Pria berkharisma yang datang membawa puluhan bodyguard itu benar-benar menyita perhatian dari para peserta turnamen bela diri. Dari ekspresi tegang yang tampak di wajah para peserta, seolah bisa ditarik kesimpulan bahwa mereka sepertinya merasa tak akan memiliki kesempatan untuk mengungguli pria berkharisma itu, tak peduli sekuat apapun mereka mencoba. Saat pria berkharisma itu memasuki aula teknikal meeting, pandangan orang-orang pun tertuju padanya. Tanpa diminta, beberapa orang yang kebetulan berada di dekat pria itu tampak bergegas menjauh demi memberi ruang kepada si pria berkharisma yang berjalan dengan serombongan anak buahnya. Melihat bagaimana respon para peserta terhadap si pria berkharisma, kepala bodyguard dari pria itu tampak tersenyum puas lalu bergumam, “Dalam dunia bela diri, seseorang dengan kemampuan tinggi memang bisa memunculkan aura pekat seperti anda, Tuan Muda,” ucap kepala bodyguard itu kepada si pria berkharisma. “Harap wajar jika kali ini semua orang tampak
“Kudengar ayah benar-benar menghapus namamu dari daftar orang-orang yang harus dilindungi oleh Naga Langit. Berterima kasihlah padaku karena aku datang bukan atas nama Naga Langit.” Sosok berkharisma yang bernama Hazelle King menjawab sembari tersenyum sinis kepada Richard Forger.Senyuman itu membuat Richard tertawa lalu bertanya, “Jadi, bayaran apa yang harus kuberikan untuk membalas jasa seorang kakak yang ingin melindungi adiknya? Ah ya, dengan satu catatan, adiknya bahkan tak butuh perlindungan apapun, ha ha!”Hazelle King terkekeh, jemari tangan kanannya memijit pelipisnya beberapa kali. Sembari duduk menyilangkan kaki, Hazelle King bergumam dengan tatapan mata tajam ke arah kanan. “Kau terlalu sembrono sehingga tak bisa menerawang seberapa jauh Red Skull membuat persiapan untuk menjebakmu, adikku yang sombong. Percayalah, kelak kau akan sadar bahwa kau memang membutuhkan kehadiranku di sini.”Richard mengangkat bahu lalu menggeleng. “Hazelle, aku khawatir kehadiranmu tidak akan
Sosok wanita cantik bertopeng hitam kini menjentikkan jemarinya untuk yang ke dua kalinya. Saat itu terjadi, layar proyektor di belakangnya memunculkan video bersuara.“Selamat datang para peserta Turnamen Bela Diri Tahunan di kota Eastland.”Terdengar gaung suara yang keras yang memenuhi seluruh ruangan.“Seperti yang kalian tahu, tahun ini kami telah melipatgandakan hadiah untuk para pemenang. Dengan menjadi pemenang di turnamen ini, kalian bisa menikmati kekayaan tanpa perlu bekerja di sepanjang usia kalian. Faktanya, itu hanyalah sebuah kejutan kecil.”Video terhenti sejenak. Para peserta turnamen saling berpandangan sembari menanti pengumuman lanjutan dari video yang mereka saksikan. Sungguh, kabar tentang jumlah hadiah yang diberikan kepada peserta turnamen sudah cukup untuk membuat para peserta menggigil karena teramat antusias.Jika itu hanya sebuah kejutan kecil, lalu, apakah ada hal yang lebih menarik dari hal itu?“Dan, dengan bahagia kami akan mengumumkan bahwa seseorang a
Semua peserta turnamen hari itu datang untuk mengikuti technical meeting. Tak ada satu pun dari mereka yang menduga jika turnamen yang seharusnya baru akan dilaksanakan beberapa hari ke depan, justru akan dimulai dalam dua jam lagi. Tentu saja hal tersebut membuat suasana yang awalnya gaduh menjadi semakin gaduh.Saat itu, Richard menebak bahwa keputusan yang mendadak tersebut memang disengaja oleh para panitia. Ketika berada dalam kondisi terkejut dengan tanpa persiapan seperti itu, psikologis peserta akan terganggu. Langkah yang cenderung akan mereka pilih adalah langkah impulsive yang minim pertimbangan.Karena panitia turnamen baru saja memberi doktrin bahwa mereka menyiapkan hadiah super fantastis bagi individu atau kelompok yang mengalahkan Richard, maka bisa dipastikan jika mayoritas peserta akan mengambil langkah impulsive yang seragam: menyerang Richard.“Sekian, pengumuman ini kami sampaikan. Sampai bertemu di arena,” pungkas si panitia.Di waktu yang sama, lampu-lampu yang
Sebelum Richard memberi respon, Hazelle menatap adiknya lagi dengan sorot mata tajam. “Lihat ke arah sana!” Hazelle menuding ke sisi barat daya lalu kembali menatap Richard. “Kita memiliki waktu dua jam sebelum pertandingan, tapi, mereka mengagendakan pengumpulan alat komunikasi saat ini. Itu artinya, tetap saja kau tak mungkin bisa berkoordinasi dengan Rock. Lalu, apa yang membuatmu cukup percaya diri?”Richard menggeleng sembari tersenyum tipis. “Kau keliru, Hazelle. Aku memang optimis, tapi bukan untuk keselamatanku. Semenjak mengetahui orang yang kukasihi sedang diincar oleh Red Skull, satu-satunya yang menjadi kekhawatiranku adalah keselamatannya. Sekarang dia sudah aman bersama Rock. Jika kali ini aku ditakdirkan untuk mati, setidaknya aku telah berhasil menyelamatkan orang yang kukasihi.”Kali itu, Hazelle menelan ludah karena jawaban Richard benar-benar berada di luar dugaannya. Jika seseorang sudah bersiap untuk mati dalam sebuah pertarungan, Hazelle yakin orang tersebut tak
Merupakan sesuatu yang berlebihan jika Red Skull sengaja mempersiapkan rencana sebesar itu hanya untuk menghabisi satu musuh saja. Berkali-kali Richard berpikir tentang skenario terburuk apa yang dimiliki oleh Red Skull sebab ia merasa, nyawanya bahkan terlalu berlebihan jika harus ditukar dengan perjuangan yang dilakukan Red Skull.‘Ayolah… Apa sebenarnya rencana mereka?’ Richard memejamkan mata sembari menarik napas dalam. Satu demi satu hipotesis mulai muncul di kepalanya, tetapi, ia masih meragukan semuanya.Lamunan Richard buyar saat kapal yang ia naiki kini sedang berlabuh di sebuah pulau dengan hamparan pantai yang terbilang luas. Di pantai itu, samar-samar terlihat tiga tank container berwarna biru yang berjajar mencolok di antara hamparan pasir putih pantai.Tak ada yang tahu apa isi dari tank container itu sebelumnya. Hingga ketika tiga ratus peserta turnamen bela diri kini dibariskan oleh panitia, terdapat beberapa panitia yang dengan sigap membagi-bagikan sebuah ransel ber
Membuka isi ransel di pantai bersama dengan ratusan peserta lain adalah tindakan bodoh, andai Richard melakukannya. Mengingat panitia menyebutkan bahwa turnamen telah berlangsung, sudah barang tentu dia akan menjadi sasaran empuk ratusan peserta jika dia tetap berada di sana.Maka, dengan gerakan gesit, Richard lekas-lekas menyelinap dan pergi dari kerumunan peserta yang sibuk mengecek isi ransel. Gerakan Richard yang cepat bahkan lolos dari pantauan Hazelle King. Itu membuat Hazelle King bertanya-tanya, apakah kelincahan adiknya yang meningkat tajam atau kewaspadaannya yang mengalami kemerosotan.“Adik kurang ajar!” Hazelle King mengepalkan dua tangannya, wajahnya kesal tetapi matanya menelisik tajam melihat jauh ke kedalaman hutan. Dengan gerakan yang juga gesit, Hazelle menerobos kegaduhan yang terjadi di pantai.Sementara itu di dalam hutan, Richard tengah duduk tenang di dahan tertinggi pohon Rosewood. Tangannya memegang secarik kertas yang merupakan peta menuju titik lokasi bend
Bulan purnama sedang bertengger di langit, memancarkan cahaya temaram bersama dengan ribuan bintang di sekitarnya. Pancaran cahaya temaram itu menelisik di sela-sela dedaunan pohon Rosewood, menciptakan celah-celah bercahaya di dalam hutan yang seharusnya gelap gulita.Ketika angin menggoyang-goyangkan ranting dan dedaunan, terciptalah pemandangan gelap terang pada beberapa titik lokasi di dalam hutan. Mungkin keadaan itu juga yang akhirnya membuat mata Richard perlahan membuka. Dimulai dengan menyipitkan mata, lalu memicing pelan-pelan, kemudian terbuka sedikit lebar.Kebiasaan berwaspada lantas membuat Richard secara refleks bangun dari posisi terbaring ke posisi duduk. Ia menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya secara serempak demi mencerna keadaan yang sempat membuatnya kebingungan.“Boss, syukurlah anda sudah siuman.”Suara seorang wanita lamat-lamat menyentuh telinga Richard, membuatnya mengerjapkan mata demi melihat sosok perempuan yang menghampirinya dengan tergesa-ges