Setelah lama menimbang-nimbang dalam hatinya, Edward pun memutuskan untuk melepas pakaian tebal bepergian yang Inez kenakan. Syal, mantel Burberry magenta, blazer. Tersisa blouse sutra putih dan celana panjangnya.
"Aahh kenapa kamu di sini?" ucap Inez sembari mengucek-kucek matanya yang lengket karena bekas air matanya.
"Maaf, membuatmu terbangun, Nez. Kurasa pakaian tebalmu membuat tidurmu tak nyaman," jawab Edward yang sebenarnya tidak menjawab pertanyaan Inez.
Inez bangun dari posisinya dan duduk berhadapan dengan Edward. Dia bertanya lagi setelah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan dimana dia berada, "Aku dimana, Mas Edward? Dimana suamiku?"
Mendengar pertanyaan Inez yang kebingungan, Edward pun menghela napas. "Ini di Spires Suites di hotel yang sama dengan sebelumnya kamu menginap. Suamimu di hadapanmu, kenapa masih bertanya, Nez?" ujarnya.
"Jangan bercanda Mas. Suamiku itu Mario, kau tahu sendiri 'kan?" balas Inez deng
Akhirnya, Edward berhasil membujuk Inez menandatangani surat perceraiannya dengan Mario menggunakan barter kemenangan Mario di ajang Mister International.Edward menelepon ketua perhimpunan juri Mister International yaitu Mr. Bernard Angelo Sommerheld. Dia memasang pengeras suara di ponselnya agar Inez dapat mendengar dengan jelas percakapan mereka via telepon.Bagi Inez, pengorbanannya demi kesuksesan Mario adalah langkah terakhir yang dapat dia persembahkan untuk belahan jiwanya itu. Jiwanya seolah terkoyak karena situasi yang dia alami. Melihat situasi yang berkembang saat ini, kecil kemungkinan Inez bertemu lagi dengan Mario dan diapun kuatir tidak akan bisa pulang ke Indonesia dalam waktu dekat.Inez bersyukur telah menikahkan Clara dengan Max, kini ada yang menggantikannya menjaga Clara. Dalam diam dia meneteskan air matanya lagi ketika teringat dengan puteri tunggalnya. 'Ohh ... Clara, maafkan Mama yang tidak sempat berpamitan dan menghilang dari hi
Kedua pria itu sama-sama gelisah menantikan pertemuan mereka bertiga nanti pukul 08.00 AM waktu London di Park restaurant. Mereka hanya mampu tertidur beberapa jam selepas tengah malam.Tanpa Inez sadari, dirinya memeluk tubuh Edward dan menganggap itu Mario. Dia tidur begitu lelap bergelung dalam dekapan pria itu. Edward tersenyum bahagia merasakan tubuhnya menempel begitu erat tanpa halangan pakaian selembarpun.Wanita itu begitu cantik ketika tertidur, begitu tenang dan tampak lembut. Bulu mata lentiknya sesekali bergetar perlahan seiring naik turun napasnya yang halus. Bahkan, menurut Edward, Inez lebih cantik ketika tertidur dibanding ketika sadar karena dia cemberut dan menangis terus ketika bersamanya belakangan ini. Padahal ketika tersenyum, Inez begitu bersinar seperti matahari yang hangat.Edward berharap Inez akan segera melupakan Mario. Dia akan bercinta 3 kali sehari bila perlu, seperti minum obat agar calon istrinya itu bisa jatuh cinta
Mario baru saja selesai memakai baju sehabis mandi ketika pintu kamarnya diketok dari luar. Diapun membukakan pintu kamar hotel itu.Seorang pria bersetelan jas hitam yang Mario ingat termasuk salah satu pengawal Edward berdiri di hadapannya. Dia pun bertanya apa maksud kedatangannya pagi itu ke tempatnya.Ternyata pria itu ingin mengambil koper pakaian Inez. Dia mengatakan permisi dalam bahasa Inggris lalu masuk ke kamar itu dan meminta Mario menyerahkan koper yang dimaksud.Mario tidak menolak karena dia tahu Inez pasti tidak berganti baju sedari kemarin pagi mereka berwisata keliling kota London. Dia merapikan baju Inez ke dalam koper. Mario menyisakan gaun tidur sutra milik Inez yang berwarna dusty pink yang sempat dipakai Inez malam sebelumnya. Aroma tubuh Inez masih melekat di situ.Diapun menyerahkan koper Inez kepada pengawal Edward. Kemudian menutup lagi pintu kamarnya. Hatinya terasa kosong dan pikirannya nyaris linglung. Mario duduk di sofa kam
Seusai proses penandatanganan surat perceraian itu, Mario dikawal oleh John keluar dari Park restaurant.Inez hanya dapat melihat sosok Mario menjauh darinya dengan tatapan penuh kerinduan. Hatinya seperti tercabik-cabik ketika harus menjalani segala situasi baru yang mutlak dipaksakan oleh Edward.Entah pria itu makan apa sampai bisa melakukan banyak hal yang sifatnya pemaksaan seperti seorang diktator? batin Inez dengan kesal. Namun, Edward begitu lembut memperlakukannya dan juga ketika berbicara pada Inez sekalipun Inez sendiri cenderung pedas ketika berbicara dengan pria itu."Inez Sayang, kita sarapan dulu ya. Jangan sampai kamu sakit!" bujuk Edward dengan nada lembut pada Inez yang duduk di pangkuannya. "Ayo dipilih menunya mau apa?" katanya.Perut Inez memang lapar, dia sudah tidak makan lebih dari 12 jam, lebih tepatnya 15 jam. "Mas, apa di sini nggak ada menu nasi sih?" tanya Inez.Edward tertawa geli mendengar pertanyaan Inez. Orang
Pukul 04.00.PM waktu London, Edward selesai mandi dan bersiap-siap untuk mengikuti babak penyisihan awal Mister International. Dia mencukur kumis dan cambang di sekitar bibirnya yang mulai menebal subur di depan kaca wastafel kamar mandi. Sementara Inez mandi di dalam shower box.Inez tidak mau menemani pria itu mandi karena dia selalu teringat Mario setiap kali mandi. Kenangan percintaan bersama Mario di kamar mandi sangat membekas di ingatannya dan itu tentunya menyebabkan kesedihan yang mendalam di hati Inez. Air shower mengalir deras bersama air mata Inez ketika dia mandi sendirian.Sore itu Inez terduduk menangis di lantai shower box dengan air shower dingin menghujaninya. Dia masih merasa bersalah karena bercinta dengan Edward sekalipun itu demi kebaikan Mario. Dia merasa dirinya begitu kotor dan hina.Hampir 15 menit berlalu sejak Inez mandi, Edward mengecek jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Dia belum berpakaian dan masih berlilitkan h
Panitia acara Mister International mengumpulkan para peserta di convention hall Hotel Royal Lancester London untuk melakukan daftar ulang dan mengambil nomor undian urutan tampil. Ada sie make-up artist khusus untuk peserta cara Mister International karena acara ini sangat berkelas dan disiarkan di seluruh dunia melalui stasiun official partner yang membeli hak siar acara itu dari organisasi yang menaungi ajang Mister International.Edward tiba di convention hall tepat waktu. Dia bertemu dengan Anthony dan juga Mario yang sudah tiba terlebih dahulu di sana. Anthony mengambilkan sebuah tempat duduk untuk sahabatnya itu di sampingnya agar tidak berada di barisan belakang. Mereka duduk di baris kedua dari depan bersama Mario juga.Ketua sie acara, Mr. Glenn Aldrich Davidson menyapa mereka dengan mikrofon, "Selamat sore, para peserta Mister International yang saya hormati. Selamat datang dan selamat berkompetisi di petang yang indah ini di London. Silakan mengambil undian
Lampu main hall di Royal Albert Hall diredupkan dan hanya tersisa satu lampu sorot yang menyorot ke grand piano hitam dimana Edward mulai memainkan musiknya. Sebuah Mozart Piano Sonata No.16 in C Mayor K545 dimainkan tak bercela oleh jemari lentik Edward yang menari di atas tuts grand piano.Seisi main hall itu terdiam dan hening seolah mereka hanyut dalam permainan sempurna piano sonata itu. Ketika nada terakhir simfoni itu dibuat, tepuk tangan penonton membahana disertai banyak standing ovation memberi kehormatan pada Edward atas permainan indah pianonya.Inez pun terkesima mendengar permainan piano Edward yang baru saja berakhir dari layar TV hotel. Pemuda tampan itu membuatnya terkagum-kagum dengan talentanya. Namun, itu tidak selesai begitu saja.Edward berdiri memegang microphone sembari berkata dalam bahasa Inggris, "Terima kasih atas sambutan meriahnya, saya sangat menghargai penghargaan hadirin sekalian. Sebuah lagu cinta dari mendiang Whitney Hou
Lewat tengah malam, bus official Mister International baru sampai di depan pintu lobi Hotel Royal Lancester London. Sebagian besar peserta memang menginap di hotel itu dan beberapa menginap di hotel yang berdekatan dengan hotel itu.Ketiga pemuda itu naik lift yang sama untuk naik ke lantai kamar mereka masing-masing. Mario dan Anthony naik ke lantai 10, sedangkan Edward naik ke lantai 17."Duluan ya, Bro," ucap Anthony seraya melambaikan tangannya pada Edward ketika keluar pintu lift.Mario mengangkat 2 jarinya dari pelipisnya memberi kode pada Edward untuk pamit. "Salam untuk Inez, Ed," katanya."Oke," jawab Edward singkat terkesan cuek. Kemudian petugas lift menutup pintu lift dan meneruskan perjalanan ke lantai 17."Good night, Sir!" ucap petugas lift itu pada Edward."Thank you, good night too," balas Edward ramah sembari tersenyum pada petugas lift yang sudah beberapa kali berpapasan dengannya di lift selama beberapa hari terakhir ini.