Home / Romansa / Suami Miskinku Ternyata Konglomerat / 14 Masa Lalu Yang Ditinggalkan

Share

14 Masa Lalu Yang Ditinggalkan

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV RISWAN 

Part 14

"Titip anak-anak, Bang. Aku harus segera membantu, Emak," ucap istriku Risma yang biasa kupanggil dengan sebutan Eneng sembari mengusap air matanya. Kemudian berbalik meninggalkan aku yang masih berdiri terdiam.

Kesedihan terlihat jelas dari tatap matanya hanya karena membela aku, suami miskinnya.

Apakah salah aku memilih diam? Apakah juga salah jika aku terus mengalah? Apakah itu menandakan jika aku sudah tidak lagi memiliki harga diri.

"Jika semuanya habis mereka injak-injak, apalagi yang harus eneng banggakan sama suami sendiri, Bang."

Sembari menemani kedua putriku Yuli dan Neti, memetik cabai dan tomat di depan pekarangan rumah, ucapan istriku selalu terngiang-ngiang.

Istriku memang tidak pernah mengeluh tentang kemiskinan kami, hampir selama enam tahun kami membina rumah tangga.

"Tidak apa-apa eneng dibilang miskin. Tetapi jangan sampai Abang dianggap tidak punya harga diri!"

Menemani kedua ana

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Zulkifli Padang
ne crita nya balik lg balik lg k feedback nya terlalu berlebihan..mang dia pikir gk pakai koin..nyebelin bangt..crita nya jelek...terlalu lebay
goodnovel comment avatar
BaLkis Dewi
koin ny banyak..bab nya cuma sedikit
goodnovel comment avatar
Michael George
koinnyaaa terlalu tinggi, tolonglah thor jgn terlalu tinggi koinnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   15. Perintah Pertama Sang Bos

    Part 15Dengan menaiki ojek motor, aku langsung menuju ke pabrik pengolahan teh, berhenti tepat di depan gerbang pabrik tanpa sempat pulang terlebih dahulu untuk berganti baju. Kemeja pendek berwarna oranye pudar, celana bahan, dan sandal jepit, aku langsung menuju ke pos satpam yang terletak di balik pintu gerbang."Permisi Pak, selamat siang, saya ingin bertemu dengan Pak Julius?" tanyaku, kepada dua petugas security berseragam yang berjaga. Seseorang yang usianya sudah cukup umur, dan seorang pemuda yang sepertinya baru lulus sekolah dua atau tiga tahun sebelumnya. Bapak tua itu sepertinya sedang sibuk membuat laporan, dan security yang berusia lebih muda menanggapi pertanyaanku seperti acuh, setelah sebelumnya memperhatikan penampilanku dari wajah hingga sandal jepit yang kupakai."Buat apa?" Tidak menjawab pertanyaanku dan malah balik bertanya, tanpa memandang ke arahku sama sekali sembari asyik dengan handphone-nya."Ingin bertemu, Pak. Penting," ja

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   16. Tragedi Maharani

    Part 16Tujuh Tahun Sebelumnya.Dering suara handphone yang kuletakkan di atas meja ruang meeting berbunyi, di saat aku sedang memimpin rapat dengan para petinggi di kantor pusat Niskala group, bilangan Sudirman Jakarta Selatan. Biasanya jika sedang rapat penting seperti ini aku tidak pernah ingin diganggu, tetapi melihat jika nomor berasal dari handphone Mamah, maka langsung kuterima.--Haloo, Mah?--Ris, ini Tante Else, Mamahmu kena serangan jantung di rumah Tante, sekarang sudah ada di rumah sakit.--Rumah sakit mana, Tan?--Siloam Semanggi--Baik Tante, saya langsung ke sana.Segera mematikan handphone."Rapat hari ini kita cukupkan dulu sampai di sini, saya harus segera ke rumah sakit," ucapku, tanpa meminta persetujuan dari peserta rapat, yang sebagian besar adalah pimpinan usaha di bawah group Niskala. langsung bergegas keluar dari ruangan pertemuan.Tony--sopir pribadi yang merangkap juga sebagai pengawal

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   17. Takdir Rosalinda

    PART 12Mamah tergeletak pingsan di lantai. Penyakit jantung yang dideritanya, sepertinya kumat. Aku segera menelepon Toni yang menunggu di bawah untuk segera naik ke tempatku berada, guna membantu untuk meng-evakuasi Mamah.Kedua orang " penghianat" itu terlihat sibuk mencari-cari bajunya yang berserakan di lantai, dan terlihat terburu-buru saat memakainya.Si wanita, Maharani, yang terlihat dan berkelakuan seperti wanita lugu, baik, perduli, hanya menangis ketakutan. Sementara si pria yang setiap bertemu kupanggil Papah, sok-sokan terlihat panik. Aku benci dengan kedua manusia bejat tersebut.Sang pria selesai memakai baju secara asal lantas berniat ingin membantu, kucegah langkahnya."Jangan coba-coba kau berani sentuh mamahku!" sentakku geram, sembari menunjuk ke wajah Papah. Pria paruh baya itu terdiam, tidak berani mendekat."Ta-tapi, Ris," sanggahnya terbata, sembari mencoba lagi untuk mendekat."Aku bilang jangan sentuh mamahku!

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   18. Menghilang Dari Kemewahan

    PART 18Selepas dari pemakaman Mamah. Aku meminta Toni ke rumah dahulu guna mengambil beberapa barang berharga, lalu meminta Toni kembali mengantarkan aku ke sebuah bank pemerintah ternama untuk menyimpan surat-surat dan benda-benda berharga kedalam safety deposit box yang banyak tersedia di bank-bank besar.Mengajak Toni sebentar menikmati kopi di sebuah kedai kedai kopi lokal yang tidak jauh dari lokasi bank."Ton, aku minta kunci mobilnya," pintaku, sembari menyeruput kopi hitam hangat."Baik, Pak." Toni lalu memberikan kunci tersebut tepat di meja depanku."Mulai hari ini, kamu kembali kerja di kantor, Ton. Saya sudah hubungi Dipta agar menyiapkan satu tempat buat kamu di Sudirman," jelasku, lalu menyenderkan tubuh di kursi."Bapak sudah tidak butuh saya lagi?" tanyanya hati-hati. Yah, Toni ini sudah dari pertama mengikutiku, sejak saat almarhum Kakek mulai memintaku membantu untuk membesarkan bisnis keluarga Kusumateja. Selalu ikut kema

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   19. Belajar Mengaji

    "Lebih cantik dari Maharani," ucapku sedikit bergumam."Apa, Bang?" tanyanya lagi, mungkin suara gumamku sedikit terdengar di telinganya."Tidak, tidak apa-apa," jawabku, aku dibuatnya menjadi serba salah. "Itu yang kamu pegang buku apa?" Paras wanita itu terlihat heran. Matanya memperhatikan aku."Abang bukan orang Islam?" tanyanya. Setahuku keluargaku Islam. Kami ikut berlebaran, tetapi memang tidak ada nilai-nilai keagamaan dalam rumah besar kami.Sedari TK hingga kuliah, aku sekolah di yayasan Katholik yang terbilang ternama di Jakarta. Walaupun SMA, tetapi murid-muridnya hanya khusus lelaki semua.Di rumah besar kami pun penghuninya tidak ada yang ibadah, karena lingkungan perumahan elit tempat aku tinggal dikelilingi mayoritas etnis Tionghoa. Dan kakekku sepertinya penganut kepercayaan, begitupun Mamah. Kolom agama kupikir hanya supaya terisi saja."Sebentar," jawabku, sembari mengambil kartu pengenal dan melihat kolo

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   20. Niat Melamar

    Ini beneran, Wan?" tanyanya, seperti ragu-ragu.Aku mengangguk, dan memang aku sudah yakin ingin membeli rumah itu."Yang 15 juta, hitung-hitung saya ingin bersedekah buat ikut membantu pembangunan kobong, juga untuk di-sedekahkan atas nama almarhumah Mamah," ucapku lirih, ada rasa nyeri di hati jika menyebut ataupun mengingat almarhumah."Subhanallah," ucap Ustaz Arief. "Nanti soal surat-surat jual belinya biar saya yang urus, dan kita akan adakan tahlilan untuk mendoakan secara khusus buat almarhumah," lanjutnya lagi."Terima kasih, Ustaz," jawabku, sembari mengambil teh hangat yang sudah disediakan istri Ustaz Arief."Ngomong-ngomong, uang kamu banyak juga, Wan?" tanya Ustaz Arief, berseloroh."Ngumpulin sedikit-sedikit, Ustaz, saat kerja di luar kemaren," jawabku, menyembunyikan jati diri. Hening sejenak, lalu aku mulai memberanikan diri untuk kembali bertanya hal yang belakangan ini membuatku risau."Taz, saya mau tan

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   21. Seperti Menjual Anak

    Part 15Pegunungan, perbukitan, dan hamparan kebun-kebun teh mengelilingi Desa Cibungah ini. Udara sejuk dan angin semilir menentramkan hatiku yang gelisah, tetapi tetap tidak mengurangi debaran dada yang mengiringi derap langkahku menuju ke rumah orang tua Risma.Kekhawatiran akan adanya penolakan dari orang tua gadis yang kusuka, terutama tentang sikap bapaknya yang banyak tuntutan setiap kali ada pria yang berniat ingin meminang putrinya Risma. Akan tetapi itu semua tidak menyurutkan niatku untuk mempersuntingnya. Langkah kami bertiga sudah sampai di depan teras rumah keluarga besar Risma, dan jantungku semakin berdebar keras."Assalamualaikum." Salam kedatangan terlontar dari mulut Ustaz Arief."Waalaikum salam." Emak datang menyambut dengan ditemani Risma, dan ... gadis lugu itu berdandan, cantik sekali. Dandanan yang sederhana tanpa warna-warna yang berkesan berani, paras wajahnya semakin terlihat lembut, senyuman termanis dia lemparkan untukku, lal

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   22. Rencana Emak Sawiyah

    Rasa sesak merasuki rongga dada, bercampur dengan kesedihan dan pengharapan.Kecewa atas sikap dan penolakan yang ditunjukkan Juragan Hasyim. Sedih melihat Risma dengan sebegitu kuatnya berupaya melawan keputusan bapaknya, hingga harus berakhir dengan tamparan untuknya. Berharap, aku dan Eneng dapat dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.Langkah kakiku seperti mengambang, pikiranku hanya dipenuhi tentang Eneng. Seorang gadis desa yang belum lama mengenalku, tetapi yakin terhadapku. Berani mempertahankan keinginannya untuk tetap menikah denganku, walaupun harus melawan keputusan bapaknya. Hanya wanita yang benar-benar jatuh cinta yang berani seperti itu. Meyakini rasa yang ada di hati, jika aku memang pilihan yang tepat untuknya."Kamu tidak apa-apa, Wan?" tegur Ustaz Arief, saat kami berjalan bersisian, sementara Umi Hasanah sudah berjalan lebih dulu."Tidak apa-apa, Ustaz," jawabku pelan. Ustaz Arief terus menoleh ke arahku."Wan ... jika takdir

Latest chapter

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 394 Waktu Terbaik

    Dli, Aku mau ijin ke kamar kecil sebentar?" ucap Irma langsung berdiri dari tempat duduknya. "Lurus saja, Ma. Pintu kedua di sebelah kanan, kamar mandi buat tamu," jawab Fadli, wajahnya mengarah ke lorong dalam rumah. "Saya permisi sebentar, Tante." Si nyonya besar hanya mengangguk saja, dan Irma pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Fadli.Sebenarnya, Irma tidak ingin buang air kecil ataupun besar. Dia hanya ingin menghindar sebentar. Ucapan dan pertanyaan dari ibunya Fadli dan Fadlan sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Dirinya merasa direndahkan dan tidak dihargai hanya karena seragam dan pekerjaannya yang sekarang. Irma sangat mencintai pekerjaannya, karena dari hasil kerjanya dia bisa membantu perekonomian keluarganya. Biaya sekolah ketiga adiknya, juga untuk merenovasi rumah. Walaupun tidak sekaya jika dibandingkan dengan Fadli, tetapi Irma adalah wanita yang mandiri. Kekayaan atau harta yang dimiliki pria bukanlah prioritasnya sekarang ini dalam mencari pas

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 393 Seperti Terdakwa

    Irma bisa melihat, jika tatapan Fadli yang berdiri di sampingnya banyak menyimpan kemarahan terhadap saudara kembarnya, Fadlan. Kegeraman terlihat jelas pada wajahnya. Irma sungguh tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak dia inginkan, ditambah lagi ada ibu dari mereka berdua.Irma berucap pelan kepada Fadli, dan tidak ingin Fadlan ikut mendengarkan."Jika kamu sampai berkelahi dengan Fadlan, jangan harap aku akan sudi bertemu denganmu lagi, Dli? ucapnya tegas, lalu tersenyum manis kepada Fadli. Sesaat Fadli diam tertegun, lalu dia mengangguk."Yuk, masuk, Ma," ajaknya lagi kepada Irma, sambil tangan kanannya menuntun Niken sang keponakan. Fadli langsung masuk ke dalam rumah tanpa menegur Fadlan, berpura-pura sibuk berbicara dengan Niken sambil berjalan. Sementara Irma berhenti tepat di depan Fadlan, menegur terlebih dahulu."Bagaimana kabarmu, Fad?" tegur Irma, dan entah kenapa, hatinya mulai merasakan tidak nyaman dengan Fadlan. Mungkin penyebab utamanya karena fitnah yang dia lak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 392 Pernah Menggugat Tuhan

    Siapa yang sudah berbohong terhadap dirinya, Fadli ataukah Fadlan? Siapa pula yang harus dia percaya di antara keduanya? Jika memang Fadlan yang sudah berbohong, apa maksud dan tujuannya? Irma benar-benar dibuat bingung setelah mendengarkan penjelasan versi Fadli. Namun, jika ternyata Fadlan yang sudah berbohong dan sengaja untuk menjelekkan juga memfitnah saudara kembarnya tersebut, betapa Irma akan sangat kecewa terhadapnya. Fadlan bilang jika Fadli sudah berkeluarga dan juga memiliki satu anak perempuan yang seumuran dengan putrinya, namun Fadli bilang jika istri sudah meninggal dunia, bahkan menjelaskannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Istrimu sudah meninggal, Dli?" tanya Irma, dia memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang perbedaan keterangan antara Fadli dan Fadlan. Siapa yang sudah berbohong dan siapa yang sudah berbicara jujur di antara mereka. Fadli mengangguk, membenarkan pertanyaan Irma. "Meninggal bersama dengan anakku di dalam kandungan," jelas Fadli, raut kesedi

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 391 Siapa yang Harus Dipercaya

    Fadli malah terlihat seperti orang bingung, macam tidak paham apa yang sudah diucapkan oleh Irma. "Kamu sebenarnya bicara apa sih, Ma? Beneran, aku nggak paham," jawab Fadli, menatap wajah Irma dalam. Kembali dia lanjut bicara. "Benci? Musuhan? Sama siapa? Aku musuhan dan benci sama Fadlan gitu maksudnya, kamu?" tanyanya ke Irma. "Maaf, jika aku salah dan dianggap kegeeran, tapi menurut Fadlan seperti itu."Fadli menatap Irma dalam, bukan maksudnya untuk tidak mengakui, tapi itu peristiwa sudah beberapa tahun yang lalu, yang bahkan usia mereka waktu itu masih berumur belasan. "Dulu saat kita masih satu sekolah, iya, Korma. Aku memang sempat marah dengan Fadlan, karena aku yang dekat denganmu dari kelas satu, Tiba-tiba saat kelas tiga, dia main serobot aja." Fadli tertawa, ingatannya seperti sedang kembali ke masa lalu. Kembali dia bicara. "Saat dulu itu memang bukan salah kamu, bukan juga salah Fadlan. Aku saja yang dulu tidak punya keberanian untuk bicara langsung terhadapmu. "

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 390 Masa Lalu yang Belum Selesai

    Pria yang ingin bertemu dengannya jelas memang Fadli. Karena, memang hanya Fadli yang dulu memanggilnya dengan sebutan korma. Entah kenapa, badan Irma langsung terasa gemetar."Irma, kenapa bengong saja di dekat pintu, Masuk? itu temui Pak Fadli," teguran dari Pak Benny menyadarkan Irma dari terkesima. Kehadiran saudara kembar dari Fadlan ini jelas di luar perkiraannya. Dari mana Fadli bisa tahu jika Irma bekerja di pabrik ini? Terus, darimana Fadli bisa kenal pemilik perusahaan ini. Sampai-sampai Pak Benny pun sangat respect terhadapnya. "Ba-baik, Pak?" jawab Irma atas teguran atasannya itu, namun sebelum mendekati Fadli, justru Fadli yang langsung berbicara dengan Pak Benny. "Pak Benny, saya ijin mau ajak teman SMA saya ini, Irma, untuk makan siang.""Boleh, Pak, silakan," jawab kepala pabrik itu cepat, langsung memperbolehkan. Perlakuan Pak Benny terhadap Fadli cukup membuat Irma heran, betapa sangat hormatnya atasannya itu kepada Fadli. "Irma, kamu diajak makan siang sama Pak

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 389 Tamu Yang Ingin Bertemu

    [ Assalamu'alaikum, Fad. Aku sudah memutuskan, sebelum urusan dengan istrimu selesai, aku minta, jangan temui aku dulu. Aku harap, kamu bisa memahami dan mengerti dengan keputusan yang sudah kuambil ini.]Selesai mengirimkan pesan, Irma lantas memblokir nomor Fadlan di aplikasi WA miliknya, bahkan memblokirnya juga di kontak teleponnya. Padahal, baru hari ini Irma memiliki nomor handphone mantan cinta pertamanya itu. Meletakkan hapenya di atas meja rias samping tempat tidurnya, lalu membaringkan tubuhnya di dipan tidur miliknya. Kembali teringat peristiwa saat di ropang tadi, betapa hatinya sangat sakit dianggap sebagai penyebab rusaknya rumah tangga seseorang. Pelakor, demi Tuhan Irma bukan seperti itu, dia lebih baik tetap menyendiri seperti ini daripada jadi perusak rumah tangga orang. Dalam perasaan yang resah, rasa kantuk mulai datang menyergap, karena Irma memang tidak terbiasa tidur terlalu telat. ÷÷÷Tiga hari setelah peristiwa penyiraman kopi oleh Agnes, dan akhirnya beru

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 388 Tangisan Seorang Ibu

    "Mengapa sampai saat ini kamu belum juga menikah, Ir. Apakah itu semua karena aku?"Udara malam di pantai ini semakin dingin, ditambah lagi dengan anginnya yang kencang. Irma sampai mensidakepkan kedua tangannya karena hawa dingin tersebut, ditambah terkena basahan cokelat tadi, walaupun dia sudah berganti pakaian. Setelah cukup lama terdiam, Irma mulai menjawab pertanyaan Fadlan. "Aku harus menjawab apa, Fad? Jika aku bilang mungkin memang sudah garis hidupku dari Allah seperti ini, salah tidak?"Sesaat Fadlan terdiam, karena memang apa yang Irma katakan itu benar adanya. "Tidak, Ir, kamu tidak salah. Hidup, mati, dan jodoh memang urusan Allah 'kan?" "Hmm ... hanya satu hal yang bisa aku jawab dengan jujur dan sebenarnya. Dan itu sudah kujawab saat di rumah tadi. Apa aku harus mengulanginya lagi?" tanya Irma lagi. "Jika kamu tidak keberatan?""Kamu adalah kekasih yang pertama, Fad, dan sampai saat ini aku belum pernah berteman dekat lagi dengan pria lain," jawab Irma, ada nada get

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 387 Sudah Berselingkuh

    Part 12Fadlan terdiam, mendengar pertanyaan Irma, tatapannya masih menghadap ke tengah lautan yang terlihat temaram, terkena pantulan cahaya rembulan. Angin laut masih berembus kencang. Terlihat Fadlan menarik nafasnya sejenak, sembari matanya terpejam, lalu dilepaskan perlahan."Agnes sudah berselingkuh," jawabnya singkat.Lalu mengambil kopinya, dan menghirupnya perlahan."Kamu menyaksikan sendiri?" tanya Irma."Maksudnya?" jawab Fadlan"Maksudku, kamu menyaksikan sendiri perselingkuhan tersebut?" tanya Irma lagi."Tidak," jawab Fadlan, masih singkat. Tatapannya lalu beralih ke arah Irma."Aku menemukan chat-chat pribadinya dengan pria lain," jelas Fadlan."Maksud chat pribadi, seperti apa?""Chat-chat mesranya dengan pria lain." Jemarinya mengusap pelan wajahnya."Kamu kenal, siapa pria yang kamu maksud?" Irma masih terus mengejar. Bukannya Irma ingin kepo dengan masalah orang lain, tetapi ... Fadlan sendiri yang sudah berjanji, ingin menceritakan tentang masalah keluarganya."Ya,

  • Suami Miskinku Ternyata Konglomerat   Part 386 Menyimpan Amarah

    Terlihat dari raut wajah dan tatapan matanya, jika wanita yang menganggap Irma sebagai perempuan gatel itu sedang menyimpan amarah, ada dua wanita lagi di belakangnya, sepertinya kawan dari calon mantan istrinya Fadlan.Irma hanya diam termangu, saat perempuan itu melabraknya. Fadlan langsung berdiri."Udah, Nes. Perempuan perusak mah, jambak aja rambutnya," ucap salah satu kawannya."Iya, ga usah takut, apa perlu gue bantuin hajar nih pelakor," tuduh kawannya yang satu lagi kepada Irma. Dua orang kawan-kawannya, malah memanas-manasi calon mantan Fadlan tersebut."Hai ... hai, kerjaan kalian jangan bisanya manas-manasin ya. Hai ... Agnes! Irma tidak ada hubungannya dengan masalah pribadi kita, aku bertemu Irma, baru seminggu ini. Sedangkan masalah di antara kita berdua, sudah berjalan berbulan-bulan. Jadi jika kamu menuduh Irma sebagai orang ke tiga di antara hubungan kita, kamu salah alamat," ucap Fadlan tegas. Irma tetap terdiam, dia bingung, harus bersikap seperti apa."Gue seperti

DMCA.com Protection Status