Share

Bab 6

Author: Nainamira
last update Last Updated: 2023-05-05 17:18:41

"Hei, jadi ini kendaraanmu? Apa ini masih bisa jalan?"

Di parkiran itu, motor Zaki paling jadul dan paling jelek, sebuah motor merk Legenda yang sudah begitu tua, mungkin usia motor itu lebih tua dari usianya.

Lelaki itu mengeluarkan motornya dari parkiran, mengengkol dengan kaki kanannya berulang-ulang, tetapi mesin motor itu belum menyala juga. Lelaki itu turun dari motornya dan memeriksa busi motor, mencabut dan mengelap pakai baju kemejanya, memasangnya kembali. Sekali engkol motor itu menyala dengan suara yang sangat nyaring k inihas motor butut.

"Ayo, naik!" ujar lelaki itu dengan gerakan kepalanya.

Nadin ragu-ragu duduk di boncengan, dia memegang pegagang besi yang ada di belakangnya dengan kuat, motor itu hanya suaranya yang nyaring, lajunya sangat lambat. Mungkin jika Nadin berlari dapat menyalip motor tersebut, Nadin tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa mengelus dada, melapangkan hati, biarlah hidup lelaki ini miskin, semoga hatinya tidak miskin.

Nadin jadi teringat pada Adam, dulu lelaki itu sering menjemputnya dari kost ke kampus, motor MX king yang dikendarainya sungguh sangat nyaman, suaranya yang halus dan kecepatannya yang gesit, membuat gadis itu selalu berpegangan pada pinggang Adam. Tetapi, ah sudahlah ... Sehebat-hebatnya Adam tetap saja lelaki itu pengkhianat. Seandainya Adam mengajak menikah Nadin sekarangpun, Nadin pasti mau menerima lelaki itu walau belum tamat kuliah, tetapi lelaki itu justru memilih Chika dan bekhianat di belakangnya. 

Nadin menghela napas berat, biarpun Zaki miskin, lelaki itu lebih gantleman dibanding Adam, lelaki itu langsung mengajaknya menikah, walaupun nikah kontrak demi simbiosis mutualisme. Nadin sebenarnya tidak mau mempermainkan pernikahan seperti ini, seandainya Zaki mengajaknya menikah betulan dia dengan ikhlas mau, tetapi karena lelaki itu keukeuh ingin nikah kontrak, tentu saja demi harga diri dan gengsi gadis itu tidak mau meminta lelaki itu untuk serius dengannya.

Sampai juga mereka di rumah yang akan mereka kontrak, Zaki segera mematikan motornya yang sudah membuat bising komplek tersebut, seseibu bahkan melongokkan kepalanya melihat ke arah mereka dengan wajah sangar walaupun tidak menegur mereka karena suara motor tersebut.

"Aku telpon dulu yang punya rumah, kita bayarin sekarang saja, kamu bawa duitnya, kan?" tanya Zaki 

"Iya, aku bawa. Kalau gitu aku bersih-bersih rumah dulu."

Nadin memasuki rumah yang memang tidak dikunci. Rumah itu sudah seperti kandang kambing yang sama sekali berantakan dan tidak terawat, namun gadis itu hanya tertegun karena tidak ada satupun alat untuk bersih-bersih. Nadin bermaksud untuk pergi ke rumah tetangga untuk meminjam alat-alat pembersih, minimal sapu-lah.

"Mau ke mana?" tanya Zaki yang sudah selesai menelpon. 

"Mau pinjam sapu sama tetangga," jawab Nadin.

"Gak usah, nanti Pak Salim sebentar lagi ke sini, dia sudah kuminta membawa alat-alat kebersihan."

"Oh?"

Nadin mengurungkan niatnya pergi ke rumah tetangga, baguslah kalau dia memikirkan itu semua, ujarnya dalam hati, bibirnya mengulas senyum tipis.

"Mana uangmu? Biar nanti kubayarkan langsung sama Pak Salim, kau sokongan lima ratus saja," ujar Zaki 

"Kok cuma lima ratus? Harga rumahnya kan sejuta setengah, berarti kita tujuh ratus lima puluh ribuan seorangnya."

"Biarlah aku bayar sejuta, kamu cukup lima ratus saja, sisa uangnya bisa kamu pakai untuk keperluan yang lain," jawab Zaki.

"Terus, biaya kita nikah nanti pakai uang siapa?" tanya Nadin lagi 

"Biaya nikahnya seratus lima puluh ribu, dapat subsidi dari kelurahan kalau nikahnya di KUA. Nanti kamu mau mahar apa?"

"Mahar apa? Apa sajalah yang tidak memberatkan kamu," jawab Nadin. 

"Seperangkat alat salat?" 

"Bukankah itu mahal, paling murah harganya bisa mencapai seratus lima puluh ribu, mukenah sama sajadah. Duit saja, lima puluh ribu atau sepuluh ribu juga gak apa-apa."

"Sepuluh ribu dapat apa?"

"Ya gak dapat apa-apa, duit itu mau aku bingkai, dimasukkan kotak untuk kenang-kenangan."

"Oh?"

Speechless, Zaki hanya mematung memandang calon istrinya, benar-benar wanita yang mempermudah mahar, sesaat ada yang bersedir di dada lelaki itu, diamatinya gadis berjilbab hitam yang kini tengah membuka tas dan mengeluarkan lembaran merah dari dompetnya. 

Kenapa mendengar ucapan Nadin, perasaan Zaki menjadi begitu damai, seandainya ini pernikahan betulan, tidak akan tega lelaki itu  memberinya mahar sepuluh ribu, namun semua terpaksa dia lakukan.

"Ini uangnya, lima ratus ribu kan? Cepat bayarin!"

"Oh iya, kita tunggu Pak Salim dulu."

Tidak sampai tujuh menit Pak Salim pemilik kontrakan datang, lelaki itu membawa sapu rumah, sapu lidi san sebuah sabit yang diikat di lekukan motor bebeknya. Wajah lelaki paruh baya itu tersenyum sumringah ketika melihat Zaki yang menyambutnya di depan pintu.

"Mas Zaki, jadi serius ya, kalau mas Zaki mau ngontrak rumah saya?" tanya Pak Salim sambil turun dari motor bebeknya.

"Ya serius dong, Pak."

"Loh? Ada mbak Nadin juga? Kenapa bisa barengan? Ada apa ini, hayo?" Pak Salim terkejut ketika melihat Nadin keluar dari rumahnya, wajah lelaki paruh baya itu bahkan sampai melongo.

"Nadin dan saya akan menikah, Pak!"

"Menikah? Wow? Kalian menikah bukan karena saran dari saya tempo hari, kan?"

"Bisa juga karena itu, tetapi mungkin karena sudah jodoh, Pak," ujar Zaki yang langsung menyambut alat-alat yang ada di tangan lelaki paruh baya itu.

Nadin tidak bisa berkata-kata, dia hanya tersenyum menanggapi perkataan Pak Salim dan calon suaminya itu, dia mau ngomong apa? Masak ngomong sejujurnya kalau mereka nikah kontrak demi kontrakan, kan gak lucu.

"Kapan kalian akan menikah?"

"Seminggu lagi, Pak. Kami akan menikah di KUA," jawab Zaki 

"Berarti kalian akan menempati rumah saya seminggu lagi, ya?'

"Nggak, Pak. Hari ini saya akan langsung pindah ke sini, sesudah kami menikah baru Mas Zaki pindah ke sini." Kali ini Nadin bersuara, membuat Pak Salim mengangguk-anggukan kepala.

"Oh ya, Pak. Mohon diterima uang kontrakan ini, semua sejuta setengah, kan?" ujar Zaki sambil mengulurkan sejumlah uang pada Pak Salim.

"Oh, saya terima ya, Mas Zaki. Semoga pernikahan Mas Zaki dan Mbak Nadin langgeng, sampai kakek nenek."

"Amiiin," jawab Zaki sambil menjabat tangan lelaki paruh baya itu.

Nadin hanya diam menatap mereka, dia sendiri heran pada Zaki, doa seperti itu kok diaminkan, sudah jelas-jelas pernikahan mereka paling lama hanya berjalan satu tahun.

"Kalau gitu saya pergi dulu, ya? Masih ada kerjaan di rumah," ujar Pak Salim.

"Oh baik, Pak. Ini peralatan kebersihannya bagaimana? Saya pinjam dulu ya, Pak?" tanya Zaki dengan nada tidak enak 

"Gak usah, saya kasihkan untuk kalian berdua, anggap saja bonus, ya hitung-hitung hadiah pernikahan untuk kalian, itu sapu lidi sama sapu lantainya baru saya beli."

"Oh, terima kasih kalau begitu, Pak," ujar Nadin dengan antusias.

Setelah Pak Salim pergi, Nadin langsung menyapu seluruh rumahnya, debunya yang begitu banyak membuatnya melilitkan bagian depan jilbab ke wajahnya sebagai masker, bukan hanya lantai, dindingnya juga berdebu tebal.

"Kamu bagian membersihkan dalam rumah, aku bagian luarnya, ya?" ujar Zaki.

Nadin tidak menjawab, karena lelaki itu langsung ke halaman menerbas rumput dan semak yang mengelilingi rumah itu, tanaman perdu yang cukup tinggi membuat rumah tak berpenghuni ini rawan dihuni oleh binatang melata seperti ular.

Gadis itu hanya tersenyum, rasanya memang begitu ringan jika kerja dikerjakan sama-sama, apakah ini yang disebut rumah tangga? Memiliki seorang pria yang membantu pekerjaannya tidaklah buruk, justru perasaan Nadin begitu hangat, semoga rumah ini menjadi rumah yang sesungguhnya bagi mereka berdua, harapan gadis itu

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif 82
keren kak ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 7

    Selesai membersihkan rumput dan semak belukar di halaman rumah depan, belakang dan samping, Zaki memasang tali dan timba di sumur yang terletak di bagian depan, rumah ini tidak memasang air PDAM namun ada sumur yang airnya cukup banyak, namun juga cukup dalam. Lelaki itu menimba air dan mengisinya ke dalam sebuah ember yang didapati di dalam rumah. "Ini airnya, coba di pel rumahnya, disiramkan saja airnya lalu disapu, setelah itu baru dilap pakai kain pel," ujar lelaki itu."Baik," jawab Nadin langsung menyiramkan air tersebut dari ruang kamar.Kemudian Nadin menggosok setiap lantai memakai sapu lantai dan menyapu airnya, sementara Zaki terus menimba air dan menyiramkan air di setiap lantai. Ketika dirasa semua lantai sudah basah terkena genangan air, lelaki itu membersihkan kamar mandi dan mengisi bak dengan air.Hingga siang hari pekerjaan mereka baru selesai, rumah sudah bersih dan siap untuk dihuni, Zaki meminta Nadin menunggu sebentar, sementara dia pergi keluar dengan motornya.

    Last Updated : 2023-05-06
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 8

    Nadin sudah mengangkut semua barangnya di rumah barunya, barang yang hanya tiga kardus itu dia letakkan di kamar belakang, biarlah kamar depan dipakai oleh Zaki. Zaki yang semula akan mengantarnya menjemput barang-barangnya tidak jadi karena dia tiba-tiba ditelpon oleh Fahmi agar segera ke kantor.Nadin yang tidak tahu menahu dengan urusan Zaki hanya membiarkan lelaki itu pergi setelah mengantar ke kost, Nadin membawa barang-barang itu dengan bantuan ojek. Setelah masuk ke kamarnya dia juga bingun barang-barang ituau disusun di mana, dia tidak memilik lemari ataupun rak, dia juga tidak memiliki alas untuk tempat tidurnya. Dengan tergesa, hari sudah jam empat sore, Nadin keluar dengan jalan kaki, sepertinya di jalan utama yang berjarak tiga ratus meter ada toko kelontong yang menyediakan barang-barang yang dia butuhkan.Benar saja, di toko itu dia bisa membeli tikar plastik dan sebuah bantal dan menghabiskan uang tujuh puluh ribu rupiah, uangnya kini tinggal tersisa seratus delapan pu

    Last Updated : 2023-05-06
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 9

    "Siapa yang peduli?""Lah itu, kamu membeli semua barang itu untuk gadis itu, kan?""Sembarangan, tentu saja untukku sendiri, siapa yang akan betah tinggal di rumah sejelek itu tanpa fasilitas apapun. Walau sederhana, setidaknya aku harus tinggal di rumah yang layak huni, dengan barang-barang yang masih bisa dipakai."Fahmi hanya menghela napas mendengar alasan lelaki di hadapannya ini, setelah berkunjung ke rumah Nadin tadi siang, lelaki ini dengan arogan menyuruhnya mencari barang-barang kebutuhan rumah tangga bekas yang layak pakai dan harus dibeli dalam waktu dua jam, tentu saja Fahmi yang belum faham daerah ini kelimpungan mencari di setiap sudut pasar, memantengi market place di facebook hingga dia menemukan toko barang-barang bekas tersebut dan meminta pemilik toko mengantarkan ke alamat dan langsung memasangnya."Jadi barang apa yang belum bisa kau dapatkan?" tanya Zaki lagi."Kipas angin dan sofa, di toko itu tidak ada barangnya.""Aish, kenapa pakai kipas angin, ada nggak AC

    Last Updated : 2023-05-06
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 10

    "Ayah, aku akan menikah. Jadi tolong kewajiban terakhir Anda harus ditunaikan, sebagai wali nikahku. Aku tidak masalah menikah dengan wali hakim, tetapi di sini aku masih memikirkan harga diri dan martabatmu sebagai seorang ayah. Aku tidak ingin Ayah dicap sebagai ayah yang tidak bertanggung jawab, jika ibu pulang, bagaimana rendahnya Ayah dipandangan wanita itu," jawab Nadin dengan nada tegas."Jadi kau mau menikah, Nadin? Menikah sama siapa? Kapan?" ujar Suhendri terkejut sehingga nada suaranya meninggi."Besok jam dua siang aku akan melaksanakan akad nikah di kantor KUA, jika ayah mau menjadi wali segeralah datang, jika tidak bersedia biar hakim saja yang mewakili.""Kau?" Suhendri berhenti sejenak menahan gejolak amarah di dadanya "Kapan kau mengurus surat menyurat di kelurahan? Bukankah nikah di KUA itu berarti nikah resmi?" "Aku sudah mengurusnya di sini, KTP ku sudah pindah domisili, jadi aku warga sini sekarang," jawab Nadin dengan berbohong, biarlah, dia tidak mau menambah

    Last Updated : 2023-05-08
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 11

    Akhirnya pagi Jumat itu Karina dan beberapa tetangga sibuk memasak di rumah Karina, Nadin menelpon Zaki tentang obrolannya dengan Karina dan lelaki itu meminta Karina tidak perlu meminta sumbangan RT, dia memberi Karina uang dua juta untuk memasak dan mengundang tetangga sekitar untuk syukuran. Nadin merasa heran darimana lelaki itu mendapatkan uang, dia dengan mudah mengeluarkan uang untuk acara pernikahan ini, tetapi kenapa tidak mampu bayar kontrakan yang hanya sejuta setengah. Namun Nadin tidak memiliki kesempatan untuk menanyakan semua itu, barangkali setelah selesai acara pernikahan ini, ada kesempatan setelah satu rumah untuk berbincang dan membahas semua itu. Pagi harinya Nadin datang ke rumah Karina untuk bantu-bantu, namun ibu-ibu di sana melarangnya, mereka sungguh pengertian, bahkan mereka menyarankan agar Nadin istirahat untuk menyambut acara tersebut. "Mbak Nadin pulang saja, istirahat di rumah, biar nanti kalau saat ijab qobul terlihat fresh." "Betul, Mbak. Supaya n

    Last Updated : 2023-05-10
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 12

    "Loh, kenapa ini memasang tenda segala?" tanya Zaki yang baru ngeh terhadap alam sekitarnya."Nanti tamunya cukup banyak, jadi kalau ditampung di dalam rumah gak cukup," jawab Nadin."Terus kamu dapat uang darimana nyewa tenda ini?""Aku yang menyewakan, itung-itung untuk kado pernikahan kalian," jawab Shintia.Zaki tidak bisa berkata-kata lagi, sebenarnya dia termasuk orang yang gengsinya selangit, pantang menerima bantuan dari orang secara cuma-cuma, namun kali ini dia menekan egonya, sungguh sulit rasanya, hingga kulit wajahnya yang berwarna madu itu memerah menahan malu."Ayo, masuk mobil!" Akhirnya dia bisa mengendalikan dirinya dengan susah payah. Lelaki itu berjalan duluan dengan elegan, tubuhnya yang tinggi, dengan pakaian ngepas seperti itu terlihat jelas lekuk tubuhnya, bahunya yang lebar dengan pinggang yang langsing, kaki panjangnya berjalan seperti seorang model terlihat dari belakang."Dari mana sih, kamu Nemu makhluk indah seperti itu, Din?" bisik Asyifa."Makhluk inda

    Last Updated : 2023-05-10
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 13

    Belum selesai Nadin memikirkan keluarganya, sebuah mobil Innova putih yang juga masih berplat putih, berhenti tepat di depan teras kantor di mana mereka masih berdiri menunggu panggilan panitia pernikahan. Suhendri menjadi orang yang turun duluan dari mobil tersebut. Setelah Suhendri turun dari bangku depan, menyusul di belakangnya Mala, Chika dan Kayla. Nadin sempat shock melihat Mala, Chika dan Kayla berdandan dengan pakaian kebaya ketat, dengan bahan mewah dan dandanan heboh melebihi pengantinnya, rambut mereka disanggul dengan sanggul masa kini sepertinya mereka ke salon dulu sebelum datang ke kantor KUA ini, dandanan mereka seperti mau kondangan ke hotel bintang lima, sementara Suhendri memakai batik mewah, dengan celana bahan berwarna hitam dan sepatu pantofel. "Eh ... Eh ... Eh ..., Siapa ini? Kok ada orang desa yang sudah sampai sini?" ujar Mala dengan heboh menatap pasangan Mang Karta dan Bi Sumi yang berpenampilan sederhana. "Kamu kok ke sini juga, Karta?" tanya Suhendr

    Last Updated : 2023-05-10
  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 14

    Tepat jam 2 siang, ijab qobul dilaksanakan di ruangan khusus yang sudah disediakan oleh pihak KUA, sebuah ruangan yang sudah didekorasi dengan indah seperti dekorasi pengantin pada umumnya. Lantainya dipasang ambal permadani kualitas bagus, dindingnya dipasang kain dekorasi dengan warna perpaduan ungu putih dan hijau, dengan hiasan bunga-bunga cantik. Di lantai di sediakan meja kecil berbentuk segiempat dengan tepak meja warna putih berenda. "Silahkan mempelai pria duduk di sini, mempelai wanitanya boleh mendampingi boleh tidak, senyamannya saja," ujar petugas KUA tersebut."Siapa wali nikah dari pihak wanita?" tanyanya lagi."Saya, Ayahnya.""Silahkan duduk di sini, Pak. Sebentar lagi Pak penghulu akan ke mari."Semua orang memasuki ruangan, mereka harus menanggalkan alas kaki dan duduk di lantai dengan khidmat. Nadin duduk di depan didampingi oleh Shintia dan Assyifa, dia bersyukur Assyifa datang ke pernikahannya ini, sehingga tidak perlu didampingi Mala, Chika atau Kayla.Mala, Ch

    Last Updated : 2023-05-11

Latest chapter

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Ekstra part 2

    Extra part 2Pagi yang sama, kenapa kebahagiaan rasanya menguap dalam kehidupannya. Paska cerai dengan Chika, dalam waktu dua bulan Adam langsung dijodohkan oleh ibunya dengan wanita dari kampungnya, dulu perempuan itu adalah murid ibunya yang sangat pintar dan cantik. Tetapi pernikahan itu bagai kutukan bagi Adam, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Ayuni, istrinya memang sangat cantik, dia juga berprofesi seorang bidan, sudah pegawai negeri pula. Bertugas di rumah sakit di kota yang sama dengan Adam sekarang, hanya saja kehidupan Adam terasa begitu hambar. Ayuni tidak bisa masak seenak masakan Nadin, wanita itu juga perhitungan dengan uangnya, setiap gaji Adam diperhitungkan dengan seksama tanpa mau uangnya dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Ayuni beranggapan, uang istri hanya untuk untuk istri, sedangkan yang suami sepenuhnya uang istri. Ayuni beralasan jika penghasilannya habis dipakai untuk kebutuhan ibu dan adik-adiknya di kampung, hal itu sebenarnya tidak dimasalahkan ole

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Ektra part 1

    Extra partKeesokan harinya Nuraini, Andini, Arif beserta Bik Sumi dan Mang Karta mengantar Fahmi belanja untuk hantaran dan seserahan untuk melamar Nabila.Sedang Nadin dan Zaki dilarang ikut, mereka menghabiskan waktu dengan putri kecil mereka, tak menyia-nyiakan waktu yang telah hilang selama ini.Para orang tua itu begitu semangat mengantar Fahmi belanja, pasalnya bagi mereka berlima, momen menyiapkan pernikahan putra mereka tidak akan terjadi lagi. Zaki dan Nadin sudah menikah tanpa sepengetahuan mereka, jadi mereka tidak bisa menyalurkan hasrat mengental putra dan putri mereka ke pelaminan.Nuraini pernah mengusulkan agar Zaki dan Nadin mengadakan resepsi, tetapi tetap ditolak oleh keduanya, pasalnya pernikahan mereka sudah setahun lebih, mereka mengatakan bahwa resepsi itu sudah terasa basi.Sepulang mereka masih tetap heboh, berbagai barang mereka kemas sendiri, terutama bik Sumi yang memang punya keahlian mengemas hantaran, dia juga punya usaha catering serta tenda dan dekora

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 181

    Bab 181"Apa? Maksud Papa Arif apa? Apa maksudnya ini?!!" Nadin sedikit berteriak mengatakan semua ini."Nadin, Sayang ... Slowly! Tenang, Sayang ... Tenang, nanti Mas ceritakan sama kamu, Sayang. Tetapi syaratnya kamu harus tenang jangan emosi?" ujar Zaki menenangkan."Jangan nanti! Aku minta sekarang juga kamu ceritakan, Mas."Semua orang terdiam, Zaki juga tidak bisa mengatakan apapun, tiba-tiba tenggorokan nya tercekat, seolah-olah ada yang menyumbatnya."Sebaiknya kita masuk ke rumah dulu. Ayo, Sayang ... Kamu pasti lelah. Kita masuk rumah dulu, ya?" ujar Andini dengan lemah lembut sambil mengusap punggung putrinya."Bik Sumi, tolong buatin mereka minuman segar, ya? Mereka pasti lelah diperjalanan.""Baik, Mbak Andin.""Mbak Nura, mari masuk dulu, Mbak ... Fahmi, ayo ... Ayo, Zak, ajak ibu dan istrimu masuk ke rumah dulu," ujar Andini dengan perkataan yang lembut.Nadin hanya bisa mengikuti ibunya yang sudah mengajak masuk ke rumah. Dengan perlahan dia duduk di sofa ruang keluarga

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 180

    Bab 180"Wow, apakah Bisa Sumi punya bayi? Ya Allah, Alhamdulillah kalau Bi Sumi akhirnya punya anak setelah dua puluh tahun lebih menikah belum diberi buah hati, aku sangat senang!" ujar Nadin dengan wajah sumringah."Nadin!" Biar Sumi langsung memeluk Nadin setelah berlari menyongsongnya. "Bibi! Apa kabar, Bi?" Seru Nadin dengan suasana mengharukan."Baik, Sayang. Bagaimana keadaanmu? Bibi sangat kuatir mendengar kamu ditembak, Nadin. Bibi ingin menjengukmu ke kota provinsi, tetapi Mamang kamu itu, malah darah tingginya kambuh, dia juga terpaksa dirawat, sampai sekarang masih minum obat dari dokter." "Oh ya? Kasihan Mang Karta! Tapi kelihatannya sudah sehat ya, Bi?" Nadin memperhatikan lelaki paruh baya yang tengah menimang-nimang bayi kecil di kedua tangannya."Bibi ... Itu bay____""NADIN! NADIN! NADIIIN!!" Belum juga Nadin menyelesaikan kalimatnya, dari arah pintu namanya dipanggil dengan suara keras menggelar. Seorang wanita berjilbab maroon senada dengan gamisnya berlari ke

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 179

    Bab 179Jam empat sore mereka baru sampai di gerbang kabupaten, suasana pegunungan yang sejuk dan dingin sudah terasa menusuk kulit, Nadin langsung mengenakan switer-nya agar tidak kedinginan, Nuraini bahkan memakai jaket berbulu agar lebih hangat, sedangkan Zaki yang memang memakai kaos panjang masih bisa menahan hawa dingin, Fahmi mengecilkan AC mobil agar hawa dingin di dalam mobil berkurang, lelaki ini sudah mengenakan jaket Levis dari rumah, jadi tidak begitu merasakan udara sore yang menggigit. "Ini masih lama?" tanya Nuraini dengan nada penasaran. "Masih satu jam lagi sampai ke kampung Nadin," jawab Zaki. "Alamnya sangat indah, sebaiknya kamu pikirin untuk membuat resort di sini, potensinya sangat bagus, Zak," ujar Nuraini lagi. "Kalau itu nanti bicarakan dengan om Arif, aku mau fokus mengembangkan Z-Teknologi saja," jawab Zaki dengan malas-malasan. "Itu tenang saja, Bu. Nanti pembangunan resort-nya memakai jasa Adiguna konstruksi saja, langsung saya ACC nanti," jawab Fahm

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 178

    Bab 178Berita penangkapan dan penggrebekan tempat judi ilegal dan aplikasi judi online diberitakan secara nasional. Pemiliknya ternyata orang yang sama, Mustofa Kemal. Seorang pria tua berusia enam puluh tujuh tahun. Polisi bergerak cepat setelah Riswan membuat laporan. Bukan main-main, koneksi Riswan ternyata seorang jenderal kepolisian bintang tiga di Humas mabes polri. Jenderal tersebut memiliki hutang Budi yang cukup besar pada Riswan, baru kali ini Riswan meminta tolong padanya, jadi bagaimana mungkin dia tidak melakukannya dengan tuntas. Bahkan antek-antek Mustofa juga ikut ditangkap,. Salah satunya orang kepolisian juga yang menjadi pelindungnya selama ini. Tak lupa juga Respatih dan Farhan ikut juga ditahan. Tidak main-main ancaman hukuman berlapis akan dikenakan, karena mereka juga terlibat human trafficking dan prostitusi.Zaki yang mendengar berita itu dari siaran langsung di layar televisi di kantornya tersenyum lega. Biarlah dia tidak bisa memenjarakan mereka atas kas

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 177

    Bab 177Situasinya memang tidak terduga. Riswan rupanya gerak cepat untuk membuat pergerakan Mustofa terhenti. Menurut sumber informasi, Mustofa memiliki jaringan mafia yang cukup ganas, bisa membunuh tanpa tersentuh oleh hukum dan Riswan yakin, dalang pembunuhan Rafiq adalah kakak kandungnya sendiri yaitu Mustofa. Dengan persetujuan Nuraini, maka biro travel milik wanita itu juga segera diambil alih oleh Riswan. Semua pegawai bahkan di-rolling, sehingga menejemen berubah besar-besaran, Ahmad segera ditunjuk Riswan untuk menjadi direktur utama, sedangkan Willi di tempatkan di daerah Indonesia timur. Mustofa yang mengetahui hal tersebut sangat marah, dia tidak menyangka jika Nuraini menjual perusahaannya dan pindah ke provinsi selatan bersama putranya. "Bukankah usaha mereka itu berkembang pesat? Kenapa mereka jual," keluh Mustofa. "Menurut informasi yang saya dapatkan, usaha itu dulu sempat bangkrut, dan mereka mendapat suntikan dana yang tidak sedikit untuk bangkit lagi, mer

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 176

    Bab 176Sudah dua Minggu Riswan dan Ahmad mencari bukti dan cara menjerat Mustofa, tetapi bukti dan saksi tidak bisa dihadirkan. Bahkan Faisal yang sudah dijebloskan ke dalam penjara saja hanya mengakui bahwa dia adalah dalang perampokan rumah Zaki, motifnya iri karena Zaki lebih sukses. Dia tidak satu katapun melibatkan ayahnya dan juga saudara-saudaranya. Zaki yang merasa lelah menghadapi semuanya, hanya menyerahkan semuanya pada pengacaranya dan tim investigasi dari kepolisian yang dipimpin oleh komandan Rusdi. Zaki hanya fokus menemani istrinya yang terguncang, semua diurus oleh Fahmi. Fahmi yang bekerja keras di sini, sementara perkerjaan kantor diurus oleh Riko. Zaki menyerahkan sepenuhnya pada Riko sebagai ketua tim pengembang yang baru, sementara Pak Hadi menempati jabatan general manajer, sedang pak Anwar masih di posisi manajer HRD.Pagi itu Riswan dan Ahmad berkunjung ke rumah Zaki, sudah dua Minggu Riswan tidak bertemu Nuraini, rasanya sangat rindu sekali. Wanita itu jug

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 175

    Bab 175Hari ini Nadin kembali ke kediaman Zaki, sudah sebulan dia dirawat di rumah sakit dan sekarang sudah dinyatakan sembuh. Nuraini, Shintia dan Nabila ikut menjemputnya, tak lupa Fahmi dan Zaki juga ikut menjemput, sedang Riswan yang masih di luar kota hanya bisa menelponnya saja. "Jadi kapan lelaki itu mau menikahi Mama?" tanya Zaki dengan penasaran, pasalnya ibunya itu sudah bicara dengan begitu mesra di telpon, membuat anak lelakinya itu merasa jengah."Insyaallah nanti, kalau persoalan kita sudah selesai.""Kalau selesainya setahun lagi, dua tahun lagi, atau gak selesai-selesai gimana? Mama dan om Riswan gak bilah-bilah, gitu? Dosa, Ma. Terlalu lama menjalin hubungan gak jelas begitu." Zaki mencebikan bibirnya ke arah ibunya, harusnya sebagai orang tua mereka itu lebih tau mana itu dosa mana itu pahala. "Jadi Mama harus bagaimana?" tanya Nuraini dengan sangsi, dia sebenarnya masih belum yakin menikah dengan lelaki itu.Hingga suatu hari Riswan pernah menanyakan kenapa dia b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status