"Aw, pelan-pelan! Apa kau sengaja, hah?"Seseorang berteriak kesakitan, saat lukanya diobati. Meskipun begitu dia masih sempat marah-marah."Kenapa kamu membentak ku? Harusnya kamu bersyukur aku sudah menyelamatkan kamu. Kalau tidak? Aku yakin hari ini kau tinggal nama,'' ujar seorang wanita pada pria dihadapannya."Kau terlalu berbangga hati." Sinis pria itu."Firman!" Bentaknya.Ya, pria yang tengah diobati itu adalah Firman. Dia berhasil lolos berkat bantuan Sofi wanita yang sejak dulu mengejar dirinya. Namun, kehadiran Sofi sama sekali tidak pernah dianggap ada.Malam itu, Sofi baru saja bertemu ayahnya di hotel di mana Firman menyekap Nada. Sofi melihat Firman tengah dipayang dengan keadaan babak belur. Sofi tahu jika firman dalam masalah, oleh karena itu dengan bantuan anak buahnya. Ia bisa membawa kabur Firman."Kenapa sih kamu kaya gini ke aku? Kenapa pula kamu ngejar terus janda itu. Aku tau kamu seperti ini karena dia kan? Sekarang, setelah kejadian ini apa Kamu akan berhen
Sesuai rencana, Nada akan membawa Akbar ketempat favorit dirinya dan Nazril. Tempat ternyaman pertama setelah rumah mereka. Biasanya setiap satu Minggu sekali Nada dan Nazri ke tempat favoritnya. Namun untuk sekarang karena kesibukan Nada mereka hanya sempat mengunjungi dua Minggu sekali.Akbar begitu penasaran, ia ingin tahu sebenarnya Ia akan di bawa ke mana? Karena mobil mengarah ke luar kota."Sebenarnya kita mau ke mana?" Tanya Akbar pada Nada. Nada yang duduk di sampingnya pun langsung menoleh. "Tunggu aja. Nanti kamu juga tahu," Ujar Nada dengan sok misterius."Iya, Om. Sebentar lagi sampe kok. Pak supir cepetin dikit laju mobilnya. Om Akbar sudah gak sabar soalnya." "Siap Tuan muda!" Jawab sang supir."Minimal kasih bocoran gitu. Biar tidak terlalu penasaran." "Katanya kamu mau menikah denganku. Itu artinya kamu harus dapat restu darinya. Nanti kamu kenalan, ya," terang Nada. Dalam pikiran Akbar pun mengira mungkin ia akan dipertemukan dengan keluarga besarnya."Tentu saja.
82.Kini, hanya ada Nada dan Akbar. Mereka duduk berdua di gazebo area pemakaman. Sementara itu, Nazril terlihat terlelap di paha Akbar.Nada dan Akbar terlihat canggung. Mereka masih malu-malu. Hingga Akbar menangkisnya rasa canggung itu. "Kapan kamu siap nikah? Jika dalam waktu dekat ini aku akan segera mempersiapkannya. Tapi, jika kamu siapnya dalam jangka waktu panjang. Dengan senang hati aku akan menunggu."Nada menghela napas panjang. Jika dirinya yang menentukan, ia bingung sendiri. Ia lebih baik serahkan semua pada Akbar. Kapan pun itu waktunya dia akan siap."Aku tergantung kamu aja, Bar. Aku siap-siap saja. Aku hanya bisa memberikan saran bukankah hal yang baik itu harus segera dipercepat?"Mendapatkan respons positif dari Nada. Membuat Akbar begitu bersemangat. Mempercepat itu memang keinginannya. Ia tidak akan bisa tenang karena Firman berhasil melarikan diri. Mau laporan ke polisi pun percuma karena mereka tidak punya bukti. Yang ada laporan mereka Akan dibalas sebab kea
Akbar marah saat mendengar cerita dari Nada. Nada pernah di sekap dan dipaksa untuk menikah. Marahnya Akbar karena ia tidak bisa berada di samping Nada. Andai saja ia ada di samping Nada, ia yakin hal seperti itu tidak akan pernah terjadi."Maaf, karena aku tidak ada di sampingmu. Aku...""Tidak apa-apa. Sekarang kamu sudah ada dihadapanku. Apa lagi yang aku takutkan. Yang dulu biar berlalu. Sekarang pun aku sudah bisa sedikit demi sedikit melupakan peristiwa itu,'' sela Nada menyela perkataan Akbar.Nada lalu melihat jam yang terpasang di tangan kirinya. "Seperti kita sudah terlalu lama di sini. Kita pulang," usul Nada. Ia berkata seraya bersiap-siap."Mmm, ternyata apa yang kamu katakan memang benar. Ini adalah tempat ternyaman. Sejuk dan menentramkan hati. Waktu pun tidak terasa udah mau sore aja," seru Akbar. Ia membenarkan apa yang Nada ucapkan. Jika tempat yang sekarang mereka kunjungi adalah tempat ternyaman. "Aku sengaja membangun kompleks pemakaman seperti ini. Setidaknya bis
Nada terus berperang dengan batinnya. Antara harus melepaskan atau tetap mempertahankan. Tapi... jika harus melepaskan ia tidak sanggup. Sudah cukup ia menahan diri perasaannya ini. Apakah dirinya harus melepaskan begitu saja? Apakah perasaannya ini harus ia buang jauh-jauh? Tidak! Ia tidak ingin terjadi hal seperti itu."Khem, khem."Nada berdehem, ia tidak ingin terus berpura-pura tertidur. Ini tidak nyaman, serta bukan sifatnya juga yang selalu berpura-pura. Dia tidaklah seperti itu. Apa lagi, Ada sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Akbar. Setidaknya setelah tahu jawabannya ia bisa sedikit lebih lega.Akbar yang mendengar deheman Nada pun menoleh sekejap lalu kembali meluruskan pandangannya. "Udah bangun? Nyenyak sekali tidurnya," ucap Akbar dengan tersenyum."Lumayan, Bar... tadi siapa yang telepon?'' Tanya Nada pada Akbar.Akbar mengerutkan kening bingung. Bingung kenapa Nada tahu. Apa jangan-jangan...."Kau dengar?" Tanya Akbar."Maaf." Ucap Nada dengan Lirihnya. Ia takut Akbar
85.Brak...Kayla membuka pintu dan menutupnya dengan begitu keras. Irawan yang kala itu tengah duduk di sofa seraya melihat pergerakan saham begitu terkejut. Irawan meletakkan kacamata bacanya, lalu menatap ke arah Kayla yang terlihat cemberut. Irawan tahu jika pulang dalam keadaan seperti ini tandanya telah terjadi sesuatu antara dirinya dan juga Akbar.Sebagai ayahnya, Irawan sudah dipusingkan dengan kelakuan Kayla. Di suruh kembali kuliah di Amerika tidak mau. Di suruh di Indonesia tidak mau. Irawan benar-benar dibuat frustrasi. "Bisa gak kalau ada masalah di luar jangan dibawa-bawa ke rumah? Ayah rasanya bosan lihatnya. Kamu bukan lagi anak kecil Kay." Protes Irawan pada Kayla.Kayla yang cemberut semakin terlihat cemberut tetkala mendengar perkataan ayahnya itu. Dia inginnya sang ayah menghiburnya bukan malah sebaliknya."Ayah, kok ngomong kaya gitu? " protes Kayla dengan wajah yang semakin ditekuk, semakin cemberut."Terus Ayah harus ngomong apa? Apa ayah harus bertanya Kamu
Ilham terkejut saat Akbar mengatakan jika dirinya akan menikah. Dia tahu wanita yang ingin Akbar nikahi hanyalah Nada. Apa itu artinya hubungan mereka memang benar-benar baik-baik saja? Ilham pun tidak menyangka jika Akbar begi gerak cepat. Adiknya ini sepertinya menjadikan kejadian di masa lalu sebagai pelajaran berharga. Dia tidak ingin kehilangan Nada untuk kedua kalinya."Kenapa respons kakak begitu amat? Dari dulu Akbar juga sering bilang mau menikah. Tapi gak pernah seterkejut itu," timpal Akbar.Ilham terdiam, ia berpikir apa yang dikatakan Akbar ada benarnya. Kenapa dia begitu terkejut? Apa mungkin karena ia tengah banyak pikiran? Memikirkan pak Irawan yang terus menerornya."Kakak senang jika kamu nikah, Bar. Penantian panjangmu akan segera berakhir, " ujar Ilham.Percayalah, Ilham mengatakan hal tersebut sama sekali tidak bertenaga. Ia teringat terus akan perkataan Pak Irawan. Pak Irawan sendiri adalah Ayah Kayla. Ilham benar-benar ada dalam dilema. Menerima tawaran pak Iraw
87. Masa Lalu Akbar tidak bisa berbuat apa-apa dengan keputusan Ilham. Niat untuk memisahkan pun urung ia lakukan. Bukan berarti setuju, tapi semuanya akan terasa percuma.Meskipun ia tidak melakukan apapun dan menolak keras jika Ilham menerima tawaran untuk menikah dengan Kayla, Ilham akan fokus pada niatnya itu. Ilham tidak akan mengubah pendiriannya. Akbar hanya bisa mendoakan yang terbaik. Dia yakin sang kakak bisa mengatasinya. Mungkin benar jodohnya harus datang dengan cara seperti itu. Mungkin benar jodoh Ilham adalah Kayla.Setelah berdiskusi dengan Ilham. Akbar pun sudah mengambil keputusan kapan pernikahan dia dengan nada akan berlangsung. Akbar harap tanggal itu cocok dan pernikahannya bisa berjalan dengan lancar.Hari ini Akbar bermaksud untuk bertemu dengan Nada. Ia akan membahas masalah pernikahan mereka. Dan satu hal lagi ia akan membahas masalah Nada yang ingin bertemu Kayla. Ingin melarang pun, ia tidak punya hak sebab ia belum memiliki ikatan apa pun. Akbar sudah
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal