"Sir, saya mencari istri yang hilang diculik oleh Edward Lincoln Sinaga, pemilik rumah yang saya datangi itu!" seru Mario membela dirinya di hadapan petugas kepolisian Paris yang menginterogasinya."Apa Anda bisa memberi bukti bukan sekadar tuduhan palsu, Mister Mario Chandra? Kami tidak mentolerir kaum pendatang yang merusuh di rumah pribadi penduduk kota ini!" tantang Jimmy Hurrley, letnan polisi yang berhadapan dengan Mario petang itu. Dia merasa apatis terhadap pria itu setelah mengetahui pihak pelapor adalah kuadriliuner pemilik Victory Eternal Shipping.Sementara itu Justin dan Hernandes yang dihubungi Mario dengan ponselnya saat ia sampai di kantor polisi bergegas menyusul ke sana. Mereka merasa lega mengetahui Mario tidak dihabisi oleh kaki tangan Edward di dalam rumah megah yang ia susupi. Sayangnya mereka disuruh menunggu di lobi oleh petugas kepolisian kota Paris."Sebaiknya Anda periksa langsung ke rumah Edward, apa benar atau salah yang saya tuduhkan ini?" tukas Mario ber
Berbeda dengan Inez yang seolah kehilangan napsu makan, siang itu di meja makan kayu Oak yang memanjang di rumah kastil Edward yang berlokasi di Alesund, Meirasty justru begitu menikmati sajian spesial yang dimasak oleh chef berdarah Norwegia yang dipekerjakan oleh suaminya."Semur dagingnya lezat sekali, Kakak Sayang! Chef Oleg memang pintar memasak," puji Meirasty sambil mengunyah bola daging sapi cincang yang terasa kaya rempah-rempah segar.Edward merasa moodnya terangkat dengan keceriaan Meirasty yang duduk di samping kanannya. Seperti biasa selir cintanya nampak bermuram durja dan berdiam diri seperti wanita bisu, membuat hatinya mendung saja. Dia pun membelai pipi Meirasty yang chubby akibat proses kehamilannya yang sudah memasuki bulan-bulan akhir jelang kelahiran."Makan yang banyak ya, Mey, biar anakku di dalam perutmu sehat. Nggak perlu takut gemuk, habis lahiran nanti badan kamu bakal kuvermak di pusat kecantikan yang ada di Paris biar bikin aku bergairah lagi," ujar Edwar
Kepulangan Mario ke tanah air dengan tangan hampa tanpa kehadiran Inez terasa menyesakkan, dia tetap harus pulang karena berbagai alasan. Salah satunya adalah wisuda puteri sulung Inez, anak sambungnya yang juga janda muda mendiang sobat kentalnya.Pagi itu sebelum berangkat ke salon kecantikan untuk make-up dan sanggul penampilan wisudawati, Clara sarapan pagi bersama papa tirinya dan Reyvan yang diurusi Suster Betty. Memang suasana kehilangan Inez sangat terasa di rumah megah milik istri Mario itu."Pa, apa masih belum ada petunjuk keberadaan mama? Selain Paris mungkin dulu waktu mama dibawa kabur Edward ada tempat lain yang mereka kunjungi?" tanya Clara prihatin bertukar pandang dengan Mario di meja makan.Mario menggeleng dengan wajah murung, ada bayangan gelap di seputar kedua matanya. Dia kesulitan tidur semenjak Inez menghilang. Separuh jiwanya ikut sakit karena terpisah dari belahan jiwanya. Dia menjawab Clara, "Terlalu banyak kemungkinan, Cla. Kamu sendiri tahu 'kan kalau pri
Jelang HPL putera Meirasty tidak merubah kelakuan suaminya. Pria itu masih saja rajin menggenjot istrinya dan malahan sengaja menyemburkan benihnya di dalam untuk membantu proses kontraksi rahim jelang kelahiran putera mereka.Malam itu di rumah kastil Alesund, kemesraan Edward kepada Meirasty sedikit berlebihan. Hal itu dikarenakan Inez membuatnya sakit hati sebelumnya dengan memaki-maki dirinya dengan kata-kata binatang serta biadab dan sejenisnya saat ia ingin bercinta. Bersama Meirasty segalanya begitu manis dan luka hatinya seakan-akan terobati."Mey, nggakpapa ya kalau kuhajar dua ronde langsung?" Edward mengatakannya sambil terengah-engah berpacu di atas tubuh telanjang istrinya yang berperut besar."Kaaakkk—pelan sedikit. Aarrghh!" pinta Meirasty bercampur desahannya. Suaminya memang jagoan sekali kalau sudah bertempur di atas ranjang. Dia sampai ke puncak kenikmatannya dengan cepat, sedangkan Edward belum dan masih terus mendaki ke sana.Namun, belum sampai klimaks, cairan ke
Setelah kelahiran putera sulungnya, Meirasty tetap tinggal di rumah milik Edward yang ada di Paris. Suaminya menginginkan tubuh Meirasty dibetulkan agar tetap membuatnya terus bergairah. Salon dan klinik kecantikan Enchanter pour Toujours yang terletak di Rue du Jasmin menjadi pilihan bagi Edward untuk memvermak tubuh wanita yang telah melahirkan seorang putera untuknya. Selalu saja kelahiran itu meninggalkan stretch mark di bagian perut dan paha serta bokong, masih ditambah lemak di lengan, perut, dan paha bagian dalam. Segala perubahan alami itu tampak buruk rupa di mata Edward. Dia tidak suka tubuh molek wanita favoritnya rusak."Mey, kamu jalani saja semua sesuai petunjuk ahli kecantikan di klinik ini. Kak Edu ada kerjaan kantor, kamu kutinggal. Sopir stand by di parkiran mobil kalau kamu sudah kelar perawatan dan mau pulang ke rumah," pesan Edward lalu mendaratkan kecupannya di dahi Meirasty."Oke, Kakak Sayang. Oya, Tian sudah diurus sama baby sitter 'kan?" balas Meirasty yang
Tak perlu waktu lama bagi Edward melucuti pakaian istrinya. Penampilan Meirasty setelah divermak di pusat kecantikan Enchanter pour Toujours begitu memesona hingga pria itu tak sabar untuk menjelajah tubuh telanjang nan molek itu di bawah badan kekarnya yang tangguh."Jadi—berani taruhan berapa ronde aku bisa tahan menggoyang kamu sampai pagi, Mey Cantik?" tantang Edward agar mereka bertaruh. Perlahan tapi pasti kancing bagian depan dress istrinya terlucuti di atas ranjang menampakkan sepasang gunung kembar tujuan wisata favoritnya."Empat kali mungkin, Kak Edu?" balas Meirasty tak yakin. Dia takut bagian intimnya lecet akibat ulah suaminya yang kelewat bergairah."Hah?! Empat kali? Ckkk ... kamu terlalu meremehkan staminaku, Mey," protes Edward mencebik kecewa. "lihat ya nanti, kurasa delapan akan jadi angka yang menarik!" tambahnya dengan seringai berbahaya di wajahnya. Sementara Meirasty menahan lidahnya yang ingin memprotes dan matanya melebar menampakkan keterkejutan.Aroma flora
"Mey, kamu di Paris urusin persiapan pesta baby shower Tian ya. Kak Edu mau pergi ke Norway buat jengukin Inez," pesan Edward sambil mengenakan dasinya di depan cermin kamar mandi.Mendengar rencana suaminya mengunjungi kakak iparnya yang ada di Norwegia mendadak Meirasty menjadi galau, dia mencebik kesal. Sambil menghela napas ia mengiyakan pesan Edward. Kedua lengannya meliliti perut six packs suaminya dari belakang seakan tak rela pria itu kembali ke Inez.Tentu saja Edward mengerti apa yang ada di pikiran istrinya. Dia lalu membalik badannya dan memeluk Meirasty sembari berkata, "Kamu jangan overthinking yang nggak penting. Jatahnya udah jelas 'kan sedari awal—kamu permaisuriku yang ngelahirin anak buat aku, Inez itu selir cintaku!"Dengan cerdas Meirasty menahan lidahnya yang sebenarnya ingin mendebat Edward. Dia tetap saja berasa minum racun karena diberi 'madu' oleh suaminya. Bahkan, pria itu terang-terangan dalam setiap apa yang dikatakan dan dilakukannya di depan Meirasty. "
Pelayan rumah kastil milik Edward di Alesund masuk ke kamar Inez sembari membawa vas berisi bunga Gerbera segar warna warni. Dia meletakkannya di atas meja rias di depan cermin bulat. Sementara itu Inez seolah tak memedulikan sekitarnya dan hanya berbaring miring di atas ranjangnya dengan tatapan kosong.Gadis pelayan bernama Vera itu menghela napas berat, dia merasa prihatin. Namun, seolah tak mampu melakukan sesuatu untuk menolong Inez. Sebelumnya memang wanita itu sempat minta tolong untuk membantunya kabur dari kastil tempat ia disekap. Sayangnya hal itu sama saja cari mati atau membuatnya kehilangan pekerjaan. "Nona Inez, apa kamu sudah makan?" tanya Vera duduk di tepi ranjang.Inez mengarahkan pandangannya ke Vera, dia menjawab, "Aku tak lapar.""Tubuhmu sangat kurus, nanti kamu bisa jatuh sakit, Nona Inez!" balas Vera menyiratkan kekuatirannya. Memang semenjak menjadi penghuni kastil, wanita milik tuan besarnya itu tak pernah makan dengan benar. Makan untuk hidup, sedikit mak
Tepat pukul 18.00 WIB, pesawat private jet membawa Edward dan Meirasty yang tetap dikawal oleh John Whitman beserta 2 rekan pengawal lainnya terbang menuju ke Amsterdam. Sekitar 16 jam durasi perjalanan itu tanpa mendarat transit sama sekali. Pukul 04.00 waktu Amsterdam mereka tiba di bandara, memang ada perbedaan waktu kedua negara yang lebih cepat 6 jam di Indonesia bagian barat dengan Amsterdam."Mey, kita check in hotel dulu saja buat istirahat, nanti pukul 11.00 baru mulai jalan-jalan ke kota," ujar Edward menggandeng tangan Meirasty menuruni undakan pesawat private jet itu."Aku ngikut rencana Kak Edu aja," sahut Meirasty mengikuti langkah-langkah lebar kaki suaminya yang bertubuh jangkung itu melintasi lobi bandara internasional Amsterdam. Mereka dijemput karyawan kantor VES dengan mobil SUV hitam merk buatan Belanda.Hotel yang dipilih Edward sengaja sama seperti saat dia menginap di kota itu bersama Inez, Inntel Hotels Amsterdam Zaandam. Saat memasuki kamar yang sama, dia t
"Halo, Pak Edward. Ada sebuah kiriman lukisan dari Nyonya Inez Jansen di kantor VES Jakarta," ujar David Sutomo, sekretaris pribadi Edward yang mengurusi kantornya yang ada di Jakarta Pusat.Pria itu mengerutkan keningnya, dia menduga itu pasti lukisan replika karya Rembrandt berjudul The Storm on The Sea of Galilee yang dulu pernah ia kirimkan untuk mengancam Inez. Kemudian ia pun bertanya, "Apa ada surat yang dikirimkan untukku juga, David?""Ada, Pak Edward. Saya belum membukanya, apa perlu saya fotokan isinya atau bacakan di telepon?" jawab David yang memang sedang memegangi sepucuk surat beramplop putih dengan tulisan tangan di alamat tujuan penerima."Bacakan saja, tapi nanti fotokan juga dan kirim ke nomorku, oke?" balas Edward lalu diam menunggu sekretarisnya membacakan surat dari Inez.David pun membacakan isi surat dari Inez itu, "Hai, Mas Edward. Semoga kabarmu baik-baik saja di sana. Inez ingin mengembalikan lukisan ini, aku harap Mas sudah mengakhiri dendam yang ada di an
Seusai makan malam di rumahnya yang ada di Paris bersama keluarga kecilnya, Edward duduk sendiri dalam ruang kantor rumahnya. Di genggaman tangannya ada beberapa lembar kertas bertuliskan "Surat Pernikahan Kontrak" dimana pada bagian bawah dari surat itu terdapat tanda tangan Meirasty dan juga tanda tangannya sendiri. Sudah hampir 2 tahun ini dia mengenal Meirasty, segalanya berjalan di luar dugaannya. Rencana awalnya untuk menghancurkan rumah tangga Inez dan Mario menggunakan adik kandung Mario memang awalnya berhasil. Namun, dalam perjalanannya justru dirinyalah yang terjerat dalam perasaan cinta yang sulit untuk ditepis olehnya.Inez terlalu keras kepala baginya, wanita itu lebih memilih untuk menjadi gila dibanding merelakan dirinya menjalin percintaan dengannya. Sungguh mengecewakan!Dari informan yang dia bayar untuk memata-matai Inez di rumah wanita itu yang ada di Jakarta, kondisi kesehatan mental dan kejiwaan Inez berangsur pulih sekalipun pada akhirnya dia berhenti bekerja
Sekalipun pernikahan kali ini adalah yang kedua bagi Clara, tetapi dia masih merasakan debaran kencang di dadanya saat mendengar calon suaminya mengucap janji di hadapan penghulu. Ketika semua mengucapkan kata "SAH", dia dan Tristan menghela napas lega. Sekarang mereka berdua adalah pasangan suami istri resmi di mata hukum dan agama."Tris, nitip puteri kesayanganku ya! Tolong kamu bahagiakan dan jaga dia selalu," pesan Inez saat dia menerima sujud sungkem mohon doa restu orang tua dari Tristan, menantu barunya.Kemudian dengan yakin Tristan pun menjawab, "Pasti, Nez. Ehh—Mama Mertua ... aku pasti serius jagain Clara. Mohon doa restunya ya!" Mario yang diam-diam mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Tristan pun mendengkus geli. Pasalnya, kedua orang itu pernah terlibat cinta terlarang, sebuah one-night-stand. Dan itu pun karena Tristan merasakan obsesi cinta yang hampir sama dengan Edward. Bedanya, takdir berbicara lain untuk hubungan kedua pria itu dengan Inez."Mama ... Clara, m
Hari-hari selanjutnya setelah Inez kembali ke Jakarta terasa menenangkan. Dia memang terkadang seperti melamun saat sedang sendirian. Namun, histeria mimpi buruknya berangsur mulai jarang muncul. Mario pun mendukung penuh proses pemulihannya dengan tidak memaksakan harus berhubungan suami istri secara intim. Baginya kesehatan mental kejiwaan istrinya jauh lebih penting dibanding memaksakan ego serta kebutuhan biologisnya.Pagi jelang siang itu Nyonya Valeria Jansen, mama mertua Inez dari mendiang suami pertamanya dulu mengunjunginya di rumah. Dia sudah mendengar cerita dari Clara serta Mario mengenai penculikan Edward. Sekalipun bagi dirinya sebagai orang awam terasa absurd peristiwa itu. Namun, begitulah kenyataannya ... ketika seseorang dibutakan oleh obsesi gila segalanya dihalalkan untuk mendapatkan keinginannya."Pagi, Inez!" sapa Nyonya Valeria yang masih begitu sehat berjalan tanpa alat bantu sekalipun rambut sepunggungnya sebagian besar telah memutih. Inez menoleh lalu berjal
Sepasang kekasih yang akan segera menikah beberapa hari ke depan itu duduk berdekatan di bangku ruang tunggu bandara. Clara melihat-lihat berita yang sedang menjadi trending topik di jagad maya melalui layar ponselnya, sedangkan Tristan yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu lebih tertarik untuk bermesraan dengan kekasihnya.Dia menempelkan badannya dan wajahnya kepada Clara sambil membelai rambut panjang dan wajah pacarnya itu dengan gaya pria yang sedang bucin. Mau tak mau Clara pun menjadi geli sendiri dengan tingkah pacarnya yang menggemaskan. Memang Tristan itu seorang CEO perusahaan berkelas nasional, smart, ganteng, perfectlah pokoknya. Namun, kelakuannya kalau sedang bersamanya seperti bocah yang manja begitu kekanak-kanakan. "Mas Tristan nggak lapar?" tanya Clara iseng.Tristan langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Clara. "Apa kamu lapar, Sayangku? Mau dibeliin apa?" tanyanya kembali."Hahaha. Hey, 'kan yang nanya duluan aku! Mas jawab dong," balas Clara ter
"TIIIDAAAAAKKKKK!!" Teriakan nyaring itu seolah memecah keheningan malam di kamar hotel bintang 5 di Swiss. Dengan segera Mario memeluk erat tubuh Inez yang bersimbah keringat dingin dan gemetaran. "Nez, tenang—kamu aman sama Mas sekarang! Edward sudah nggak ada lagi, dia nggak akan bisa ganggu kamu lagi!" bujuk Mario agar istrinya yang sedang mengalami serangan panik akibat trauma itu tenang.Perlahan tubuh Inez mulai rileks kembali dalam dekapan Mario. Kemudian Mario pun bertanya, "Apa kamu butuh minum obat penenang dari Dokter Martina, Sayang?""Sepertinya iya, Mas. Aku akan meminumnya, apa bisa tolong ambilkan?" jawab Inez dengan suaranya yang masih bergetar.Mario berjalan ke kopernya lalu mencari obat yang tadi ditebusnya di bagian farmasi Paracelsus Recovery. Ada keterangan nama obat dan fungsinya di label pembungkus obat yang berjumlah 3 macam itu. Dia memilih tablet kecil berwarna putih bertuliskan 'if necesarry' (bila perlu) yang hanya diberikan pada kondisi serangan panik
Perjalanan udara Jakarta-Zürich menghabiskan waktu sekitar 19 jam lebih, sangat melelahkan memang. Akan tetapi, Mario terlalu rindu kepada Inez. Dia membiarkan Justin dan Hernandes check in ke hotel untuk beristirahat, sedangkan dirinya langsung naik taksi ke Paracelsus Recovery.Dalam perjalanan mobil itu Mario berusaha menenangkan dirinya untuk menghadapi situasi buruk apa pun yang tengah terjadi pada istrinya. Hal yang di luar perkiraan bila Edward mau melepaskan Inez setelah berbulan-bulan lamanya menculiknya. Pastilah ini bukan sesuatu yang Edward sukai karena pria itu terobsesi begitu gila kepada Inez."Sir, Anda sudah sampai di tempat tujuan," ucap sopir taksi yang mengantarkan Mario dari bandara tadi. Mario pun membayar ongkos perjalanannya sesuai argo lalu turun tanpa kopernya. Tadi dia menitipkannya ke Justin untuk disimpan di kamar hotel. Pusat rehabilitasi mental dan ketergantungan obat itu sangat mewah. Karyawan yang bekerja di sana juga sangat kompeten dan nampak profes
Malam itu Mario masih duduk bersandar dengan bantal di kepala ranjangnya sambil memeriksa akun sosial medianya yang mendapat banyak direct messages dari para penggemarnya. Dia tidak membaca isinya hanya mencoba peruntungannya siapa tahu Inez menghubunginya via DM sosial media Mario Chandra official seperti dulu saat dibawa kabur oleh Edward.Suara notifikasi pop up masuk ke ponsel yang tengah ia genggam dan Mario sontak terperangah. User bernamakan Edward L. Sinaga mengiriminya pesan, dengan segera ia menerima permintaan kiriman pesan itu lalu membaca isinya.'Ini aku, Edward. Kalau kau ingin menjemput istrimu, aku akan mengembalikannya dengan beberapa syarat.' Itulah isi pesan dari Edward untuk Mario. "Ohh God, orang psiko itu online, aku harus segera membalasnya!" ucap Mario heboh sendiri lalu mengetikkan balasan pesan untuk Edward.'Oke, aku akan jemput Inez. Katakan syaratnya, Edward!' Jawaban pesan Mario cepat dikirim.Di sisi Edward, pria itu merutuk kesal setengah tak ikhlas m