"Mas Brian iiihh ... kok ngeliatin Suzy kayak mau nerkam aja sih? Sereeemm!" seru wanita itu usai memulas lipstick warna merah menyala ke bibir ranumnya di depan cermin wastafel kamar mandi.Perlahan Brian melangkahkan kakinya menghampiri istrinya yang menggairahkan dalam gaun malam warna hitam sepanjang setengah paha bertali spagetti di bahu. Kedua lengan kokohnya melingkari perut Suzy mendekap erat sembari bibirnya turun mengecup kulit lekuk leher wanita itu hingga desahan pelan meluncur dari bibir Suzy."Kalau nggak perlu survey beach club kayaknya mendingan kamu kusekap di kamar hotel aja semalaman sampai pagi, Suz!" ujar Brian dengan suara beratnya yang maskulin.Mendengar perkataan suaminya, Suzy pun terkikik geli. "Lha ... tadi 'kan sudah beronde-ronde sih, Mas. Masa masih kurang?" balasnya menahan diri untuk tak kabur dari hasrat menggebu Brian kepadanya.Tali gaun berukuran mini itu dikait oleh telunjuk Brian hingga melorot ke lengan Suzy. Dia menyusuri bahu hingga turun ke t
Dengan mengumpulkan fokus serta tenaganya Brian bangkit dari sofa sambil memapah Suzy menuju ke arah parkiran beach club. Namun, di tengah perjalanan ketiga bule Australia yang iseng itu menghadang langkah mereka."Kalian mau ke mana hahh?!" ucap Bruce dengan tawa mengejek yang terdengar jahat. Matanya berkilat berbahaya.Brian tak sudi menjawab pertanyaan Bruce lalu mencoba merangsek menembus hadangan ketiga pria bertubuh besar seperti beruang kutub itu. Namun, John mendorong dada pria itu hingga Brian terhuyung-huyung bersama dengan istrinya ke belakang."Minggir kalian! Kami mau pulang—jangan menghalangi jalan!" bentak Brian dengan suara jantannya, tatapannya mulai bergoyang-goyang tak fokus. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba memusatkan pandangannya ke depan."Ohh, mungkin sebaiknya kami antarkan saja, bagaimana?" tawar Aaron Springsten berpura-pura sok baik hati. Dia membelai pipi Suzy yang merona karena teler.Suzy hanya bisa bergelanyut di badan kekar suaminya menghinda
Sesampainya di depan pintu IGD BIMC Hospital Nusa Dua yang diyakini oleh Bli Restu sebagai pilihan rumah sakit dengan reputasi terbaik yang dapat dijangkau dengan cepat. Brian bergegas menggendong tubuh istrinya yang nampaknya mengalami demam hingga wanita itu meracau tak jelas dalam igauannya."Suster, tolong istri saya keracunan obat yang berbahaya!" seru Brian di depan perawat jaga IGD.Suster Retno pun segera mengarahkan Brian agar merebahkan Suzy ke ranjang di bilik 3 poli IGD. "Sebentar ya, Pak. Saya panggilkan dokter jaganya!" ucap perawat berusia awal 30an tahun itu.Tak lama setelahnya, seorang dokter laki-laki muda berkaca mata berperawakan jangkung segera menyapa Brian, "Selamat malam, Pak. Bisa diinformasikan kondisi pasien sebelum terjadi gejala sakit?""Kami tadi clubbing, Dok. Di sana kami memesan minuman cocktail berdua, seusai meneguk sebagian minuman itu, Suzy merasa tubuhnya mendadak tidak nyaman. Saya juga sama merasakan efek janggal dari minuman tadi. Hanya saja t
Setelah beberapa hari berwisata di obyek wisata di Bali, Indra harus kembali ke proyek pembangunan resort untuk Mister Rodrigo di Uluwatu. Dia memboyong Thalita untuk tinggal bersamanya di mess karyawan bersamanya. Indra sengaja melarang istrinya ikut ke lokasi pembangunan. Hal itu dikarenakan dia tak mau mata-mata lapar para pekerja kasar dan tukang bangunan memelototi istrinya yang secantik foto model."Pak Indra, tenaga tukang kiriman dari proyek Teja Kusuma sudah mulai bekerja hari ini. Ada sekitar 100 tukang dengan berbagai keahlian terutama sih yang tukang batu!" lapor Ridwan yang dipercaya menjadi Head Supervisor Project. Indra yang berkeliling survey langsung ke lapangan siang itu mengenakan helm proyek di kepalanya. Dia melihat sebagian besar dinding bata ringan sudah mulai tertata tinggi. Selembar kertas lebar ia bentangkan di hadapannya untuk mencocokkan sampai di mana perkembangan proyek yang telah berjalan selama 2 bulan terakhir. "Hmm ... sekalipun agak lambat, tapi ma
"Mas, kita nengokin Mbak Suzy ke rumah sakit ya? Semalam opname dia kata Bang Brian," ujar Thalita sambil menikmati sarapan pagi di mess karyawan bersama suaminya.Indra pun sedikit heran kenapa kakak iparnya bisa sakit sampai harus dirawat di rumah sakit. Dia pun bertanya, "Sakit apa dia, Tha?""Diisengin bule minumannya pas clubbing. Untung cepet-cepet tanggap tuh Bang Brian jadi nggak kenapa-kenapa. Mbak Suzy sampai harus dipompa lambungnya biar cairan berbahaya itu hilang semalem di IGD," tutur Thalita lalu minum segelas jus jeruk."Ya udah, kita tengokin habis sarapan ini aja yuk. Soalnya aku siang ada rencana survey ke lapangan lagi, Tha!" jawab Indra lalu menyudahi makannya dan menyesap kopi di cangkirnya.Thalita tersenyum merasa senang dengan perhatian suaminya untuk anggota keluarganya sekalipun di tengah segala kesibukannya. Dia pun menggandeng lengan Indra keluar dari gedung mess karyawan menuju ke parkiran mobil di depan gedung.Mobil Avanza itu melaju menuju ke rumah sak
"Wooiii ... sudah deh lo nempel-nempelnya, Bell! Apa nggak tahu malu sih lo ini?!" ketus Brian sesampainya di area depan pintu keluar gedung mess karyawan sekaligus kantor Teja Kusuma cabang Bali itu.Hendrawan, sudah menyiapkan mobil untuk berkendara ke lokasi proyek. Asisten pribadi sekaligus sekretaris Brian itu memarkir mobilnya tepat di depan bosnya yang nampak sedang bertengkar dengan Head HRD cabang Bali entah karena apa, pikirnya.Terlihat dari kaca jendela, Brian menepis tangan Bella yang menggelanyutinya. Kemudian pria itu bergegas naik ke mobil di sisi samping pengemudi. Setelah bosnya duduk tenang, Hendrawan pun menjalankan mobil seraya bertanya, "Ada apa sama Bella, Pak?" "Hen, dia tuh beberapa waktu yang lalu ngejebak gue buat tidur bareng pake obat-obatan. Dia tuh ngejar-ngejar gue entah dengan tujuan apa!" tutur Brian sambil berdecak kesal.Senbari terkekeh Hendrawan pun menjawab, "Dia janda muda, Pak Brian ... kali jablay gitu ditinggal suaminya. Kalau skandal di kan
"Mas Indra katanya capek tadi, kok masih niat buat main-main lagi sih sekarang?" tegur Thalita yang sedang dilucuti penutup tubuhnya oleh suaminya di atas ranjang.Perut yang kini agak membukit itu dihujani kecupan-kecupan lembut penuh kasih sayang oleh Indra Gustavo. Sedangkan, Thalita bergerak-gerak agak kegelian karena cambang suaminya yang liar seperti rumput belum dipangkas menggesek permukaan kulit dekat pusarnya.Indra pun terkekeh mengangkat wajahnya menatapi wajah cantik berhidung mancung dengan mata indah yang dinaungi bulu mata lentik itu. Calon ibu anaknya sangatlah rupawan, dia paling suka saat melihat wajah istrinya yang sedang horny dan keenakan dia garap."Kalau sudah di kamar gini sama kamu bukannya mau istirahat, Tha. Penginnya kerja keras sampai pagi. HA-HA-HA!" seloroh Indra membelai pipi halus istrinya dengan punggung jemari tangannya yang panjang-panjang seperti sosis jumbo.Thalita yang rambutnya masih setengah basah usai keramas dan mandi sore bersama Indra bar
Sekitar pukul 08.00 WITA, Brian membawa istrinya pulang dari rumah sakit. Mereka kembali ke mess karyawan perusahaan cabang Bali yang ada di Candi Dasa. Sebenarnya dia agak gelisah terkait ancaman Bella yang ingin membongkar affair mereka ke karyawan-karyawannya. Lebih mengerikan bila wanita janda kegatelan itu mengadu ke Suzy tentang hal yang tidak-tidak.Mobil yang dikemudikan oleh Hendrawan melaju dengan kecepatan stabil menuju ke Candi Dasa. Dari kaca spion tengah, dia curi-curi pandang kemesraan bosnya dengan Suzy. Memang mereka pasangan suami istri yang serasi, sayangnya hanya sekadar pasangan kontrak yang suatu hari harus berpisah bila mega proyek Mister Rodrigo usai."Mas Brian seneng ya tinggal di Bali dibanding di Jakarta?" tanya Suzy ringan sembari melihat pemandangan alam di luar kaca jendela mobil. Daerah Bali utara memang masih banyak yang alami, tidak sepadat Bali selatan yang menjadi pusat keramaian wisatawan. Padahal keindahan alamnya tidak kalah dan justru memiliki
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran