Setelah 5 hari di New York yang penuh gejolak emosi bagi Mario, pagi ini ia kembali ke tanah air dengan pesawat Emirates Airlines bersama Justin Balviere dan para pengawalnya yang berjumlah 6 orang. Turnamen MMA Asia Pasific yang berakhir tadi malam dimenangkan sekali lagi olehnya di kelas welter. Memang perjuangannya tak mudah, tubuhnya tak luput dari hajaran lawannya. Memar tersisa membiru di beberapa tempat di wajah serta area dada, perut, pinggangnya. Namun, segalanya menjadi tak begitu mengerikan ketika ia meraih kemenangan di atas arena.Ketika sedang menunggu boarding pesawat pagi menuju ke Jakarta, Justin yang duduk bersebelahan dengan anak asuhnya berkata, "Setelah pulang dari New York kamu punya waktu istirahat 3 hari saja, Mario. Ada pekerjaan syuting iklan produk perawatan wajah yang bertempat di Korea Selatan. Nanti colab sama beberapa artis KPop di sana, juga photo shot beberapa majalah kelas Asia.""Hmm ... atur saja, Justin! Aku akan kerjakan apapun kontrak pekerjaan
Lingerie berbahan chiffon selapis itu merosot dari bahu Inez. Suaminya terlalu ahli melucuti pakaian dinas malamnya yang sexy. Bisikan rayu yang terkesan begitu posesif dikirimkan Mario di tepi telinganya, membuat pipinya merona seiring tangan lincah suaminya membelai-belai sepasang bulatan menggoda di dadanya. Inez melepaskan desahan pasrah tak berdaya seraya berkata, "Mass ... mau pemanasannya lama apa cepet? Kan capek habis terbang jauh dari New York—" "Kamu maunya gimana? Mas asal kamu senang sih ayo aja!" balas Mario sambil menyusuri tubuh polos di hadapannya dengan bibir dan lidahnya dari atas ke bawah menuju ke inti kewanitaan istrinya membelainya dengan lembut seraya menyesapnya."Aaakkhh ... Mass ... bandelnya masih sama deh!" Kepala Inez tersentak ke belakang dengan mata terpejam. Namun, sentuhan sensual itu berlanjut menuruni pahanya hingga ke betisnya, bahkan hingga ke telapak kakinya. "Mas ... geli!"Mario terkekeh mendengar jeritan tertahan istrinya yang cantik. Dia sa
Setelah mengarungi Samudera Atlantik, kapal pesiar New Starlet Goddess sampai juga di negara Nordik yang paling kecil dan terletak di posisi paling selatan yaitu Denmark. Negara itu terdiri dari kepulauan kecil dan pulau utama dimana kota besar pusat perekonomiannya berada.Negara kecil ini sangat makmur dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi. Denmark berbatasan dengan Norwegia di utara dan Swedia di sebelah timur laut. Kapal pesiar itu merapat di kota Skagen yang ada di pesisir pantai utara yang berhadapan dengan Laut Baltik.Sebelum kapalnya merapat siang itu di salah satu pelabuhan besar Denmark, Edward mengajak Meirasty melihat dari geladak kapal pemandangan sekitar pesisir pantai. Dia merangkul bahu istrinya sembari berkata, "Nanti kita cicipi Danish pastry di kota Koppenhagen ya, Mey! Kalau di Indonesia biasanya kan yang terkenal butter cookies kalengan, nanti kita coba yang fresh from the oven. Dijamin kamu pasti ketagihan deh.""Wow, pastinya lezat ya, Kak Edu!" sahu
Jelang petang di Denmark, Edward mengajak Meirasty keluar hotel untuk mencari restoran di Kopenhagen yang menarik. "Sepertinya cobain Bofsandwich besok siang aja ya, Kakak Sayang," ujar Meirasty menyebutkan burger siram saus cokelat yang terkenal di Denmark.Edward yang memerhatikan pemandangan jalanan dari balik kaca jendelanya pun menoleh kepada istrinya. Dia menanggapi dengan anggukan. "Boleh, besok siang kuantar kamu ke gerai penjual Bofsandwich yang terkenal. Sekarang kita fine dinning ala Denmark aja dulu ya," balas Edward sambil meremas pelan tangan istrinya.Mereka berdua pun turun di depan pintu masuk restoran mewah berarsitektur gaya Barok. Pahatan relief di tembok dan patung dewa dewi Yunani menghiasi dinding sekeliling restoran itu. Seorang waitress berambut pirang yang diikat model ekor kuda menyambut kedatangan Edward dan Meirasty lalu mengantarkan mereka berdua ke meja yang masih kosong. Rupanya banyak yang ingin makan malam di restoran yang dikunjungi Edward dan Meir
Birahi suaminya yang di atas normal membuat Meirasty merasa tubuhnya serasa lemas dan luluh lantak. Memang Edward sangat ahli dalam hal memuaskan dan melakukan sentuhan intim dengan kelembutan. Namun, empat kali semalam cukup membuat Meirasty terkapar hingga nyaris ngesot meninggalkan ranjang mereka di pagi hari saat kandung kemihnya penuh.Saat ia bergerak akan bangkit dari ranjang, lengan kekar Edward meraih pinggangnya hingga Meirasty jatuh terlentang di atas kasur kembali. Dia pun memprotes suaminya karena sudah nyaris terkencing-kencing, "Kak Edu, lepasin! Mey udah mau ngompol kalau nggak dibolehin ke kamar mandi."Edward membuka matanya yang masih terasa berat kelopaknya dan terkekeh. "Oke, cepetan balik lagi ya! Aku masih pengin dikelonin sama kamu, Mey," selorohnya."Ya ampun ... dasar bayi gede!" tukas Meirasty sembari terkikik kabur ke kamar mandi usai lengan kekar itu beranjak dari tubuhnya yang ramping.Dia pun teringat untuk melakukan test kehamilan mandiri dengan alat ya
Ketika Mario terbangun, matahari telah tinggi di langit. Tubuhnya rasanya masih lemas, tetapi ia tahu bahwa dengan guyuran air dingin shower sel tubuhnya akan terbangun sempurna. Inez sepertinya sudah berangkat ke kantornya, jadi Mario berencana untuk bersiap-siap berangkat juga ke kantor perusahaan jasa kebugaran tubuh miliknya yaitu Top Adonis. Selama ini Max, yang mewakilinya mengurus perusahaan itu. Biasanya bila ada waktu luang dari kesibukannya memang Mario mampir ke kantor.Usai berpakaian kemeja biru lengan panjang tanpa dasi dan celana panjang kain rapi, Mario mengambil ponselnya yang ia letakkan di nakas samping tempat tidur. Sebuah pesan dari nomor Anna Bianca Blanche yang menarik perhatian Mario, perasaannya tak enak.'Datanglah ke NY dan hapus satu foto spesial kita ini sendiri.' Sebuah pesan singkat disertai foto yang membuat Mario geram. Dugaannya benar, foto yang ia hapus di ponsel Anna Bianca Blanche telah disalin di media lain dan buruknya ia tak tahu masih ada bera
"Tris—aku nggak bisa. Kamu sudah janji bahwa one night stand yang lalu adalah yang pertama dan yang terakhir bukan?" tegas Inez. Ia tak ingin membiarkan Tristan terus berharap sesuatu yang tidak benar darinya.Sebuah helaan napas dalam mengawali jawaban Tristan. Dia melarikan jemari tangannya membelai pipi Inez yang halus. "Pertama dan terakhir itu sesuatu yang kini kusesali, Nez. Kita begitu cocok, gairah itu nyata ... kau yang tak mengakuinya!" "Aku ini bini orang, Tris! Kamu mau kumpul kebo atau mau jadi pebinor? Dua-duanya sama-sama buruk, aku nggak mau kamu jadi pria yang terjerumus dalam lembah dosa. Apa kamu mengerti yang kupikirkan?" tegur Inez berusaha membawa logika pria muda itu kembali ke dalam otaknya.Dengan perasaan kesal Tristan bangkit dari sofa lalu memasukkan tangannya ke saku celananya. Dia melangkah mendekati kaca dinding ruang CEO yang menampakkan pemandangan lautan gedung pencakar langit di kota metropolitan itu.Sedangkan, Inez menggigit bibir bawahnya bimbang
Setelah menghabiskan 3 hari di Denmark dengan mengunjungi beberapa tempat wisata yang menarik seperti museum, glyptotek, dan istana Denmark. Pasangan suami istri itu menyeberangi perbatasan Denmark dengan Swedia melalui Jembatan Oresund. Swedia sendiri adalah negara nordik Eropa yang tenang yang dikelilingi oleh perairan. Ada beberapa tempat di Swedia yang ketika malam tiba dapat orang dapat melihat fenomena alam Aurora Borealis berupa cahaya terang menyerupai selendang berwarna hijau, ungu, merah di langit luas.Kali ini Edward ingin mengajak Meirasty melihat Aurora Borealis berdua saja di Swedia. Mereka menginap di Hotel Nobis. Hotel bintang 5 ini menempati 2 bangunan abad ke-19 yang bergaya di Alun-Alun Norrmalmstorg, di tengah-tengah distrik perbelanjaan utama Stockholm. Kamar yang dipilih oleh Edward bertipe Deluxe King yang paling luas tipenya dan tertata dengan mewah. Dia selalu memilih hal yang terbaik dalam setiap perjalanan."Wow, pemandangan kota Stockholm terlihat jelas d
Tepat pukul 18.00 WIB, pesawat private jet membawa Edward dan Meirasty yang tetap dikawal oleh John Whitman beserta 2 rekan pengawal lainnya terbang menuju ke Amsterdam. Sekitar 16 jam durasi perjalanan itu tanpa mendarat transit sama sekali. Pukul 04.00 waktu Amsterdam mereka tiba di bandara, memang ada perbedaan waktu kedua negara yang lebih cepat 6 jam di Indonesia bagian barat dengan Amsterdam."Mey, kita check in hotel dulu saja buat istirahat, nanti pukul 11.00 baru mulai jalan-jalan ke kota," ujar Edward menggandeng tangan Meirasty menuruni undakan pesawat private jet itu."Aku ngikut rencana Kak Edu aja," sahut Meirasty mengikuti langkah-langkah lebar kaki suaminya yang bertubuh jangkung itu melintasi lobi bandara internasional Amsterdam. Mereka dijemput karyawan kantor VES dengan mobil SUV hitam merk buatan Belanda.Hotel yang dipilih Edward sengaja sama seperti saat dia menginap di kota itu bersama Inez, Inntel Hotels Amsterdam Zaandam. Saat memasuki kamar yang sama, dia t
"Halo, Pak Edward. Ada sebuah kiriman lukisan dari Nyonya Inez Jansen di kantor VES Jakarta," ujar David Sutomo, sekretaris pribadi Edward yang mengurusi kantornya yang ada di Jakarta Pusat.Pria itu mengerutkan keningnya, dia menduga itu pasti lukisan replika karya Rembrandt berjudul The Storm on The Sea of Galilee yang dulu pernah ia kirimkan untuk mengancam Inez. Kemudian ia pun bertanya, "Apa ada surat yang dikirimkan untukku juga, David?""Ada, Pak Edward. Saya belum membukanya, apa perlu saya fotokan isinya atau bacakan di telepon?" jawab David yang memang sedang memegangi sepucuk surat beramplop putih dengan tulisan tangan di alamat tujuan penerima."Bacakan saja, tapi nanti fotokan juga dan kirim ke nomorku, oke?" balas Edward lalu diam menunggu sekretarisnya membacakan surat dari Inez.David pun membacakan isi surat dari Inez itu, "Hai, Mas Edward. Semoga kabarmu baik-baik saja di sana. Inez ingin mengembalikan lukisan ini, aku harap Mas sudah mengakhiri dendam yang ada di an
Seusai makan malam di rumahnya yang ada di Paris bersama keluarga kecilnya, Edward duduk sendiri dalam ruang kantor rumahnya. Di genggaman tangannya ada beberapa lembar kertas bertuliskan "Surat Pernikahan Kontrak" dimana pada bagian bawah dari surat itu terdapat tanda tangan Meirasty dan juga tanda tangannya sendiri. Sudah hampir 2 tahun ini dia mengenal Meirasty, segalanya berjalan di luar dugaannya. Rencana awalnya untuk menghancurkan rumah tangga Inez dan Mario menggunakan adik kandung Mario memang awalnya berhasil. Namun, dalam perjalanannya justru dirinyalah yang terjerat dalam perasaan cinta yang sulit untuk ditepis olehnya.Inez terlalu keras kepala baginya, wanita itu lebih memilih untuk menjadi gila dibanding merelakan dirinya menjalin percintaan dengannya. Sungguh mengecewakan!Dari informan yang dia bayar untuk memata-matai Inez di rumah wanita itu yang ada di Jakarta, kondisi kesehatan mental dan kejiwaan Inez berangsur pulih sekalipun pada akhirnya dia berhenti bekerja
Sekalipun pernikahan kali ini adalah yang kedua bagi Clara, tetapi dia masih merasakan debaran kencang di dadanya saat mendengar calon suaminya mengucap janji di hadapan penghulu. Ketika semua mengucapkan kata "SAH", dia dan Tristan menghela napas lega. Sekarang mereka berdua adalah pasangan suami istri resmi di mata hukum dan agama."Tris, nitip puteri kesayanganku ya! Tolong kamu bahagiakan dan jaga dia selalu," pesan Inez saat dia menerima sujud sungkem mohon doa restu orang tua dari Tristan, menantu barunya.Kemudian dengan yakin Tristan pun menjawab, "Pasti, Nez. Ehh—Mama Mertua ... aku pasti serius jagain Clara. Mohon doa restunya ya!" Mario yang diam-diam mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Tristan pun mendengkus geli. Pasalnya, kedua orang itu pernah terlibat cinta terlarang, sebuah one-night-stand. Dan itu pun karena Tristan merasakan obsesi cinta yang hampir sama dengan Edward. Bedanya, takdir berbicara lain untuk hubungan kedua pria itu dengan Inez."Mama ... Clara, m
Hari-hari selanjutnya setelah Inez kembali ke Jakarta terasa menenangkan. Dia memang terkadang seperti melamun saat sedang sendirian. Namun, histeria mimpi buruknya berangsur mulai jarang muncul. Mario pun mendukung penuh proses pemulihannya dengan tidak memaksakan harus berhubungan suami istri secara intim. Baginya kesehatan mental kejiwaan istrinya jauh lebih penting dibanding memaksakan ego serta kebutuhan biologisnya.Pagi jelang siang itu Nyonya Valeria Jansen, mama mertua Inez dari mendiang suami pertamanya dulu mengunjunginya di rumah. Dia sudah mendengar cerita dari Clara serta Mario mengenai penculikan Edward. Sekalipun bagi dirinya sebagai orang awam terasa absurd peristiwa itu. Namun, begitulah kenyataannya ... ketika seseorang dibutakan oleh obsesi gila segalanya dihalalkan untuk mendapatkan keinginannya."Pagi, Inez!" sapa Nyonya Valeria yang masih begitu sehat berjalan tanpa alat bantu sekalipun rambut sepunggungnya sebagian besar telah memutih. Inez menoleh lalu berjal
Sepasang kekasih yang akan segera menikah beberapa hari ke depan itu duduk berdekatan di bangku ruang tunggu bandara. Clara melihat-lihat berita yang sedang menjadi trending topik di jagad maya melalui layar ponselnya, sedangkan Tristan yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu lebih tertarik untuk bermesraan dengan kekasihnya.Dia menempelkan badannya dan wajahnya kepada Clara sambil membelai rambut panjang dan wajah pacarnya itu dengan gaya pria yang sedang bucin. Mau tak mau Clara pun menjadi geli sendiri dengan tingkah pacarnya yang menggemaskan. Memang Tristan itu seorang CEO perusahaan berkelas nasional, smart, ganteng, perfectlah pokoknya. Namun, kelakuannya kalau sedang bersamanya seperti bocah yang manja begitu kekanak-kanakan. "Mas Tristan nggak lapar?" tanya Clara iseng.Tristan langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Clara. "Apa kamu lapar, Sayangku? Mau dibeliin apa?" tanyanya kembali."Hahaha. Hey, 'kan yang nanya duluan aku! Mas jawab dong," balas Clara ter
"TIIIDAAAAAKKKKK!!" Teriakan nyaring itu seolah memecah keheningan malam di kamar hotel bintang 5 di Swiss. Dengan segera Mario memeluk erat tubuh Inez yang bersimbah keringat dingin dan gemetaran. "Nez, tenang—kamu aman sama Mas sekarang! Edward sudah nggak ada lagi, dia nggak akan bisa ganggu kamu lagi!" bujuk Mario agar istrinya yang sedang mengalami serangan panik akibat trauma itu tenang.Perlahan tubuh Inez mulai rileks kembali dalam dekapan Mario. Kemudian Mario pun bertanya, "Apa kamu butuh minum obat penenang dari Dokter Martina, Sayang?""Sepertinya iya, Mas. Aku akan meminumnya, apa bisa tolong ambilkan?" jawab Inez dengan suaranya yang masih bergetar.Mario berjalan ke kopernya lalu mencari obat yang tadi ditebusnya di bagian farmasi Paracelsus Recovery. Ada keterangan nama obat dan fungsinya di label pembungkus obat yang berjumlah 3 macam itu. Dia memilih tablet kecil berwarna putih bertuliskan 'if necesarry' (bila perlu) yang hanya diberikan pada kondisi serangan panik
Perjalanan udara Jakarta-Zürich menghabiskan waktu sekitar 19 jam lebih, sangat melelahkan memang. Akan tetapi, Mario terlalu rindu kepada Inez. Dia membiarkan Justin dan Hernandes check in ke hotel untuk beristirahat, sedangkan dirinya langsung naik taksi ke Paracelsus Recovery.Dalam perjalanan mobil itu Mario berusaha menenangkan dirinya untuk menghadapi situasi buruk apa pun yang tengah terjadi pada istrinya. Hal yang di luar perkiraan bila Edward mau melepaskan Inez setelah berbulan-bulan lamanya menculiknya. Pastilah ini bukan sesuatu yang Edward sukai karena pria itu terobsesi begitu gila kepada Inez."Sir, Anda sudah sampai di tempat tujuan," ucap sopir taksi yang mengantarkan Mario dari bandara tadi. Mario pun membayar ongkos perjalanannya sesuai argo lalu turun tanpa kopernya. Tadi dia menitipkannya ke Justin untuk disimpan di kamar hotel. Pusat rehabilitasi mental dan ketergantungan obat itu sangat mewah. Karyawan yang bekerja di sana juga sangat kompeten dan nampak profes
Malam itu Mario masih duduk bersandar dengan bantal di kepala ranjangnya sambil memeriksa akun sosial medianya yang mendapat banyak direct messages dari para penggemarnya. Dia tidak membaca isinya hanya mencoba peruntungannya siapa tahu Inez menghubunginya via DM sosial media Mario Chandra official seperti dulu saat dibawa kabur oleh Edward.Suara notifikasi pop up masuk ke ponsel yang tengah ia genggam dan Mario sontak terperangah. User bernamakan Edward L. Sinaga mengiriminya pesan, dengan segera ia menerima permintaan kiriman pesan itu lalu membaca isinya.'Ini aku, Edward. Kalau kau ingin menjemput istrimu, aku akan mengembalikannya dengan beberapa syarat.' Itulah isi pesan dari Edward untuk Mario. "Ohh God, orang psiko itu online, aku harus segera membalasnya!" ucap Mario heboh sendiri lalu mengetikkan balasan pesan untuk Edward.'Oke, aku akan jemput Inez. Katakan syaratnya, Edward!' Jawaban pesan Mario cepat dikirim.Di sisi Edward, pria itu merutuk kesal setengah tak ikhlas m