istri yang terus berputar dan saat telunjuk wanita itu menyentuh titik sensitifnya, Dante langsung menggenggam jemari Yoona dan menarik tubuh wanita itu hingga be
Ini pertama kalinya ia melayani Dante. Selama menikah dengan pria itu tidak satu kali pun Dante mau makan di meja yang sama walau dengan desakan Ainun."Nanti saja. Aku mau menyuapi putriku dulu?" Ini jelas penolakan.Akan tetapi Anita dan Priyanka tidak melihat hal itu. Mereka terlalu bahagia karena bisa makan bersama setelah sekian lama.Priyanka makan dengan lahap. Sementara Anita terus menatap Dante penuh minat. Bagaimana pria itu dengan piawainya mengurus putrinya, lengannya yang berotot dapat menggendong tubuhnya yang ramping, memeluknya erat. Ah, imajinasinya pun mulai berkelana jauh dimana Dante memanjakan dirinya dengan penuh cinta. "Dad," panggil gadis itu penuh harap. Suara Priyanka juga mampu membangunkan Anita dari lamunannya."Ya, honey. Mau tambah sesuatu?" Dante menghentikan suapannya, menatap putrinya dan menunggu apa yang ingin dikatakan gadis itu dengan sabar.Priyanka menunduk, rasa takut mulai menyelimutinya, tapi ia harus mengatakannya segera sebelum Daddy-nya
Dokter itu segera meraih tangan Sulis dan membimbing agar wanita itu duduk."Bunda tidak sengaja terkena pisau Dok. Ini semua salah saya. Saya mencoba—Yoora hendak turun dari ranjang, tapi segera ditahan oleh suster. "Anda di sini saja, biar kami yang obati luka beliau.""Tapi bunda saya?" Yoora benar-benar cemas pada luka tangan Sulis."Tidak apa-apa, sayang ini sudah ditangani dokter tadi." Sulis meyakinkan. Sulis dan dokter di hadapannya saling pandang, memberi isyarat agar dokter yang adalah sahabatnya mau bekerja sama dengannya. Sekali ini lagi.Sebelum Sulis masuk ke ruang perawatan Yoora, wanita itu lebih dulu menemui dokter yang adalah sahabatnya saat masih SMA dulu. Sulis yang tahu temennya juga praktek di rumah sakit yang sama meminta bantuan padanya untuk drama yang mereka mainkan sekarang. "Saya sudah ke klinik dokter, ini sudah ditangani dengan baik," ujar Sulis sambil sesekali melihat ke arah p
Brak!Keduanya tersentak. Tubuh Yoona dengan sorot kesal terlihat jelas. Wanita itu melangkah lebar semakin masuk kedalam toilet dan berhenti tepat di hadapan Alandara yang masih diam mematung.Yoona langsung merengkuh tubuh sahabatnya. Memeluknya erat dengan elusan lembut di punggung wanita itu.Sedangkan Sarah masih kaget dengan kedatangan Yoona dan gebrakkan kuat tangannya pada daun pintu. Pandangan Sarah hanya mengikuti langkah Yoona hingga wanita itu berhenti tepat di depannya, dimana Alandara berdiri dengan tubuh gemetar."Lo gak usah khawatir. Gue bakalan minta bang Dante buat nyeret laki-laki itu ke hadapan Lo, Al?""Hah? Tapi—" Sarah kehilangan kata-katanya. Yoona kan baru datang bagaimana bisa Yoona tahu bahwa Alandara saat ini tengah mengandung dan menjanjikan Alandara bahwa Dante akan menyeret Anggara?Yoona melepaskan pelukannya, menghapus air mata yang sudah banyak keluar. "Semua bakalan baik-bai
"Kita sama-sama bodoh. Padahal kita bisa seperti ini diam-diam, kan?" Sulis berusaha tersenyum walaupun hatinya sakit.Sulis meminta Yoona untuk duduk, meletakkan paper bag berwarna coklat muda diatas meja.Yoona melongok sedikit melihat isi dalam tas itu, yang terlihat hanya beberapa bungkus plastik putih dengan stempel alamat sebuah apotek. "Bunda bawa apa? Dari mana?" Yoona kembali mendorong paper bag dan kembali fokus pada bundanya yang enggan menjawab pertanyaannya.Sulis memang mengabaikan pertanyaan putrinya, wanita itu malah bertanya apa yang mau dimakan Yoona."Apa aja, Bun. Aku, kan pemakan segalanya." Yoona menjawab dengan sedikit cengiran."Sup iga sapi kayaknya enak di sini." Yoona mengangguk setuju. Menu iga sapi memang menjadi bintangnya di cafe itu.Selama menunggu makanan datang. Sulis bertanya berbagai hal. Apa yang dilakukan Yoona, seperti apa Dante dan apa Yoona bahagia dengan pernikahannya. Sulis ju
"Ba-baik …. Mom." Mata gadis itu berkaca-kaca.Dia Mommy-ku. Apa dia ibu yang melahirkanku? Kenapa begitu kasar?Selalu pertanyaan ini yang berulang-ulang hadir dalam hati gadis kriwil itu.Obsesi ibunya sudah ditanam bahkan sejak ia masih dalam kandungan. Keinginan ibunya sendirilah yang membuat ia selama ini jauh dari ayahnya.'Aku harus bisa membujuk Daddy agar mau bersama Mommy lagi.' Harap Priyanka yang entah bisa terkabul atau tidak.Dulu sebelum ada Yoona, Daddy bahkan tidak mau duduk bertiga dengannya dan Anita. Daddy-nya selalu mengajak seseorang. Entah itu pria atau wanita. Sekarang Daddy-nya sudah menikah dan terlihat bahagia, apa bisa kembali pada Mommy-nya? Rasanya sangat sulit.Tapi, Priyanka akan mencobanya.*Di kantor.Pagi itu Yoona terlihat sangat gelisah. Bukan memikirkan Anita dan anaknya yang akan mengancam pernikahan mereka. Yoona yakin, Dante tidak akan pernah kemb
"Pinka cantik, cucu Oma … selamat pagi sayang," sapa Ainun saat melihat cucunya yang berwajah murung menuruni tangga. "Kenapa sayang?"Gadis kriwil itu menuruni tangga tanpa minat dan memeluk neneknya setelah tiba di undukkan terakhir."I'm looking for my father. Grandma knows where he is?" Ainun merasakan tubuh gadis itu sedikit bergetar. Tanpa kata Ainun mengelus punggung gadis itu. Semua resah hanya mampu ia curahkan dalam hati, 'Kenapa cengeng sekali? Apa merasa tersaingi oleh Yoona?'Akhirnya Ainun hanya mampu menggiring tubuh cucunya dalam dekapan menuju meja makan dan menunjukkan keberadaan putranya dengan tubuh yang sedikit membungkuk."Daddy-mu sudah lama menunggu. Tapi cucu Oma tidurnya sangat pulas. Sana ke Daddy-mu!"Mendengar suara Ainun, seluruh penghuni meja makan menoleh. Dante bahkan berdiri dan mendekati putrinya.Pria itu membungkuk dan mencubit hidung putrinya yang sedikit bersembunyi di perut neneknya."Looking for me, Hem …?" Yang ditanya hanya diam dengan wajah
Dengan tangannya yang panjang Dante meraih ponsel istrinya dan menyerahkannya pada Yoona tanpa melepaskan penyatuan mereka. "Jangan bergerak dan bicara perlahan dengan Bunda." Dante menarik dirinya dengan sangat hati-hati. Meninggalkan Yoona agar leluasa bicara dengan ibunya.Sepanjang jalan menuju kamar mandi, Dante terus berpikir kabar apa yang ingin disampaikan oleh Sulis. Sulis memang selalu tidak sabaran, akan tetapi untuk menelpon tengah malam begini rasanya sangat tidak mungkin. Pasti ada sesuatu yang sangat penting.Dante mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia tahu percintaan mereka tidak bisa di lakukan lagi melihat Yoona yang sudah sangat kelelahan.Satu Minggu menahan hasrat untuk tidak menyentuh Yoona sangat menyiksanya. Dua pelepasan rasanya masih belum cukup menuntaskan dahaganya.Namun, yang tidak pria sadari mungkin saja percintaan mereka malam ini akan menjadi yang terakhir untuk selamanya."Ya, Bunda?" Yoona berusaha mengontrol suaranya yang serak, bukan karena