Hingga tengah malam, Zaki belum juga berhasil memberantas virus ganas yang merusak sistem komputernya. Lelaki itu tidak beranjak dari tempat duduknya, tangannya terus menerus memecahkan kode penghancur virus. Semua orang sudah lelah, mereka bahkan sudah meminum beberapa gelas kopi, sebagian bergantian untuk makan malam, tetapi bos mereka tidak beranjak sekalipun dari tempat duduk. Semua orang merasa segan dan takut untuk mengusik lelaki muda itu, mereka kini baru melihat bagaimana kinerja lelaki itu, seperti tidak mengenal lelah, wajar saja jika masih semuda itu sudah demikian sukses, tidak ada yang mampu menandingi cara kerjanya. Bagi Zaki, dia tidak akan berhenti jika belum menemukan cara atau belum bisa membunuh semua pengganggu itu. Semua orang terperangah melihat keseriusan dan kejeniusan lelaki itu, karena bagi Zaki, dia tidak akan pernah menyerah hingga daya tahan tubuh dan pikirannya lumpuh. Banyak yang akan dipertaruhkan jika perlawanan kali ini gagal, kerja kerasnya selama
Fahmi tidak banyak protes, dia langsung melakukan apa yang disuruh Zaki. Melihat semua itu Zaki jadi teringat mantan istrinya kembali, dulu wanita itu dengan suka rela membersihkan duri-duri ikan yang akan dia makan. Sejak makan ikan tanpa duri itu, Zaki kembali menyukai ikan, sebuah makanan yang sudah dari usianya tujuh tahun tidak pernah dia konsumsi lagi.Zaki segera menyuap ikan panggang yang sudah dibersihkan dirinya itu, rasanya? Enak? Cuma ada yang lain, ini bukan masakan Nadin. Entah kenapa Zaki merasakan ikan panggang ini bukan buatan Nadin, lelaki itu sudah beberapa kali makan masakan ikan bakar buatan mantan istrinya itu, ikan bakar ini enak, tetapi ada yang berbeda, entah apa yang berbeda tetapi dia yakin bukan buatan Nadin."Kok ikan panggang ini rasanya tidak seenak biasanya, ya? Benarkan ini pesan di D'Pathii cafe?" tanya Zaki akhirnya pada para stafnya itu."Oh, memang ini dimasak oleh orang yang berbeda, karena koki yang biasa memasak masakan ini orangnya resign," jaw
Fahmi hanya sebentar di dalam rumah kontrakan yang sempit itu, ketika di keluar dan akan mengunci pintu, ternyata Karina masih menunggu di luar, biar bagaimanapun wanita itu penasaran dengan lelaki yang masuk ke rumah tersebut dan memiliki kuncinya, yang jelas Karina penasaran dengan semua lelaki yang datang mencari janda muda seperti Nadin itu, bahkan wanita itu salut terhadap Nadin, ternyata penggemarnya banyak juga, bakal nyesel Zaki kalau melihat ini. "Mas ... Kenapa Mas punya kunci rumah ini?" tanya Karina tanpa basa-basi. "Eh, Mbak? Masih di sini?" ujar Fahmi dengan sungkan. "Iya, saya penasaran kok Mas ini punya kunci rumah ini? Apa hubungan Mas sama Nadin?" "Nggak ada hubungan apa-apa Mbak, saya hanya temannya Zaki. Zaki menyuruh saya mengambil barangnya di sini. Dia memberi saya kunci serep rumah ini, kalau-kalau Nadin tidak di rumah," jawab Fahmi dengan santai. "Nah, mas Zaki-nya ke mana?" "Dia masih di Bandung," jawab Fahmi asal biar tidak ditanya-tanya lagi "Oh, beg
Setelah sehari istirahat, Zaki kembali ke kantor Z-Teknologi, untuk membenahi lagi usahanya paska penyerangan sistem jaringan komputernya kemarin. Banyaknya komplain dari pengguna dan klien besarnya, membuat semua jajaran management merasa pusing untuk menanggapi. Sebagai provider penyedia jasa pembuat aplikasi memang sangat beresiko terjadi hal seperti ini, dan tim IT sudah meng-upgrade semua aplikasi dan meningkatkan keamanannya. Memang hampir semua aplikasi yang dibuat oleh Z-Teknologi mengalami gangguan kemarin, ada miliyaran data pengguna yang harus diselamatkan. Semua orang dingin pengembang sedang sibuk dan kewalahan sekarang. Zaki yang berhasil menangkal virus komputer itu telah memandang password yang kodenya sangat susah untuk dihancurkan, dia membuat kode "Truck terindah" entah apa yang dipikirkan oleh lelaki itu, tetapi ketika dia menghancurkan virus itu, di kepalanya malah sering muncul bayangan Nadin yang tengah tersenyum dan tertawa di atas mobil truk yang membawanya k
"Maksudmu?" Zaki semakin heran."Ini ... Ini ... Ini gelang saya yang sudah hilang bertahun-tahun lalu, kenapa bisa ada pada Bapak?" Assyifa memasang wajah terkejut sekaligus surprise. Sungguh sebuah akting yang sangat natural. Zaki membeku sesaat, pandangannya beralih pada gelang yang ada di tangan kanannya itu, tangannya sengaja diangkat agar mengamati lebih dekat."Kau ... Kau yakin ini gelangmu?" tanya azaki dengan ragu-ragu."Benar, Pak. Gelang itu pemberian nenek saya, dia memberikan kepada saya, sesaat dia sebelum meninggal. Saya sangat kehilangan gelang itu, saya sudah mencarinya ke mana-mana, setalah saya pasrah, ternyata tidak disangka ada pada Bapak. Kenapa gelang saya ini ada pada Bapak?""Apa buktinya jika gelang ini milikmu?" tanya Zaki masih meragukan perkataan gadis ini. "Coba lihat, biarkan saya memegangnya," Assyifa mengambil gelang itu dan mengamati dengan serius gelang itu."Ini memang gelang saya, hanya saja tali raminya sudah diganti. Dulu punya saya tali rami
Sementara itu, Nadin sudah mulai bekerja. Dia mengendarai motor matic Shintia menuju gedung kantor sekolah tersebut. Sebenarnya yayasan memiliki sekolah dari TK sampai SMA dan memiliki tiga cabang. Lokasi gedung ini adalah gedung induknya. Di lokasi sekolah ini gedung TK satu gedung dengan SD berada di sebelah kanan dengan bangunan terpisah. SD nya terdiri dari satu buah gedung tingkat enam, tiap lantai merupakan jenjang kelas masing-masing. Sedangkan sekolah TK tidak bertingkat tetapi halamannya luas penuh dengan wahana permainan. Sedangkan untuk SMP sekolahnya terpisah gedung bahkan terpisah pagar walaupun masih dalam lokasi yang sama. Gedung SMP ini ada tiga gedung, gedung utama adalah kelas yang dengan gedung bertingkat tiga, gedung kantor dan gedung serbaguna telidiri dari dua lantai di sana ada perpustakaan, ruang kegiatan siswa, ruang seni dan paling bawah adalah kantin. Sedangkan untuk lokasi SMA, memiliki lokasi yang paling luas dan paling megah. Lokasi SMA berdiri di tanah
Setalah lima belas menit, Pak Riswan datang bersama dua orang staf dan asistennya, dia duduk di meja depan yang khusus diperuntukkan untuknya, didampingi oleh staf dan asistennya tersebut. Nadin cukup terkesima, ternyata ekspetasi tentang bosnya ini jauh dari kenyataannya.Ternyata Pak Riswan itu seorang pria dewasa yang cukup mempesona, wajahnya bersih dengan janggut tipis yang dirawat, rahangnya tegas dan tatapan matanya begitu teduh dan menenangkan. Usianya sudah empat puluh tujuh tahun, tetapi ketampanannya tidak kalah dengan anak muda berusia dua puluh lima tahun walaupun rambutnya sudah ditumbuhi uban beberapa helai. Ketika memimpin rapat, intonasi suara di ruangan tersebut tidak ada yang meninggikan suara, walupun memakai mic tetapi nada bicara semua orang begitu halus dan sopan, Pak Riswan pun demikian, menanggapi setiap laporan bawahannya dengan suara yang sopan, dia memanggil setiap bawahannya walaupun itu masih ibu dengan sapaan bapak dan ibu. Begitulah etika orang yang b
"Fahmi, nanti kau Carikan rumah tipe sembilan puluh dan juga mobil untuk Assifa!" perintah Zaki."Untuk Assyifa?""Iya, besok aku akan ke Bandung menyelesaikan urusan di sana.""Ini maksudnya apa? Kenapa kau membelikan rumah sama mobil untuk Assyifa? Aku gak ngerti ini, ada apa, Zak?" Fahmi menatap Zaki dengan pandangan menuntut penjelasan, namun Zaki masih bergeming."Gak mungkin gak ada sebabnya tiba-tiba kau mau membelikan mobil dan rumah untuk sekretarismu. Apa kau punya affair dengannya?""Aish, bukan seperti itu," ujar Zaki dengan malas."Makanya jelaskan! Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba saja ada petir, ini aneh, kan?" Fahmi kembali menggerutu.Huuffh ... Zaki menghela napas dengan berat, tubuhnya bahkan melunglai, dengan malas dia habiskan susu coklat di gelasnya dengan tandas. Fahmi masih saja setia menanti penjelasannya dengan tatapan yang tajam dan menuntut."Aish! Baiklah!" ujar Zaki dengan sebal.Sebenarnya dia tidak ingin mengingat peristiwa yang menyebalkan da
Extra part 2Pagi yang sama, kenapa kebahagiaan rasanya menguap dalam kehidupannya. Paska cerai dengan Chika, dalam waktu dua bulan Adam langsung dijodohkan oleh ibunya dengan wanita dari kampungnya, dulu perempuan itu adalah murid ibunya yang sangat pintar dan cantik. Tetapi pernikahan itu bagai kutukan bagi Adam, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Ayuni, istrinya memang sangat cantik, dia juga berprofesi seorang bidan, sudah pegawai negeri pula. Bertugas di rumah sakit di kota yang sama dengan Adam sekarang, hanya saja kehidupan Adam terasa begitu hambar. Ayuni tidak bisa masak seenak masakan Nadin, wanita itu juga perhitungan dengan uangnya, setiap gaji Adam diperhitungkan dengan seksama tanpa mau uangnya dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Ayuni beranggapan, uang istri hanya untuk untuk istri, sedangkan yang suami sepenuhnya uang istri. Ayuni beralasan jika penghasilannya habis dipakai untuk kebutuhan ibu dan adik-adiknya di kampung, hal itu sebenarnya tidak dimasalahkan ole
Extra partKeesokan harinya Nuraini, Andini, Arif beserta Bik Sumi dan Mang Karta mengantar Fahmi belanja untuk hantaran dan seserahan untuk melamar Nabila.Sedang Nadin dan Zaki dilarang ikut, mereka menghabiskan waktu dengan putri kecil mereka, tak menyia-nyiakan waktu yang telah hilang selama ini.Para orang tua itu begitu semangat mengantar Fahmi belanja, pasalnya bagi mereka berlima, momen menyiapkan pernikahan putra mereka tidak akan terjadi lagi. Zaki dan Nadin sudah menikah tanpa sepengetahuan mereka, jadi mereka tidak bisa menyalurkan hasrat mengental putra dan putri mereka ke pelaminan.Nuraini pernah mengusulkan agar Zaki dan Nadin mengadakan resepsi, tetapi tetap ditolak oleh keduanya, pasalnya pernikahan mereka sudah setahun lebih, mereka mengatakan bahwa resepsi itu sudah terasa basi.Sepulang mereka masih tetap heboh, berbagai barang mereka kemas sendiri, terutama bik Sumi yang memang punya keahlian mengemas hantaran, dia juga punya usaha catering serta tenda dan dekora
Bab 181"Apa? Maksud Papa Arif apa? Apa maksudnya ini?!!" Nadin sedikit berteriak mengatakan semua ini."Nadin, Sayang ... Slowly! Tenang, Sayang ... Tenang, nanti Mas ceritakan sama kamu, Sayang. Tetapi syaratnya kamu harus tenang jangan emosi?" ujar Zaki menenangkan."Jangan nanti! Aku minta sekarang juga kamu ceritakan, Mas."Semua orang terdiam, Zaki juga tidak bisa mengatakan apapun, tiba-tiba tenggorokan nya tercekat, seolah-olah ada yang menyumbatnya."Sebaiknya kita masuk ke rumah dulu. Ayo, Sayang ... Kamu pasti lelah. Kita masuk rumah dulu, ya?" ujar Andini dengan lemah lembut sambil mengusap punggung putrinya."Bik Sumi, tolong buatin mereka minuman segar, ya? Mereka pasti lelah diperjalanan.""Baik, Mbak Andin.""Mbak Nura, mari masuk dulu, Mbak ... Fahmi, ayo ... Ayo, Zak, ajak ibu dan istrimu masuk ke rumah dulu," ujar Andini dengan perkataan yang lembut.Nadin hanya bisa mengikuti ibunya yang sudah mengajak masuk ke rumah. Dengan perlahan dia duduk di sofa ruang keluarga
Bab 180"Wow, apakah Bisa Sumi punya bayi? Ya Allah, Alhamdulillah kalau Bi Sumi akhirnya punya anak setelah dua puluh tahun lebih menikah belum diberi buah hati, aku sangat senang!" ujar Nadin dengan wajah sumringah."Nadin!" Biar Sumi langsung memeluk Nadin setelah berlari menyongsongnya. "Bibi! Apa kabar, Bi?" Seru Nadin dengan suasana mengharukan."Baik, Sayang. Bagaimana keadaanmu? Bibi sangat kuatir mendengar kamu ditembak, Nadin. Bibi ingin menjengukmu ke kota provinsi, tetapi Mamang kamu itu, malah darah tingginya kambuh, dia juga terpaksa dirawat, sampai sekarang masih minum obat dari dokter." "Oh ya? Kasihan Mang Karta! Tapi kelihatannya sudah sehat ya, Bi?" Nadin memperhatikan lelaki paruh baya yang tengah menimang-nimang bayi kecil di kedua tangannya."Bibi ... Itu bay____""NADIN! NADIN! NADIIIN!!" Belum juga Nadin menyelesaikan kalimatnya, dari arah pintu namanya dipanggil dengan suara keras menggelar. Seorang wanita berjilbab maroon senada dengan gamisnya berlari ke
Bab 179Jam empat sore mereka baru sampai di gerbang kabupaten, suasana pegunungan yang sejuk dan dingin sudah terasa menusuk kulit, Nadin langsung mengenakan switer-nya agar tidak kedinginan, Nuraini bahkan memakai jaket berbulu agar lebih hangat, sedangkan Zaki yang memang memakai kaos panjang masih bisa menahan hawa dingin, Fahmi mengecilkan AC mobil agar hawa dingin di dalam mobil berkurang, lelaki ini sudah mengenakan jaket Levis dari rumah, jadi tidak begitu merasakan udara sore yang menggigit. "Ini masih lama?" tanya Nuraini dengan nada penasaran. "Masih satu jam lagi sampai ke kampung Nadin," jawab Zaki. "Alamnya sangat indah, sebaiknya kamu pikirin untuk membuat resort di sini, potensinya sangat bagus, Zak," ujar Nuraini lagi. "Kalau itu nanti bicarakan dengan om Arif, aku mau fokus mengembangkan Z-Teknologi saja," jawab Zaki dengan malas-malasan. "Itu tenang saja, Bu. Nanti pembangunan resort-nya memakai jasa Adiguna konstruksi saja, langsung saya ACC nanti," jawab Fahm
Bab 178Berita penangkapan dan penggrebekan tempat judi ilegal dan aplikasi judi online diberitakan secara nasional. Pemiliknya ternyata orang yang sama, Mustofa Kemal. Seorang pria tua berusia enam puluh tujuh tahun. Polisi bergerak cepat setelah Riswan membuat laporan. Bukan main-main, koneksi Riswan ternyata seorang jenderal kepolisian bintang tiga di Humas mabes polri. Jenderal tersebut memiliki hutang Budi yang cukup besar pada Riswan, baru kali ini Riswan meminta tolong padanya, jadi bagaimana mungkin dia tidak melakukannya dengan tuntas. Bahkan antek-antek Mustofa juga ikut ditangkap,. Salah satunya orang kepolisian juga yang menjadi pelindungnya selama ini. Tak lupa juga Respatih dan Farhan ikut juga ditahan. Tidak main-main ancaman hukuman berlapis akan dikenakan, karena mereka juga terlibat human trafficking dan prostitusi.Zaki yang mendengar berita itu dari siaran langsung di layar televisi di kantornya tersenyum lega. Biarlah dia tidak bisa memenjarakan mereka atas kas
Bab 177Situasinya memang tidak terduga. Riswan rupanya gerak cepat untuk membuat pergerakan Mustofa terhenti. Menurut sumber informasi, Mustofa memiliki jaringan mafia yang cukup ganas, bisa membunuh tanpa tersentuh oleh hukum dan Riswan yakin, dalang pembunuhan Rafiq adalah kakak kandungnya sendiri yaitu Mustofa. Dengan persetujuan Nuraini, maka biro travel milik wanita itu juga segera diambil alih oleh Riswan. Semua pegawai bahkan di-rolling, sehingga menejemen berubah besar-besaran, Ahmad segera ditunjuk Riswan untuk menjadi direktur utama, sedangkan Willi di tempatkan di daerah Indonesia timur. Mustofa yang mengetahui hal tersebut sangat marah, dia tidak menyangka jika Nuraini menjual perusahaannya dan pindah ke provinsi selatan bersama putranya. "Bukankah usaha mereka itu berkembang pesat? Kenapa mereka jual," keluh Mustofa. "Menurut informasi yang saya dapatkan, usaha itu dulu sempat bangkrut, dan mereka mendapat suntikan dana yang tidak sedikit untuk bangkit lagi, mer
Bab 176Sudah dua Minggu Riswan dan Ahmad mencari bukti dan cara menjerat Mustofa, tetapi bukti dan saksi tidak bisa dihadirkan. Bahkan Faisal yang sudah dijebloskan ke dalam penjara saja hanya mengakui bahwa dia adalah dalang perampokan rumah Zaki, motifnya iri karena Zaki lebih sukses. Dia tidak satu katapun melibatkan ayahnya dan juga saudara-saudaranya. Zaki yang merasa lelah menghadapi semuanya, hanya menyerahkan semuanya pada pengacaranya dan tim investigasi dari kepolisian yang dipimpin oleh komandan Rusdi. Zaki hanya fokus menemani istrinya yang terguncang, semua diurus oleh Fahmi. Fahmi yang bekerja keras di sini, sementara perkerjaan kantor diurus oleh Riko. Zaki menyerahkan sepenuhnya pada Riko sebagai ketua tim pengembang yang baru, sementara Pak Hadi menempati jabatan general manajer, sedang pak Anwar masih di posisi manajer HRD.Pagi itu Riswan dan Ahmad berkunjung ke rumah Zaki, sudah dua Minggu Riswan tidak bertemu Nuraini, rasanya sangat rindu sekali. Wanita itu jug
Bab 175Hari ini Nadin kembali ke kediaman Zaki, sudah sebulan dia dirawat di rumah sakit dan sekarang sudah dinyatakan sembuh. Nuraini, Shintia dan Nabila ikut menjemputnya, tak lupa Fahmi dan Zaki juga ikut menjemput, sedang Riswan yang masih di luar kota hanya bisa menelponnya saja. "Jadi kapan lelaki itu mau menikahi Mama?" tanya Zaki dengan penasaran, pasalnya ibunya itu sudah bicara dengan begitu mesra di telpon, membuat anak lelakinya itu merasa jengah."Insyaallah nanti, kalau persoalan kita sudah selesai.""Kalau selesainya setahun lagi, dua tahun lagi, atau gak selesai-selesai gimana? Mama dan om Riswan gak bilah-bilah, gitu? Dosa, Ma. Terlalu lama menjalin hubungan gak jelas begitu." Zaki mencebikan bibirnya ke arah ibunya, harusnya sebagai orang tua mereka itu lebih tau mana itu dosa mana itu pahala. "Jadi Mama harus bagaimana?" tanya Nuraini dengan sangsi, dia sebenarnya masih belum yakin menikah dengan lelaki itu.Hingga suatu hari Riswan pernah menanyakan kenapa dia b