"Kamu ingin bertemu denganku bukan? Sekarang aku ada di hadapanmu," Ujar Nada.Kayla menatap Nada dari atas sampai bawah. Sosok wanita yang menurutnya sangat sempurna. Bahkan ia tidak percaya jika yang ia ketahui Nada adalah seorang janda beranak satu.Lalu sekarang? Nada bahkan tidak nampak seperti seorang janda. Ia justru terlihat seperti seorang gadis. Wajah yang terlihat teduh, perkataan yang begitu lemah lembut. Serta terlihat cantik dan awet muda meskipun tidak memakai riasan tebal seperti dirinya."Maaf, aku yang memaksa Akbar untuk mempertemukan kita. Ada begitu banyak yang ingin aku ceritakan padamu," ungkap Nada.Kayla tersadar dari rasa kekagumamnya pada Nada. Meskipun begitu, ia tidak ingin mengakui keunggulan Nada . Baginya hanya dirinya yang pantas untuk Akbar."Aku gak nyangka ternyata wanita sepertimu pandai berbohong. Bahkan yang aku tahu, Akbar tidak pernah berbohong. Dan kini lihatlah! Hanya karena kamu dia berani untuk berbohong." Ujar Kayla dengan sinisnya."Dia t
Ilham membawa Kayla masuk ke mobilnya. Ia sedikit mendorong kasar tubuh Kayla hingga tubuh Kayla terbentuk jok mobil. Ia bahkan sampai mengaduh kesakitan."Kamu bisa pelan-pelan tidak? Enggak usah main dorong segala. Kau menyakitiku!" Sentak Kayla. Ia mengeluh seraya memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat dicekal erat oleh Ilham."Wanita sepertimu tidak pantas diperlakukan lembut. Karena kamu saja tidak mau menghargai orang lain apa lagi berbuat lembut." Ujar Ilham dan perkataanya sangat menyakiti Kayla. Ilham lalu sedikit membungkukkan tubuhnya. Ia hendak memasang seatbelt di tubuh Kayla. Kayla langsung memalingkan wajahnya saat jarak diantara mereka begitu sangat dekat. Saking dekatnya, Kayla sengaja menahan napas agar embusan napasnya tidak menerpa wajah Ilham. Ia pun berusaha mengendalikan dirinya, Kayla akui meskipun Ilham seorang duda. Tapi pesonanya tidak bisa tertandingi.Tidak berbeda jauh dengan pesona Akbar, hingga Kayla mengumpat dalam hatinya sebab jara
Akbar mengantarkan Nada pulang. Sepanjang perjalanan hanya dilalui dengan diam. Akbar mengira jika Nada marah padanya. Sebab pertemuan dengan Kayla harus berakhir penuh drama.Hingga ia tidak berani untuk berbicara Lebih dahulu. Namun, setelah berpikir ini terlalu kekanak-kanakan. Tidak sepantasnya ia ikut diam."Kau marah?" Tanya Akbar setelah ia mempersiapkan diri kalau-kalau nada marah."Aku tidak marah. Dan jangan menyalahkan diri. Karena ini sepenuhnya salah ku. Andai aku tidak meminta untuk melakukan pertemuan. Aku yakin hal seperti ini tidak akan terjadi. Jadi maaf,'' Nada berkata dengan penuh penyesalan. Dirinya terlalu memaksakan. Hingga ia harus menerima jika Akbar dan Ilham harus dipermalukan di hadapan orang banyak."Sekarang kamu sudah tahu kan seperti apa Kayla? Dan ini bisa ambil pelajaran jika kita tidak boleh berurusan lagi dengan Kayla.""Tapi, aku mau berteman dengan dirinya. Dia masih kecil, Bar. Mungkin dia butuh perhatian. Atau mungkin ada sesuatu yang membuat d
Dua Minggu kemudian.....Tiga hari setelah peringatan kematian Aziz ke empat tahun. Tiba saatnya hari pernikahan Nada dan Akbar. Meskipun persiapan mereka begitu singkat, namun pernikahan mereka tetap dilakukan secara meriah.Sementara pernikahan Ilham dan Kayla akan berlangsung tahun depan. Dengan alasan Pak Irawan yang tengah ke luar negri. Kayla tahunya tengah menjalankan bisnis. Nyatanya pak Irawan tengah berobat.Semua tamu undangan adalah client Nada dan Akbar. Mereka turut bahagia saat melihat Nada dan Akbar menikah. Sebelum acara dimulai, Akbar sempat-sempatnya saling bertukar pesan dengan Nada. Karena mereka memang tidak bertemu terlebih dahulu sebelum kalimat Ijab kabul terucap."Apa kamu gugup?" Pesan yang ditulis Akbar pada Nada.Tring...Bunyi notic pesan masuk.[Aku sangat gugup. Padahal ini bukan kali pertama aku menikah,] balas Nada."Itu terjadi beberapa tahun ke belakang. Wajar saja jika saat ini kamu gugup. Aku pun sama Sangat gugup."Pesan Langsung Akbar kirim. Cu
Dengan tergesa-gesa, Kayla langsung turun. Ia hendak memberikan surat yang ia temukan di kamar pada Akbar dan Ilham. Ia syok untuk pertama kalinya ia merasakan rasa empati seperti ini Orang-orang melihat ke arah Kayla yang berlari saat menuruni tangga. Napas Kayla terengah-engah, ia tidak langsung berkata apa yang terjadi pada Akbar dan Ilham. Melihat Kayla hampir kehabisan napas, Ilham berinisiatif untuk mengambil air dan memberikannya pada Kayla."Ada apa? Kenapa berlarian? Nada mana?" Tanya Akbar Ilham lalu datang dan menyodorkan segelas air putih. "Minumlah dulu dan cerita apa yang terjadi ," ucap Ilham pada Kayla Saat Kayla tengah minum, datang Nazril ia menangis membuat Akbar terkejut dan dia langsung menghampiri Nazril."Ada apa? Kenapa menangis?" Tanya Akbar khawatir."Nada hilang, dia diculik," ucap Kayla kemudian.Akbar langsung menoleh pada Kayla.."Apa maksudnya, hah? Hilang? Diculik?" Tanya Akbar mendadak ia semakin khawatir.Kayla lalu memberikan selembar kertas yang
Beberapa jam sebelumnyaUsai bertukar pesan dengan Akbar, Nada tidak hentinya tersenyum sendiri. Ia berasa mimpi ada di posisi sekarang. Menikah dengan seorang pria yang lebih muda darinya. Pemuda yang pantasnya menjadi adik bukan suami.Tapi, inilah takdir. Tidak ada yang bisa menghalangi kekuatan takdir. Jika takdirnya memang bersama Akbar, Nada bisa apa selain mengikuti alurnya. Nada terus saja menatap handphone-nya, rupa-rupanya ia tengah melihat foto Akbar yang entah kapan jadi wallpaper. Saat bersama Aziz dia tidak seperti ini, tidak terlalu lebay. Tapi sekarang lihatlah, diusianya yang sudah memasuki usia kepala tiga, namun seperti seorang remaja belia yang baru merasakan jatuh cinta. Mungkin ini yang disebut puber kedua? Ada yang mengatakan saat orang mengalami puber kedua akan melebihi puber pada umumnya. Entah ini persepsi fakta atau hanya mitos belaka. Namun yang Nada rasakan begitu adanya. Dia kembali seperti seorang yang baru merasakan jatuh cinta. Di tengah keasyikan m
Akbar terus berpikir mencari cara bagaimana menyelamatkan Nada dari Firman. Ia tidak ingin terlambat menyelamatkan Nada. Ia takut kejadian lalu terulang kembali. Ia tidak bisa bayangkan bagaimana perasaan Nada.Tiba-tiba Akbar terpikir bagaimana cara menemukan keberadaan Nada. Rekaman cctv jalan raya. Ya, dia yakin cara itu bisa ia gunakan untuk melacak Firman."Kak, aku tahu cara melacak keberadaan Firman." Ucap Akbar pada Ilham yang sama-sama tengah berpikir cara menyelamatkan Nada."Apa? Kasih tau kakak." Balas Ilham tak kalah penasaran."Rekaman cctv jalan. Itu bisa kita jadikan untuk melacak ke mana Firman membawa Nada --istriku pergi.""Kau benar, kenapa kakak sama sekali tidak terpikirkan sampai sana. Dengan rekaman cctv jalanan kita bisa dengan mudahnya mengetahui keberadaan Firman." Tanpa menunggu lama mereka berdua segera beranjak. Namun langkahnya tertahan tatkala Nazril memanggilnya. Akbar hampir lupa, jika ada Nazril yang harus ia tenangnkan. Ada Nazril yang harus ia jag
Nada meringkuk di atas ranjang mewah. Meskipun demikian tidak membuat Nada bisa tidur dengan nyenyak. Bagaimana mungkin ia bisa tidur, jika pikirannya saja berada di tempat lain. Hanya raganya saja yang ada di tempat mewah itu.Pandangan mata Nada terlihat kosong. Dengan lelehan air mata yang sudah tidak mampu ia tahan. Nada yakin, Nazril dan Akbar tengah mencarinya, tengah mengkhawatirkan dirinya. Begitu pula dirinya. Ia terus terpikir Nazril. Ia takut traumanya kambuh, ia tidak bisa membayangkan bagaimana Nazril bisa menghadapi kenyataan jika ia tidak bersamanya.Tangis Nada semakin terisak, tubuhnya bahkan sampai bergetar. Ia ingin pulang! Dia ingin berkumpul dengan Nazril dan Akbar. Tapi, dia tidak tahu bagaimana cara untuk kembali. Ia bahkan tidak tahu ada di mana.Nada mendadak berhenti terisak, saat mendengar seseorang masuk ke kamar tersebut. Dia yakin itu adalah Firman. Nada secepatnya menyeka air matanya lalu berpura-pura tertidur.Orang yang masuk memang Firman. Dia membawa
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal