Share

189. Belum Jodohnya

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Siapa dia Mak? Yang jelas Risma tidak mungkin kenal lah, karena Risma, kan belum lahir," jawab Risma, membercandai ibu sambungnya tersebut. Mau tidak mau ucapan Risma membuat Mak Sawiyah tersenyum. Kembali berucap, 

"Risma memang tidak kenal secara langsung, tetapi jika Risma nanti tahu, Risma pasti akan kaget?"

"Siapa, Mak?" Risma mulai penasaran. 

"Pria itu berstatus duda anak satu saat itu, usia anaknya pun mungkin baru empat tahun. Emak saat itu sekitar 14 tahunan.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   190. Tawaran Kerja Sama

    Dua orang pria berpakaian santai menaiki tangga menuju teras rumah di mana Risma dan Pak Setya sengaja menunggu kedatangan mereka.Risma menilai kedua pengacara Julius itu usianya seumuran dengan suaminya, bisa dibilang pengecara muda. Sudah tersenyum ramah kepada Risma saat mereka berdiri berhadapan. Memberi hormat kepada Pak Setya yang mereka bilang sebagai senior dan panutan mereka dalam profesi mereka sekarang ini.Kedua pengacara tersebut memperkenalkan namanya, Tigor dan Keanu, dengan nama marga di belakangnya. Suku yang paling banyak melahirkan banyak pengac

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   191. Ada Masalah Ada Jalan Keluar

    Risma terdiam mendengar permintaan dari dua orang pengacara Julius tersebut untuk menarik laporan tentang peristiwa penculikan kemarin, atau mungkin meminta perdamaian agar kasus itu tidak berlanjut."Anda berdua menawarkan Restorative Justice dalam kasus penculikan kemarin?" tanya Pak Setya kepada kedua pengacara muda tersebut. Risma yang baru mendengar tentang istilah tersebut memilih diam saja mendengarkan."Benar, Pak. Itu pun jika Bu Risma dan keluarga menyetujuinya?""Tetapi Anda berdua tau, kan, jika pun itu ter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   192. Maafkan Saya

    "A-aku takut, Ran ...."Maharani tersenyum, dia bisa memaklumi ketakutan yang Susan rasakan, mengingat apa yang dia lakukan dulu terhadap istri dan anak-anak Julius. Maharani mengenggam telapak tangan Susan yang terasa dingin."Kita pulang saja ya, Ran? Lain waktu saja kita ke sini lagi?" pinta Susan kepada Maharani, dia benar-benar merasakan ketakutan itu. Dan itu terdengar oleh pria pengawalnya, karyawan Riswan bagian pengamanan."Kenapa mesti takut, Mbak? Insya Allah ada saya yang menjaga," ujar bodyguard tersebut.Maharani mengusap lembut tangan Susan, memberikan kekuatan dan berharap Susan menjadi tenang."Lebih baik sekarang, San? Mumpung kita sudah ada di sini, dan mumpung Allah masih memberikan kesempatan buat kamu untuk meminta maaf?" jelas Susan, perlahan."Maksudnya, Ran?""Maksudnya, jika kamu menunda-nunda. Takutnya tidak ada lagi kesempatan buat kamu untuk meminta maaf.""Loh kok gitu

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   193. Tante Jahat

    "Tidak ada yang bisa mengubah masa lalu, Mbak? Tidak ada yang bisa?""Jika memang tidak bisa, lalu apa gunanya meminta maaf, Mbak? Dan mengapa juga saya harus memaafkannya?" Hesni tetap bersikokoh untuk tidak ingin memaafkan Susan."Apa selama ini Mbak merasa lebih tentram karena menyimpan dendam dan kemarahan?" tegur Maharani pelan, sementara Susan sudah menangis tertunduk di bangku, kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.Hesni terdiam, hanya air matanya yang terus mengalir perlahan.

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   194. Gadis Kecil Yang Sakit Hati

    Susan tertunduk saja saat putri sulung Julius menyebutnya sebagai Tante Jahat. Hatinya merasakan sakit. Benar apa yang Maharani bilang saat di apartemennya dulu, jika perbuatannya sama saja jahatnya seperti saat sang ibu tirinya merebut papa dari keluarganya, hingga hidupnya terpisah dengan ibu dan adik-adiknya hingga saat ini.Luka yang tergoreskan di hatinya dulu, sama seperti dengan luka yang dia torehkan kepada Citra."Papaku mana, Tante!" teriak Citra lagi secara tidak terduga sambil menarik hijab yang dikenakan Susan, hingga kepalanya Susan tertarik.

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   195. Robot Pencetak Uang

    "Jika pakaian Tante Susannya sudah berubah seperti itu, Citra tau sayang artinya apa?"Citra terdiam, seperti sedang mencerna pertanyaan dari si Tante Baik, mata polosnya menatap lekat Maharani. "Tidak tau, Tante," jawabnya. Kembali Maharani tersenyum. Berbicara dengan nada lembut seperti biasa."Itu berarti Tante Susan sudah berubah, Sayang? Sedang berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik," jelas Maharani.

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   196. Ayah Penghisap Keringat Anak

    Dody Sudrajat dan Elvira, nama dari ayah dan Ibu sambung dari Susan. Bergegas menghampiri dengan tergesa-gesa, seperti orang yang melihat duit dalam jumlah besar tergeletak di jalan. Wajah Susan terlihat tidak nyaman, dan Maharani bisa melihat. Sedikit banyak dia tahu orang seperti apa Dody Surajat tersebut. Dody langsung mencengkram lengan Susan, membuat gadis yang sekarang berhijab itu meringis kesakitan. "Kamu kemana menghilang berminggu-minggu, bikin susah papah saja!" sentak Dody dengan nada geram. Sementara sang istri menatap wajah Susan dengan tajam, juga terlihat sangat geram. Seorang bodyguard yang paling dekat dengan Susan, segera mencengkeram tangan Dody, memintanya untuk melepaskan pegangan tangannya dari Susan. "Apa-apaan, Ini!" bentak Dody, saat seorang lagi bodyguard yang menjaga Maharani dan Susan menelikung tangannya. "Anda jangan berlaku kasar? Mbak Susan tanggung jawab kami," ucap bodyguard yang menelikung lengan Dody, dekat belakang telinganya. "Saya papahny

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   197. Cinta Pertama Anak Perempuan

    Entah kekuatan apa yang membuat Susan dengan cepat menangkap lengan tangan sang Papah, tepat sebelum telapak tangan itu mengenai pipinya. Tinggi mereka yang hampir sama hingga membuat wajah mereka sejajar. Dody pun terkaget melihat putrinya berhasil menangkap tangannya."Cukup, Pah," ucap Susan dengan suara bergetar. mata sudah berkaca-kaca."Apa Papah belum puas menampar, jika aku dianggap membangkang, atau jika keinginan Papah tidak bisa kupenuhi? "Aku yang mencari uang untuk Papah. Aku yang menghidupi Papah dan istri muda Papah. Pernah tidak Papah sekali saja memberikan aku uang atau hadiah dari hasil keringat Papah. Tidak pernah 'kan, Pah? Tidak pernah?"Air mata mulai jatuh kedua pipi Susan. Hatinya benar-benar sakit. Dia merasakan lelah yang teramat sangat pada phisik dan pikirannya.Susan melepaskan tangannya dari lengan sang Papah. Menatap tajam dengan terluka. Mata yang mewakili perasaan hati."Seandainya saja aku tidak bertemu Rani, mungkin aku sudah mati bunuh diri. Aku ca

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 394 Waktu Terbaik

    Dli, Aku mau ijin ke kamar kecil sebentar?" ucap Irma langsung berdiri dari tempat duduknya. "Lurus saja, Ma. Pintu kedua di sebelah kanan, kamar mandi buat tamu," jawab Fadli, wajahnya mengarah ke lorong dalam rumah. "Saya permisi sebentar, Tante." Si nyonya besar hanya mengangguk saja, dan Irma pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Fadli.Sebenarnya, Irma tidak ingin buang air kecil ataupun besar. Dia hanya ingin menghindar sebentar. Ucapan dan pertanyaan dari ibunya Fadli dan Fadlan sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Dirinya merasa direndahkan dan tidak dihargai hanya karena seragam dan pekerjaannya yang sekarang. Irma sangat mencintai pekerjaannya, karena dari hasil kerjanya dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Biaya sekolah ketiga adiknya, juga untuk merenovasi rumah. Walaupun tidak sekaya jika dibandingkan dengan Fadli, tetapi Irma adalah wanita yang mandiri. Kekayaan atau harta yang dimiliki pria bukanlah prioritasnya sekarang ini dalam mencari pas

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 393 Seperti Terdakwa

    Irma bisa melihat, jika tatapan Fadli yang berdiri di sampingnya banyak menyimpan kemarahan terhadap saudara kembarnya, Fadlan. Kegeraman terlihat jelas pada wajahnya. Irma sungguh tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan, ditambah lagi ada ibu dari mereka berdua.Irma berucap pelan kepada Fadli, dan tidak ingin Fadlan ikut mendengarkan."Jika kamu sampai berkelahi dengan Fadlan, jangan harap aku akan sudi bertemu denganmu lagi, Dli? ucapnya tegas, lalu tersenyum manis kepada Fadli. Sesaat Fadli diam tertegun, lalu dia mengangguk."Yuk, masuk, Ma," ajaknya lagi kepada Irma, sambil tangan kanannya menuntun Niken sang keponakan. Fadli langsung masuk ke dalam rumah tanpa menegur Fadlan, berpura-pura sibuk berbicara dengan Niken sambil berjalan. Sementara Irma berhenti tepat di depan Fadlan, menegur terlebih dahulu."Bagaimana kabarmu, Fad?" tegur Irma, dan entah kenapa, hatinya mulai merasakan tidak nyaman dengan Fadlan. Mungkin penyebab utamanya karena fitnah yang dia lak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 392 Pernah Menggugat Tuhan

    Siapa yang sudah berbohong terhadap dirinya, Fadli ataukah Fadlan? Siapa pula yang harus dia percaya di antara keduanya? Jika memang Fadlan yang sudah berbohong, apa maksud dan tujuannya? Irma benar-benar dibuat bingung setelah mendengarkan penjelasan versi Fadli. Namun, jika ternyata Fadlan yang sudah berbohong dan sengaja untuk menjelekkan juga memfitnah saudara kembarnya tersebut, betapa Irma akan sangat kecewa terhadapnya. Fadlan bilang jika Fadli sudah berkeluarga dan juga memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan putrinya, namun Fadli bilang jika istri sudah meninggal dunia, bahkan menjelaskannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Istrimu sudah meninggal, Dli?" tanya Irma, dia memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang perbedaan keterangan antara Fadli dan Fadlan. Siapa yang sudah berbohong dan siapa yang sudah berbicara jujur di antara mereka. Fadli mengangguk, membenarkan pertanyaan Irma. "Meninggal bersama dengan anakku di dalam kandungan," jelas Fadli, raut kesedi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 391 Siapa yang Harus Dipercaya

    Fadli malah terlihat seperti orang bingung, macam tidak paham apa yang sudah diucapkan oleh Irma. "Kamu sebenarnya bicara apa sih, Ma? Beneran, aku nggak paham," jawab Fadli, menatap wajah Irma dalam. Kembali dia lanjut bicara. "Benci? Musuhan? Sama siapa? Aku musuhan dan benci sama Fadlan gitu maksudnya, kamu?" tanyanya ke Irma. "Maaf, jika aku salah dan dianggap kegeeran, tapi menurut Fadlan seperti itu."Fadli menatap Irma dalam, bukan maksudnya untuk tidak mengakui, tapi itu peristiwa sudah beberapa tahun yang lalu, yang bahkan usia mereka waktu itu masih berumur belasan. "Dulu saat kita masih satu sekolah, iya, Korma. Aku memang sempat marah dengan Fadlan, karena aku yang dekat denganmu dari kelas satu, Tiba-tiba saat kelas tiga, dia main serobot aja." Fadli tertawa, ingatannya seperti sedang kembali ke masa lalu. Kembali dia bicara. "Saat dulu itu memang bukan salah kamu, bukan juga salah Fadlan. Aku saja yang dulu tidak punya keberanian untuk bicara langsung terhadapmu. "

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 390 Masa Lalu yang Belum Selesai

    Pria yang ingin bertemu dengannya jelas memang Fadli. Karena, memang hanya Fadli yang dulu memanggilnya dengan sebutan korma. Entah kenapa, badan Irma langsung terasa gemetar."Irma, kenapa bengong saja di dekat pintu, Masuk? itu temui Pak Fadli," teguran dari Pak Benny menyadarkan Irma dari terkesima. Kehadiran saudara kembar dari Fadlan ini jelas di luar perkiraannya. Dari mana Fadli bisa tahu jika Irma bekerja di pabrik ini? Terus, darimana Fadli bisa kenal pemilik perusahaan ini. Sampai-sampai Pak Benny pun sangat respect terhadapnya. "Ba-baik, Pak?" jawab Irma atas teguran atasannya itu, namun sebelum mendekati Fadli, justru Fadli yang langsung berbicara dengan Pak Benny. "Pak Benny, saya ijin mau ajak teman SMA saya ini, Irma, untuk makan siang.""Boleh, Pak, silakan," jawab kepala pabrik itu cepat, langsung memperbolehkan. Perlakuan Pak Benny terhadap Fadli cukup membuat Irma heran, betapa sangat hormatnya atasannya itu kepada Fadli. "Irma, kamu diajak makan siang sama Pak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

    [ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 388 Tangisan Seorang Ibu

    "Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 387 Sudah Berselingkuh

    Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 386 Menyimpan Amarah

    Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti

DMCA.com Protection Status